Program Novena Ekaristi Seminar tahap 7 di Ruang Santo Barnabas kompleks
Wisma Domus Pacis terjadi pada tanggal 1 September 2013. Sebelum perayaan
Liturgi Ekaristi, bersama Rama Agoeng para peserta asyik membicarakan tema Kaum Tua Menghadapi Yang Muda. Pembicaraan
didahului dengan paparan Rama Agoeng yang dilanjutkan dengan tanya jawab dan
sharing serta pendapat dari para peserta.
1.
PAPARAN RAMA AGOENG
Rama Agoeng mengetengah harapan dan hubungan mesra kaum tua dan kaum muda.
Beliau dalam paparannya lebih mendasarkan diri pada pengalamannya berjumpa
dengan anak muda, orang tua termasuk nenek dan kakek, dan pergaulannya dengan
keluarga-keluarga.
1.1. Harapan Orang Tua Kepada Anak
- Lulus sekolah dan kuliah dengan nilai yang baik
- Hidup mandiri dan mapan secara ekonomi
- Berkeluarga dan memiliki keturunan langsung
- Mampu menanggung hidup orangtuanya yang semakin tua
- Menjadi orang yang berguna bagi masyarakat dan orang banyak
- Bebas dari pengaruh buruk lingkungan dan budaya negatif
- Mampu beradaptasi dengan masyarakat (bahkan memimpin)
- Menerapkan perilaku gaya hidup sehat dan rajin olahraga
- Meneruskan mimpi ayah atau ibunya yang belum terwujud
1.2. Harapan Anak Kepada Orang Tua
- Cintailah aku sepenuh hatimu
- Aku ingin jadi diri sendiri, maka hargailah aku
- Cobalah mengerti aku dan cara belajarku
- Jangan marahi aku di depan orang banyak
- Jangan bandingkan aku dengan kakak dan adikku
- Bapak Ibu lupa, aku adalah fotocopy mu
- Kian hari umurku kian bertambah, maka jangan selalu anggap aku sbg anak kecil
- Biarkan aku mencoba, lalu beritahu bila aku salah
- Jangan membuat aku bingung, maka tegaslah padaku
- Jangan ungkit2 kesalahanku
- Aku adalah LADANG PAHALA BAGIMU.
1.3. Peran Masa Lalu
Baik pribadi orang tua maupun anak serta relasinya, kesemuanya ada hubungan
dengan masa lampau yang melatarbelakangi hidupnya dalam keluarga.
1.
Kepribadian
orang tua sekarang merupakan kelanjutan dari dirinya di masa lalu
2.
Relasi anak
dan orang tua sekarang merupakan kelanjutan relasi anak dan orang tua pada masa
lalu
1.4. Membangun Relasi Intim Dengan Anak
- Dengarkan
- Berbicara seputar diri mereka.
- Berikan mereka waktu untuk merespon.
- Rehat sejenak dari kesibukan pribadi.
- Buat komunikasi Anda dengan anak-anak sederhana dan jelas.
- Apresiasi usaha keras mereka mencapai prestasi.
- Komunikasi harus selalu menjadi sesuatu yang memotivasi anak Anda.
- Tetap positif, minta tolong dan beri arahan dengan kalimat-kalimat positif, dibanding mengancam dengan konsekuensi negatif.
- Menanggapi dengan kesabaran.
- Hindari gunakan kata-kata bernada menyalahkan di depan anak.
2.
BEBERAPA HAL MENONJOL
Hal-hal muncul dari tanya jawab dan sumbang wawasan. Yang cukup banyak
dibicarakan adalah:
- Mengapa kini ada anjuran tak boleh bertanyata tentang jumlah anak yang dimiliki. Bukankah keluarga akan bangga kalau memiliki anak. Ternyata dengan anjuran itu ada pemikiran: 1) Untuk mengingatkan bahwa perkawinan katolik yang paling utama adalah kesatuan pribadi istri dan suami. Kelangsungan perkawinan tidak ditentukan ada anak atau tidak; 2) Dalam kenyataan ada keluarga yang situasdinya “sulit punya anak”.
- Anak adalah fotocopy orang tua. Kalau akan memberi komentar “negatif” kepada anak, orang tua baik kalau melihat diri dan dulu yang melahirkannya.
- Kalau memberi nasihat atau pertimbangan, orang tua sebaiknya menyampaikan dengan tegas sehingga tidak membingungkan. Dengan ungkapan tegas anak akan tegas pula untuk bersikap menerima atau menolak.
- Kalau zaman yang selalu mudah berubah, generasi masa kini adalah generasi yang mudah “membuang yang lama atau yang kini ada” (bandingkan dengan gejala seperti kepemilikan hp yang selalu ingin yang baru). Di sini orang tua ditantang untuk berani memperbarui diri.
3.
TERANG KITAB SUCI
Ada tiga kutipan yang diambil: Maleakhi 4:5-6, Efesus 6:4, dan Yohanes
21:18.
- Gerakan sikap tobat. Dalam Kitab Nabi Maleakhi ada sabda “Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.” (4:5-6). Hadirnya nabi biasa berkaitan dengan warta pertobatan, yaitu hati berbail kepada Tuhan. Sikap tobat ini secara kongkret menjadi hati orang tuia tertuju pada anak dan hati anak tertuju pada orang tua. Hal ini mengisyaratkan pentingnya hubungan personal dialogal antara kaum tua dan kaum muda.
- Gerakan keteladanan. Paulus berkata “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” (Efesus 6:4). Orang tua berjuang untuk menciptakan suasana yang tidak menyakitkan hati anak. Di sini yang terutama harus dilakukan adalah pendidikan dalam Tuhan. Pendidikan bukanlah pengajaran yang menekankan ungkapan kata-kata. Pendidikan menekankan keteladanan.
- Makin tua makin mudah diatur. Tuhan Yesus berkata “Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.” (Yohanes 21:18) Bagaimanapun juga orang makin tua makin lemah dan makin ketinggalan zaman. Di sini kaum mudalah yang harus diikuti.
0 comments:
Post a Comment