warna liturgi Hijau
Bacaan-bacaan:
Keb. 1:13-15; 2:23-24; Mzm. 30:2,4,5-6,11,12a,13b; 2Kor. 8:7,9,13-15; Mrk. 5:21-43 (Mrk. 5:21-24,35-43). BcO Neh 4:1-23.
Keb. 1:13-15; 2:23-24; Mzm. 30:2,4,5-6,11,12a,13b; 2Kor. 8:7,9,13-15; Mrk. 5:21-43 (Mrk. 5:21-24,35-43). BcO Neh 4:1-23.
Nas Injil:
21 Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia berada di tepi danau, 22 datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya 23 dan memohon dengan sangat kepada-Nya: “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.” 24 Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya. 35 Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: “Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?” 36 Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: “Jangan takut, percaya saja!” 37 Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus. 38 Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring. 39 Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: “Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!” 40 Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu. 41 Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: “Talita kum,” yang berarti: “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!” 42 Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. 43 Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorangpun mengetahui hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan.
21 Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia berada di tepi danau, 22 datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya 23 dan memohon dengan sangat kepada-Nya: “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.” 24 Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya. 35 Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: “Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?” 36 Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: “Jangan takut, percaya saja!” 37 Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus. 38 Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring. 39 Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: “Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!” 40 Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu. 41 Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: “Talita kum,” yang berarti: “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!” 42 Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. 43 Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorangpun mengetahui hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan.
Percikan Nas:
Yairus seorang kepala rumah ibadat tidak merasa malu untuk bersujud di hadapan Yesus demi kesembuhan anaknya. Ia percaya sungguh bahwa Yesus pasti mampu menyembuhkan anaknya. Statusnya sebagai kepala rumah ibadat diabaikan. Ia pun tidak peduli akan komentar orang-orang terhadapnya. Yang utama baginya adalah anaknya sembuh.
Saya teringat kala ingin mengecat pastoran Wates. Mungkin salah satu yang membaca tulisan ini pun akan senyum-senyum. Kala itu ada umat Paroki yang menawarkan membelikan catnya dan paroki diminta membiayai tukang. Saya berterima kasih namun tidak berani menerima itu karena paroki sedang tidak punya dana untuk membayari tukang sekalipun. Kondisi itu saya sampaikan kepada si penyumbang. Akhirnya si penyumbang itu membantu cat sekaligus biaya tukangnya. Mungkin dia geli melihat diriku yang tidak tahu malu atau tidak tega melihat kondisi pasturan. Akhirnya pastoran pun beliau cat dan sekarang jadi tampak bersih dan baru.
Tampaknya kala kita perlu sesuatu atau pun tidak mampu akan sesuatu kita tidak perlu malu, apalagi sesuatu itu bukan untuk diri sendiri. Yairus tidak malu bersujud di hadapan Yesus demi kesembuhan anaknya. Agoeng tidak malu demi pasturan yang bersih dengan cat baru. Keterusterangan dan kepercayaan tersebut memberikan kebahagiaan. Maka kita pun tidak perlu malu di hadapan Tuhan.
Yairus seorang kepala rumah ibadat tidak merasa malu untuk bersujud di hadapan Yesus demi kesembuhan anaknya. Ia percaya sungguh bahwa Yesus pasti mampu menyembuhkan anaknya. Statusnya sebagai kepala rumah ibadat diabaikan. Ia pun tidak peduli akan komentar orang-orang terhadapnya. Yang utama baginya adalah anaknya sembuh.
Saya teringat kala ingin mengecat pastoran Wates. Mungkin salah satu yang membaca tulisan ini pun akan senyum-senyum. Kala itu ada umat Paroki yang menawarkan membelikan catnya dan paroki diminta membiayai tukang. Saya berterima kasih namun tidak berani menerima itu karena paroki sedang tidak punya dana untuk membayari tukang sekalipun. Kondisi itu saya sampaikan kepada si penyumbang. Akhirnya si penyumbang itu membantu cat sekaligus biaya tukangnya. Mungkin dia geli melihat diriku yang tidak tahu malu atau tidak tega melihat kondisi pasturan. Akhirnya pastoran pun beliau cat dan sekarang jadi tampak bersih dan baru.
Tampaknya kala kita perlu sesuatu atau pun tidak mampu akan sesuatu kita tidak perlu malu, apalagi sesuatu itu bukan untuk diri sendiri. Yairus tidak malu bersujud di hadapan Yesus demi kesembuhan anaknya. Agoeng tidak malu demi pasturan yang bersih dengan cat baru. Keterusterangan dan kepercayaan tersebut memberikan kebahagiaan. Maka kita pun tidak perlu malu di hadapan Tuhan.
Doa:
Bapa berikanlah rahmat-Mu pada kami hari ini. Sudilah Engkau menyembuhkan saudara-saudari kami yang sedang sakit. Kami percaya kalau Engkau mau Engkau pasti bisa melakukannya. Pada-Mu kami percaya. Amin.
Bapa berikanlah rahmat-Mu pada kami hari ini. Sudilah Engkau menyembuhkan saudara-saudari kami yang sedang sakit. Kami percaya kalau Engkau mau Engkau pasti bisa melakukannya. Pada-Mu kami percaya. Amin.
Tidak perlu malu
(goeng).
(goeng).
0 comments:
Post a Comment