Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, January 4, 2019

Santo Gerlakus

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits1587 Diterbitkan12 Maret 2017 Diperbaharui16 April 2017

  • Perayaan
    5 Januari
  • Lahir
    Tahun 1100
  • Kota asal
    Valkenburg, sebelah selatan Limburg, Belanda
  • Wafat
    tahun 1172 atau tahun 1177 di Houthem, Belanda.
    Sebab alamiah
  • Beatifikasi
    -
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation Sumber : Katakombe.Org

Dalam buku biografinya; Vita Beati Gerlaci Eremytae yang ditulis sekitar tahun 1227, Santo Gerlakus disebutkan sebagai seorang pertapa kudus yang lahir tahun 1100 di Valkenburg, sebelah selatan Limburg Belanda. Awalnya Gerlakus adalah seorang prajurit yang tangkas bermain pedang. Kepiawaiannya dalam bertempur membuat ia disegani oleh rekan-rekannya namun membuatnya angkuh dan suka membangkang.  Gerlakus juga digambarkan sebagai seorang prajurit yang suka memeras masyarakat.
Kematian istrinya menjadi awal baru dalam kehidupan Gerlakus. Kehilangan seorang yang dicintainya membuka mata Gerlakus untuk melihat kefanaan hidup duniawi. Ia lalu menyadari betapa sia-sianya kehidupan yang selama ini dijalaninya.  Selesai berkabung, Gerlakus mengundurkan diri dari militer. Ia lalu menjual semua harta miliknya dan berangkat berziarah ke Roma. Ia sangat beruntung bisa bertemu dengan Paus Eugenius III dan menerima sakramen pengakuan dosa dari bapa suci. Dari Roma ia meneruskan perjalanan ziarahnya ke Yerusalem.
Di Yerusalem Gerlakus bergabung dengan para rahib dan mengabadikan dirinya pada karya perawatan orang sakit di rumah sakit Santo Yohanes. Setelah tujuh tahun mengabdikan dirinya di rumah sakit tersebut, Gerlakus kembali ke tanah airnya sebagai seorang pertapa Kristen yang miskin dan saleh. Ia kemudian menetap di Houthem. Atas kebaikan Uskup setempat Gerlakus diberikan dua buah rumah, dimana yang satu untuk tempat tinggal dan yang satu lagi menjadi tempatnya berdoa. Setiap hari Gerlakus akan berziarah ke makam Santo Servatius di Maastricht dengan berjalan kaki.  
Hidup sebagai pertapa di tanah kelahirannya membuat Gerlakus harus menerima banyak hinaan dan fitnahan karena masa lalunya yang kelabu. Ia selalu menanggapi semuanya itu dengan diam dan membawanya dalam doa. Lama-kelamaan masyarakat akhirnya menyadari bahwa Gerlakus adalah seorang pertapa yang kudus. Legenda menyatakan bahwa di akhir hidupnya, sang pertapa Gerlakus melakukan banyak mujizat yang menunjukkan bahwa dosa-dosanya telah diampuni. Ia wafat dalam usia lanjut sekitar tahun 1172  atau tahun 1177 di Houthem, Belanda.(qq)
 Sumber : Katakombe.Org

0 comments:

Post a Comment