Tadi malam, Sabtu 14 Septenmber 2013, yang berada di meja makan hanyalah
Rama Tri Wahyono, Rama Harta, dan Rama Bambang. Rama Jaka seperti biasa
memiliki saat sendiri untuk makan sesuai dengan aturan kesehatannya. Rama
Harjaya dilayani dan disuapi dalam kamarnya. Tetapi ada 4 orang yang malam itu
tidak akan menyantap jatah makan Domus Pacis. Rama Yadi seperti biasa setiap
Sabtu malam menjelang Minggu ganjil melayani misa di salah satu kapel Paroki
Klepu. Rama Agoeng tugas luar dan dan memberi informasi baru pulang Minggu 15
September 2013 sekitar jam 09.00 malam. Pak Tukiran masih istirahat di rumah
sesudah opname di RS Panti Rapih. Dan Mas Raharjo pamit pulang sore sekitar jam
05.00. Maka pada malam itu jatah makan 10 porsi hanya akan disantap oleh 6
orang termasuk Mas Santosa, salah satu pramurukti.
Bel kamar tamu Domus berdering. “Nika
mesthi Bu Titik” (Itu pasti Bu Titik) kata Rama Bambang dan Mas Santosa,
yang sedang menyuapi Rama Harta, segera pergi membukakan pintu. “Wah tesih kathah nggih, Rama?” (Ternyata
masih banyak, ya Rama) kata Bu Titik ketika sampai di kamar makan dan melihat
hidangan di meja. Dengan pinjaman 3 rantang Domus Bu Titik diminta Rama Bambang
mengambil sayuran, bakmi, 3 tahu dan 3 iris telor dadar. “Niku rak saget kagem panjenengan lan ingkang ngancani ta? Bu Tika
mbokmenawi ugi saget dibagehi” (Itu dapat untuk Anda dan teman serumah.
Barangkali Bu Tika juga dapat diberi bagian) kata Rama Bambang. Bu Titik, yang
tetap lajang sampai kini usia lebih 70 tahun, memang ditemani oleh seorang ibu
tua yang juga tak pernah bersuami. Demikian juga Bu Tika tetangga sebelah yang
juga lajang sampai usia tuanya.
0 comments:
Post a Comment