Ini tentang Rama Antonius Tri Wahyono, Pr. Beliau adalah salah satu warga
Komunitas Rama Domus Pacis. Sebelum berada di Domus hingga kini, Rama Tri sudah
pernah menjadi penghuni rumah ini untuk pemulihan kesehatan sesudah opname di
RS Panti Rapih karena stroke. Bahkan untuk yang kedua kali hingga kini sejak
Agustus 2012, Rama Tri juga mengalami stroke yang kedua. Stroke kedua ini
membuat beliau tidak dapat menggunakan kedua tangannya untuk melakukan hobinya
melukis dan memahat patung. Kemampuannya berbicara pun juga berkurang termasuk
daya ingatnya. Kondisi beliau menjadi lebih lemah karena diabet pun ikut
menjangkitinya. Semua ini membuat Rama Tri dibebaskan dari tugas-tugas resmi
dari Keuskupan. Untuk beberapa bulan beliau memang mengalami kegundahan hati
karena semangat kerjanya masih besar dan keinginannya bermotor pun masih
membara. Tetapi lama kelamaan Rama Tri tampak menjadi tenang, ikhlas dan
kerasan berada di Domus bersama para rama lain. Beliau pun termasuk yang rajin
makan bersama. Kini Rama Tri menjadi gemuk, tampak gagah bila berjalan, dan
ceria penuh kegembiraan bila berbicara walau terbata-bata.
Karena kebersamaan Rama Tri dengan para rama lain terutama di kamar makan,
maka ada hal khusus yang kini menjadi kekhasannya yang membuat geli tertawa
suka bagi rama-rama lain. Kondisi penyakitnya ternyata membuat beliau banyak
mengalami lupa dan amat lambat untuk menyebut barang-barang dan atau peristiwa
tertentu. Dulu ketika makan Rama Tri biasa mengatakan “Anu .... anu .... anu”
sambil jari telunjuk menunjuk-nunjuk sesuatu. Rama Yadi yang duduk di sebelah
kirinya biasa melayani. Rama Yadi berkata “Gedang?”
(Pisang?) dan Rama Tri menjawab “Dudu”
(Bukan). “Apel?” “Dudu”. “Tisu?”. “Yaaaaa” Rama Tri
menjawab gembira ketika yang dimaksud menjadi jelas. Suatu ketika Rama Tri
berkata sambil telapak tangannya menadah “Lawuh
..... lawuh ..... lawuh” (Lauk ..... lauk .... lauk). Rama Yadi menyodorkan
tempe yang dijawab dengan kata “Dudu”
dan terus beberapa kali menyebut lauk-lauk yang tersedia baik di piring maupun
tempat wadah lain. Jawaban Rama Tri selalu “Dudu”.
Ketika jari Rama Tri menunjuk bergantian ke arah tertentu dan ke arah TV, Rama
Yadi berkata “Iki, pa?” (Inikah)
sambil mengambil remote TV, dan Rama Tri berseru “Yaaaa” dengan leganya. “Oooooo, kanyata nonton TV sambil mangan ki
ya dadi lawuh” (Ooooo, ternyata menonton TV sambil makan itu juga menjadi
lauk) kata hati Rama Bambang.
Menonton TV untuk Rama Tri menjadi salah satu hal yang amat menyenangkan di
samping merokok Dji Sam Soe dan
mendengarkan radio. Beliau biasa menonton TV sampai larut malam bahkan dini
hari. Dalam hal menonton TV ada hal-hal menarik. Tidak jarang muncul komentar
sama dengan kata “Goblog!” (Bodoh!)
yang diucapkan oleh Rama Tri dengan nada jengkel. Rama Bambang, yang posisi
duduknya di meja makan membelakangi TV, kerap berpaling melihat tayangannya.
Ternyata kata “Goblog!” tidak hanya
diarahkan pada sosok-sosok orang yang muncul di TV. Pada tayangan lain bahkan
termasuk iklan pun kata “Goblog!”
juga kerap muncul dari Rama Tri. Suatu ketika Rama Bambang bertanya “Kuwi ‘Goblog!’ ora?” (Itu bodoh tidak?) dan dijawab oleh Rama Tri “Ora” (Tidak). “Oooo, nek kowe seneng ora ‘Goblog’?” (Oooo, kalau kamu seneng itu
artinya tidak bodoh?) tanya Rama Bambang. Rama Tri menjawab sambil tertawa
menyetujui “Iya, bener” (Ya benar).
Bagaimanapun Rama Tri adalah seorang seniman. Ungkapan-ungkapannya sering
membingungkan. Tapi enak juga. Dan justru model Rama Tri, yang diperkaya oleh
kelemahannya berbicara akibat sakitnya, menjadi salah satu penghibur hidup
bersama.
0 comments:
Post a Comment