Thursday, June 5, 2014
MENU KHUSUS
Sudah lebih dari dua minggu meja makan Domus Pacis terasa meriah. Ada satu menu makan yang menambah semangat para rama Domus Pacis tampak berkobar menikmati sayur dan lauk apapun yang dihidangkan. Bila menu ini terhidang tampaknya rama-rama akan memperhitungkan ada banyak atau tidak jumlahnya. Kalau jumlah terbatas menu itu akan dibagi merata dari para rama yang datang makan bersama. Rama yang tidak ikut makan bersama dapat tidak mendapatkan bagian. Tetapi kalau jumlah tidak terhitung terutama Rama Bambang, Rama Harto, Rama Yadi, dan Rama Tri Wahyono akan mengambil sekehendak nafsunya. Sebanyak apapun yang diambil tidak akan membuat rama yang tidak makan bersama akan mendapatkan kesempatan menyantap lebih sedikit. Menu itu adalah KERUPUK PATHI yang dibandingkan dengan kerupuk-kerupuk lain harganya paling murah. Sekalipun ada kerupuk udang, kerupuk ikan, peyek, belut, semangat menyantap tidak akan dapat mengalahkan semangat melahap kerupuk pathi.
"Sing tumbas Rama Jaka nggih, mbak?" (Yang membeli Rama Jaka ya, mbak?) tanya Rama Bambang kepada Mbak Tari pada makan malam 3 Juni 2014. "Inggih, rama. Sakniki mesthi wonten bakul krupuk langkung mriki dados lengganan" (Ya, rama. Sekarang berlangganan lewat penjual kerupuk yang lewat Domus Pacis) Mbak Tari menjelaskan. Rama Bambang meneruskan pertanyaan yang diarahkan ke Rama Agoeng "Onten jatah krupuk saking budjet keuskupan nggih?" (Ada jatah membeli kerupuk dari budged keuskupan ya?) yang langsung disahut oleh Rama Agoeng "Kula mboten ngertos" (Saya tidak tahu). Mbak Tari melanjutkan "Tumbase sing persegi. Sing bunder-bunder nika paringan saking Pakem" (Yang dibeli adalah yang segi empat. Yang bulat-bulat adalah pemberian kelompok Rama Jaka dari Pakem). Beberapa orang yang mengenal selera makan rama Domus memang kerap membawa kerupuk. Bu Rini dapat membawa 3 bungkus besar dari plastik. Rama Bambang kerap menyimpan banyak kerupuk dan kalau ada tamu bertanya "Kok kathah krupuk, rama?" (Kok ada banyak kerupuk, rama?) mendapatkan jawaban "Nggo snak" (Untuk snak). Soal kerupuk pernah membuat seseorang dari warga umat Paroki Babarsari kebingungan. Ketika akan bertandang ke Rama Bambang dan akan membawa oleh-oleh, dia bertanya kepada Pak Pius teman dekat Rama Bambang "Rama seneng apa, ya?" (Rama suka apa?). Pak Pius menjawab "Krupuk wae. Nek liya malah isa ra kepangan" (Krupuk saja. Yang lain dapat tidak termakan). Padahal orang itu amat kaya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment