Senin, 09 Juni 2014
Efrem, Yosef de Anchieta
warna liturgi Hijau
Bacaan
1Raj. 17:1-6; Mzm. 121:1-2,3-4,5-6,7-8; Mat. 5:1-12.
Matius 5:1-12:
1
Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan
setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. 2 Maka Yesuspun
mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: 3 "Berbahagialah orang
yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan
Sorga. 4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan
dihibur. 5 Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan
memiliki bumi. 6 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran,
karena mereka akan dipuaskan. 7 Berbahagialah orang yang murah hatinya,
karena mereka akan beroleh kemurahan. 8 Berbahagialah orang yang suci
hatinya, karena mereka akan melihat Allah. 9 Berbahagialah orang yang
membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. 10
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah
yang empunya Kerajaan Sorga. 11 Berbahagialah kamu, jika karena Aku
kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. 12
Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab
demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."
Renungan:
Injil
hari ini Mat. 5:1-12 menuliskan sabda Yesus tentang Sabda Bahagia.
Namun jalan bahagia yang ditawarkan oleh Yesus bukanlah dengan
kesenangan dan hura-hura. Jalan bahagia Yesus dilalui dengan aneka macam
perjuangan hidup bahkan mungkin bisa dikatakan dengan jerih lelah, sakit
hati bahkan dengan aneka luka. Kebahagian tidak lepas dari perjuangan
hidup harian, bahkan perjuangan hidup yang tidak mudah.
Kemarin saya
memberkati rumah keluarga yang kukenal sejak tahun 1992. Kala itu tampak di
hadapan saya keluarga itu keluarga sederhana. Salah satu anaknya
terlibat aktif dalam kegiatan Pelajar Katolik. Tiap kali kami naik
sepeda butut untuk rapat. Kadang-kadang saya membonceng motor tua milik
ayahnya. Perjuangan hidup mereka terasa buahnya setelah 22 tahun saya
mengenal mereka. Empat orang anak (semuanya laki-laki) mulai mapan, bapak ibunya
pun mulai bisa membangun rumah. Mereka tampak bahagia dan gembira.
Dalam
hati saya tertegaskan: jalan bahagia Kristus memang mesti dilalui
dengan perjuangan hidup. Mereka yang mampu bertahan dalam derita harian
akan mampu melewati aneka derita dan menemukan kebahagiaannya.
Kontemplasi:
Duduklah dengan tenang, pejamkan matamu. Ingatlah sejarah hidupmu untuk mencapai kebahagiaan.
Refleksi:
Apa makna bahagia dalam hidupmu?
Doa:
Tuhan,
kuatkan aku bertahan dalam perjuangan hidup sehari-hari. Dalam aneka
perjuangan itu aku percaya rahmatMu menuntunku menuju kebahagiaan. Amin.
Perutusan:
Aku menuju kebahagiaan dalam setiap langkah perjuangan hidupku.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment