By A. Gianto on Jendela Alkitab, Mingguan dalam http://www.mirifica.net
Rekan-rekan yang budiman!
DIKISAHKAN dalam Yoh 1:35-42 (Injil
Minggu Biasa II tahun B) bagaimana Yohanes Pembaptis menunjukkan kepada
dua muridnya bahwa orang yang dilihatnya lewat di situ, yakni Yesus,
ialah “Anak Domba Allah”. Kedua orang itu pun mengikutinya. Dan
terjadilah percakapan di antara Yesus dan kedua murid itu. Mereka
ditanya apa yang mereka cari. Mereka mengatakan ingin tahu di mana ia
tinggal. Yesus pun mengajak mereka ikut dan melihat sendiri. Begitulah
mereka tinggal bersama dia sampai sore hari. Salah seorang dari
keduanya, Andreas, menemui Simon Petrus, saudaranya, dan mengatakan
telah menemukan Mesias. Andreas mempertemukan saudaranya dengan Yesus
yang kemudian memberinya nama Kefas.
APA YANG KALIAN CARI?
Yohanes Pembaptis ialah orang besar yang
berani membuka jalan bagi dia yang datang, bagi Yesus. Orang-orang yang
tadi datang berguru kepadanya dituntunnya kepada dia yang diakuinya
sebagai lebih besar dari dirinya. Itulah yang diperbuatnya bagi kedua
orang muridnya pagi hari itu. Dan mereka kini mengikuti Yesus. Mungkin
benak mereka masih penuh tanda tanya. Siapakah dia yang sedemikian besar
yang dirujuk oleh guru mereka itu? Satu saat Yesus menoleh dan menyapa,
“Apa yang kalian cari?” (ay. 38) Pertanyaan ini sederhana, wajar, tapi
penuh perhatian. Boleh jadi mereka rada gelagapan tiba-tiba disapa
demikian oleh orang yang sedemikian ditinggikan oleh guru mereka sendiri
tadi. Jawab mereka lugu, “Guru, di manakah engkau tinggal.” Mereka
tidak mengharapkan langsung diterima. Hanya sekedar mengungkapkan rasa
ingin tahu. Tapi Yesus menanggapi. Ia mengajak mereka melihat sendiri.
Mereka dibiarkan menemukan yang mereka cari.
Itulah percakapan yang pertama kalinya
antara Yesus dengan orang yang mengikutinya seperti diceritakan kembali
dalam Injil Yohanes. Pembaca akan makin menyadari bagaimana sang Sabda
yang sejak dulu ada itu kini tampil dalam bentuk pertanyaan “Apa yang
kalian cari?” Ia bukan yang “jauh di sana”, melainkan dia yang menyapa
dan mengajak berbicara. Sang Sabda tidak menganggap sepi orang yang
datang kepadanya
Inti kehidupan batin boleh jadi dapat
dirumuskan dalam satu kata, yakni “mencari” Yang Abadi tapi yang ada di
tengah-tengah kemanusiaan. Namun sering kita juga belum amat tahu apa
sebetulnya yang kita maui. Dia akan membantu kita menemukan dirinya. Dan
hari itu terjadi demikian dengan kedua murid tadi – juga kepada siapa
saja yang mulai berjalan mengikutinya. Kita akan mendapat ajakan melihat
sendiri dan menemukan yang tak terduga-duga. Kedua murid itu juga
sedang menemukannya tanpa mereka sadari.
TIGA GELAR
Dalam bacaan ini, sosok Yesus
ditampilkan dengan tiga “gelar”, yakni Anak Domba Allah, Guru, dan
kemudian Mesias. Marilah kita dekati. Yohanes Pembaptis menyebut Yesus
sebagai Anak Domba Allah (Yoh 1:36). Sebutan ini sudah dipakainya dalam
1:29. Di situ ditambahkan “yang menghapus dosa dunia”. Tambahan ini
menjelaskan makna sebutan tadi. Dia itulah yang menyingkirkan kegelapan
dosa dari dunia sehingga menjadi wahana bagi terang.
Tafsir “Anak Domba Allah” sendiri amat
kaya. Bagi keperluan kali ini dapatlah diringkaskan sebagai berikut.
Sebutan itu mengingatkan pada anak domba yang dikurbankan orang Israel
pada malam sebelum meninggalkan negeri Mesir (Kel 12) yang kemudian
diperingati tiap tahun pada malam Paskah orang Yahudi. Ini perayaan
peristiwa pembebasan dari perbudakan di Mesir dan perayaan iman akan
Allah yang tetap melindungi mereka. Kemudian di kalangan para pengikut
Yesus yang pertama berkembang kesadaran bahwa dia itu juga kurban yang
diterima baik oleh Allah di Baitnya. Selain itu, kehidupan Yesus juga
dipandang sebagai sosok Hamba Allah sebagaimana terungkap dalam Yes
53:7. Hamba ini seperti anak domba yang dibawa ke tempat penyembelihan.
Boleh kita lanjutkan. Kehidupan Yesus dapat dilihat sebagai kurban silih
yang membebaskan dunia. Ia mendekatkan kembali manusia dengan Allah
sehingga dapat menjadi gambar dan rupa Pencipta yang utuh. Kehidupannya
memerdekakan manusia dari kurungan dosa. Dia itu. Anak Domba Allah!
Itulah yang dilihat Yohanes Pembaptis. Itulah yang diwartakannya kepada
orang banyak dan kepada dua orang muridnya hari ini.
RABI – GURU
Sebutan yang kedua secara spontan
diucapkan oleh kedua murid Yohanes Pembaptis, yakni “Rabi” atau “Guru”
(ay. 38), panggilan bagi ulama yang amat dihargai. Orang bijak seperti
ini dapat menerangi liku-liku kehidupan. Lebih dari itu, Yesus dapat
memperkenalkan siapa Allah itu dengan cara yang baru. Ia akan mengajar
agar orang berani memanggilNya sebagai Bapa. Dan orang akan menemukan
diri sebagai yang diperhatikan, yang dilindungi. Macam-macam kesulitan
dan bahkan penderitaan tidak akan membuat putus harapan. Ada yang
menunggu di sana.
Tentu saja kedua orang yang mengikuti
Yesus itu belum tahu apa yang bakal mereka terima. Tapi mereka malah
diajak melihat di mana guru itu tinggal dan tentunya di mana ia memberi
pengajaran. Begitulah mereka tinggal bersama dia hari itu hingga pukul
empat sore. Sepenuh hari mereka ada bersama dia. Apa yang mereka peroleh
dari guru ini? Seandainya kita dapat menempatkan diri dalam keadaan
kedua murid tadi, kita juga boleh bertanya, dalam mengikuti Yesus sang
Guru itu apa yang kita peroleh?
Yohanes penginjil mengisahkan, setelah
tinggal sehari dengannya, salah satu dari dua orang itu, yaitu Andreas,
mendapati seorang saudaranya, Simon, dan memberitahukan bahwa mereka
baru saja menemukan Mesias. Mereka bukan hanya melihat di mana ia
tinggal, melainkan menemukan bahwa yang disebut Anak Domba Allah oleh
Yohanes Pembaptis itu juga sang Mesias.
MESIAS
Bagi orang Yahudi pada zaman itu,
Mesias, Yang Terurapi, ialah tokoh yang kedatangannya telah lama
dinanti-nantikan. Dialah yang diharapkan akan memimpin umat agar
mendapatkan kembali kejayaan mereka. Mereka mendambakan pemimpin yang
datang dengan wibawa Allah sendiri. Setelah sehari penuh berada di
tempat Yesus tinggal, kedua orang itu mulai mengerti bahwa dia itulah
tokoh yang diharap-harapkan banyak orang. Boleh jadi belum amat jelas
kemesiasan macam apa yang ada dalam diri Yesus. Tetapi tak apa. Ia
sendiri nanti akan mengajarkannya. Yang penting, mereka telah
menemukannya. Harapan mereka akan perbaikan serta masa depan menjadi
besar dan menyala-nyala. Andreas mengabarkannya kepada Simon, dan bahkan
membawa saudaranya itu kepada Yesus.
Kemudian disebutkan bahwa Yesus
memandangi Simon dan memberinya nama baru, yaitu Kefas, artinya Petrus.
Kejadian ini berhubungan dengan peristiwa yang diungkapkan dalam Injil
Sinoptik sebagai pengakuan Petrus bahwa Yesus itu Mesias. Dalam
Injil-Injil Sinoptik, peristiwa itu menjadi puncak Injil tentang Yesus.
Setelah beberapa waktu menjadi murid Yesus dan mendengar macam-macam
“kata orang” mengenai dirinya, para murid ditanyai Yesus, menurut
“kalian”, siapa dirinya itu. Petrus mewakili para murid dan menegaskan
bahwa Yesus itu Mesias. Sesudah episode itu ada tradisi khusus mengenai
Petrus (Mat 16:17-19) yang ada titik temunya dengan Yoh 1:42, yaitu
bahwa Simon dipanggil sebagai Petrus. Dijelaskan dalam Injil Matius
bahwa Petrus itu karang tempat Yesus membangun umatnya dan alam maut
takkan menguasainya. Dalam Injil Yohanes, meski ia tidak ditonjolkan
dengan cara itu, Simon tampil sebagai orang pertama yang datang kepada
Yesus karena mendengar bahwa dia itu Mesias.
