Kemarin sore, Minggu 15 September 2013, dari jam 04.00 lebih sedikit sampai
jam 06.30 ada tamu 9 orang dari Semarang di Domus Pacis. Mereka adalah kelompok
yang menangani Majalah Inspirasi (6 orang) dan Tim Komisi Hubungan Antar Agama
dan Kepercayaan (HAK) Keuskupan Agung Semarang (3 orang). Rama Yadi, Rama
Harta, Rama Tri Wahyono, dan Rama Bambang tampil menjadi tuan rumah. Rama
Agoeng masih berada dalam perjalanan pulang dari Bandung. Rama Harjaya memang
sudah dilayani segalanya di kamar. Dan Rama Jaka harus menjaga kondisi
kesehatan dengan berada di kamar. Dari antara 9 orang tamu itu, satu di
antaranya adalah Rama Aloysius Budi Purnama, Pr. yang menjadi ketua Majalah
Inspirasi dan Komisi HAK KAS. Sesaat sesudah duduk di aula kecil Domus, para
tamu diminta untuk membuat sendiri minuman dari yang tersedia di kamar makan
dan mengambil beberapa kaleng dan plastik snak.
Ternyata kehadiran rombongan itu berkaitan dengan menjelang peristiwa ulang
tahun Majalah Inspirasi yang ke 9. “Rama Tri Wahyono itu jadi guruku membuat majalah,
lho” kata Rama Budi yang diteruskan “Dulu aku adalah Topernya di Ungaran. Rama
Tri membuat WARUNG (Warta Ungaran). Itulah mula pertama aku belajar membuat
majalah.” “Sampai sekarang masih” sambung salah satu yang ternyata berasal dari
Paroki Ungaran. Rama Budi meneruskan “Kalau Rama Harta, dulu beliau bapa
rohaniku ketika aku tahun pertama dan kedua di Seminari Mertoyudan. Kemudian
ketemu lagi di Sinaksak, Pematang Siantar, beliau jadi staf Seminari ketika aku
jadi rektornya.” “Wah, nek ngono isa
males dadi penggedhene” (Kalau begitu dapat membalas sebagai pembesarnya)
sambung Rama Bambang. Rama Budi menyambung dengan pertanyaan suka duka
rama-rama Domus tinggal di Domus dan pengalaman karyanya. Rama Yadi, Rama
Harta, Rama Tri, dan Rama Bambang bergantian berceritera. Sementara rama-rama
berbicara, dua orang tamu sibuk mengambil foto-foto. Di tengah-tengah rama-rama
Domus berkisah, Rama Bambang tersadar dan berpikir “Oooo, iki interview, ta?” (Oooo, ini sebuah interview). Rama
Bambang melihat salah satu anggota rombong meletakkan semacam HP kecil di dekat
rama yang berbicara. Kemudian benda kecil itu dipindahkan kalau ada pergantian
yang berbicara. Ternyata pembicaraan itu direkam.
“Apa saja acara rama-rama Domus sehari-hari di Domus?” kata Mas Awi yang
kerap bertanya. Ternyata dia adalah karyawan Majalah inspirasi terlama dan
tampaknya menjadi koordinator kerja harian. Rama Bambang menjawab “Yang pokok
makan bersama jam 07.00 pagi, jam 12.00 siang, dan jam 06.30 malam. Jam 06.00
sore ada misa komunitas kecuali hari Minggu.” “Mengapa hari Minggu malah tidak
misa?” tanya salah satu yang lain. Rama Bambang menjelaskan “Sebelum saya
datang memang setiap sore termasuk hari Minggu. Kemudian saya mengusulkan agar
misa Sabtu sore dijadikan misa Minggu. Waktu itu Rama Harta bertanya ‘Dinten
Minggune trus pripun?’ [Bagaimana dengan hari Minggu?]. Saya jawab ‘Nggo turu’
[Untuk tidur]. Rama Harta setuju. Pokoknya Minggu bebas mau apa saja.” “Di luar
itu apa saja acara rama-rama?” tanya Mas Awi. “Kalau itu setiap rama punya
ritme dan kegiatan-kegiatan sendiri” jawab Rama Bambang yang kemudian disusul
sharing per rama tentang yang dilakukan secara pribadi. Ternyata masing-masing
rama mempunyai dinamika kreativitasnya masing-masing bahkan perannya paling
tidak di Domus Pacis untuk kepentingan bersama. Pelayanan untuk jemaat pun
terjadi seperti Rama Harta menerima tamu-tamu untuk konsultasi dan minta doa,
Rama Yadi melayani misa dan beberapa undangan berbicara, dan Rama Bambang yang
selain melayani misa-misa ujub juga mengembangkan pastoral untuk kaum tua. “Jujur
saja, dulu gambaran saya rumah tua adalah rumah lengang tempat orang kesepian.
Acaranya ya gitu-gitu membosankan. Tetapi dengan sering membuka Blog Domus,
saya menemukan hal lain. Sudah lama sekali saya ingin berkunjung untuk berjumpa
langsung dengan rama-rama Domus. Dan sekarang kami membuktikan ternyata ada
suasana lain untuk sebuah rumah tua” kata Mas Awi yang ditutupnya dengan
kata-kata “Kok bisa gayeng, ya?”
0 comments:
Post a Comment