KABAR GEMBIRA
Dengan latar belakang di atas, jelas
bahwa kemesiasan Yesus itu kemesiasan untuk membangun umat sehingga
menjadi tempat yang tidak lagi dikuasai yang jahat dan tidak lagi
dikurung maut. Itulah yang dilakukan “Anak Domba Allah” seperti
dijelaskan di muka. Itulah yang diajarkan oleh “Guru” yang mempesona
orang yang bertemu dengannya.
Kabar Gembira tidak jatuh dari langit
begitu saja, melainkan kenyataan batin yang mulai hidup dalam hati dan
budi orang yang percaya, lewat kesaksian orang-orang yang telah
mengalaminya sendiri, juga lewat rasa ingin tahu kita sendiri. Tidak
bisa dipaksa-paksakan. Tetapi bisa dipersaksikan. Dan ditekuni dengan
mengalami sendiri perjumpaan dengan dia yang diwartakan Kabar Gembira
itu. Kehidupan beragama zaman ini dapat banyak belajar dari sana.
Para pewarta sabda juga diajak
membiarkan dia yang diwartakan Injil menyapa batin orang dengan caranya
sendiri. Peran pewarta ialah menunjukkan jalan yang pernah dilaluinya
sendiri dan yang dialaminya sendiri dan kini dapat dibagikan kepada
orang lain. Begitulah yang dilakukan Yohanes Pembaptis. Begitu pula yang
dibuat Andreas. Dan hasilnya nyata: kedua murid sang Pembaptis sejak
itu menjadi pengikut Yesus. Dan Simon menemukan Mesias. Jangan
dilupakan, Yesus menemukan Kefas, batu karang kukuh yang memungkinkan
kemesiasannya dikenal orang banyak.
DARI PAULUS
Bagian surat yang dibacakan dalam
kesempatan ini (1Kor 5:13a-15a.17-20) dapat terasa keras mengecam
perilaku amoral, dari perkara makan berlebihan sampai soal birahi. Guna
memahami maksud petikan ini baik diingat bahwa tujuan utama Paulus dalam
menulis semua ini kepada umat Korintus ialah untuk mengajak mereka
memahami masyarakat mereka – masyarakat Kristiani awal – hidup di
tengah-tengah orang bermacam-macam keyakinan, dari kalangan Yahudi
tradisional sampai ke masyarakat berpendidikan Yunani, dari mereka yang
dikenal sebagai kalangan “beragama” sampai kelompok yang dipandang
sebagai “kaum bebas”, juga di hadapan adat dan hukum-hukum perilaku.
Tidak amat berbeda dengan keadaan di zaman modern di sebuah
metropolitan. Dalam keadaan itulah orang semakin butuh memiliki
kesadaran akan apa yang betul, apa yang pantas, yang baik serta yang
melawan semua itu. Adat, hukum, agama serasa tidak lagi mencukupi, tetap
sikap mempertanyakan semua ini tidak juga banyak menolong. Dibutuhkan
semacam pegangan, tapi bukan lagi aturan-aturan yang diajarkan adat,
tetapi ancar-ancar batin. Nah dalam rangka inilah Paulus berbicara
mengenai beberapa perilaku khas yang disorotinya. Semakin di baca
semakin jelas bahwa tujuan utamanya bukanlah mencela atau melulu memberi
nasihat dan khotbah moralistis. Ia mau mengajak umat Korintus, yang
rata-rata berpendidikan cukup tinggi, untuk melihat bahwa kehidupan
mereka itu hidup yang sudah disebadankan dengan hidup Roh. Maksudnya
kehidupan mereka itu menjadi bentuk nyata kehadiran Roh. Nah bila mereka
berkelakuan tidak sepatutnya maka mereka akan menampilkan gambar buruk
siapa Roh itu. Inilah yang ditekankan. Semacam imbauan menalarkan
keadaan mereka. Umat Korintus juga dikenal orang-orang lain sebagai
pengikut cara hidup baru, kehidupan mengikuti Kristus. Nah, orang banyak
itu hendaknya dapat memperlihatkan bagaimana baiknya Roh di kalangan
masyarakat luas. Dengan pegangan dasar ini maka contoh-contoh konkret
menjauhi kelakuan “berdosa” yang disebutkan Paulus dapat lebih
dimengerti.
Pengikut Kristus dalam banyak arti
ialah orang yang mencari dia dan menemukannya dan kini mulai
dapat berbagi kegembiraan dengan orang-orang lain seperti para murid
Yohanes dalam petikan Injil kali ini. Juga orang-orang zaman ini
yang mulai mengenal Kristus tetap dapat membawakan kegembiraan rohani
serta menampilkan wajah Kristus kepada orang banyak. Inilah hidup
“mengikatkan diri”, menjadi “sebadan”, dengan Roh seperti yang
dikemukakan Paulus dalam 1Kor 5:17.
Foto: Pengakuan Yohanes Pembaptis, ilustrasi www.kuasadoa.com
0 comments:
Post a Comment