By
A. Gianto
on
Jendela Alkitab, Mingguan dalam http://www.mirifica.net
Rekan-rekan yang baik!
Dikisahkan dalam Injil Markus 1:7-11 peristiwa Yesus menerima baptisan. Peristiwa ini juga diceritakan oleh Matius (Mat 3:13-17) dan Lukas (Luk 3:21-22) dengan penekanan yang berbeda-beda. Secara tak langsung juga Injil Yohanes (Yoh 1:32-34) merujuk pada peristiwa itu. Seperti orang banyak, Yesus datang mengikuti seruan Yohanes Pembaptis untuk dibaptis sebagai tanda bertobat, sebagai tanda menyatakan diri mau menjauhi hal-hal yang bisa menghalangi kehadiran Yang Ilahi sendiri. Dalam baptisan itu terjadi sesuatu yang khas pada Yesus. Inilah yang disampaikan Injil. Khusus bagi perayaan tahun ini, baiklah Injil Markus dibaca dengan latar kedua bacaan yang mendahuluinya, yakni Yes 55:1-11 dan pada akhir tulisan ini juga dengan bacaan kedua (1Yoh 5:1-9).
PENYEGARAN BATIN
Dari bacaan pertama (Yes 55:1-11) kita dengar mengenai Tuhan yang memperhatikan umat-Nya yang kehausan di tengah jalan. Air, penyangga hidup, diberikan dengan cuma-cuma, gratis, sebagai rahmat supaya mereka dapat pulang dari pembuangan. Pemberian sederhana ini baru permulaan. Kebaikan lain dijanjikan: makanan, tempat tinggal, kebutuhan hidup, dan baru setelah itu hal-hal yang menyangkut hidup rohani: kehidupan agama (“Perjanjian”), pertobatan , kemampuan mendengar sabda ilahi.
Air yang dipakai dalam baptisan di
Yordan mengingatkan betapa dekatnya Tuhan kepada umat yang mau datang
kembali kepada-Nya. Pembaptisan yang dijalankan Yohanes menjadi ungkapan
manusia mau mendekat kembali kepada-Nya. Namun demikian, disadari pula
betapa kehidupan umat mudah mengering. Hukum-hukum agama dapat
mengurangi kemerdekaan dan menjadi beban. Kehidupan batin bisa jadi
layu. Air tidak bakal cukup menghidupkan kembali batin yang telah
kering. Butuh kekuatan dari atas sendiri. Butuh Roh yang bergerak di
atas air seperti dalam penciptaan. Kita ingat, pada saat itulah Tuhan
bersabda memfirmankan kehidupan. Itulah yang disadari Yohanes Pembaptis.
Yohanes Pembaptis bukan sebarang tokoh.
Dalam ingatan orang, dia itu orang suci yang mempesona. Orang-orang
datang kepadanya meminta nasihat, mencari kejernihan batin di tempat ia
tinggal, yaitu di padang gurun yang kersang. Di situ ia mencurahkan air
pertobatan dalam kehidupan yang mulai mengering. Mereka datang kepadanya
minta dibaptis (ay. 4-5) agar siap mendapat pengampunan dosa. Dalam
gambaran orang, Yohanes itu seorang nabi (ay. 6) dan utusan Tuhan yang
datang “mendahului” dan “mempersiapkan jalan” bagi-Nya (ay. 2b; hasil
paduan Kel 23:20 dan Mal 3:1). Dia adalah orang yang berseru-seru di
padang gurun, tempat kersang, meminta agar dipersiapkan jalan bagi Tuhan
yang mendatangi umat-Nya.
Tetapi tokoh yang sedemikian besar ini
mengaku, dirinya hanya pewarta kedatangan dia yang lebih berkuasa (ay.
7). Orang tentu bertanya-tanya, siapakah dia itu. Yohanes malah
menambahkan, bahwa membungkuk untuk melepaskan tali sandal orang yang
sedang diwartakannya itu saja ia merasa kurang pantas. Siapa gerangan
dia itu? Membungkuk melepaskan tali sepatu bukan hanya berarti
penghormatan kepada orang yang dihadapi. Ada pula arti yuridisnya. Dalam
Rut 4:7 dijelaskan kebiasaan di masa lampau, “…di Israel dalam hal
menebus dan menukar: setiap kali orang hendak menguatkan sebuah perkara,
maka yang seorang menanggalkan kasutnya sebelah dan memberikannya
kepada yang lain. Demikianlah caranya orang mengesahkan perkara di
negeri itu.” (Transaksi yang disahkan ialah pengalihan hak membeli tanah
milik keluarga Naomi dari sanak lelaki terdekat kepada Boas, yang
kemudian mengurus kedua perempuan itu.) Dengan latar belakang kebiasaan
tadi, maka jelas kata-kata Yohanes Pembaptis bukan sekedar basa-basi
melainkan pengakuan bahwa dirinya tidak layak mengambil alih yang jadi
hak Yesus, yaitu membawakan baptisan dalam Roh Kudus serta mendekatkan
kembali keilahian kepada manusia secara penuh. Yohanes berkata (Mrk 1:8)
bahwa yang dijalankannya ialah membaptis dengan air. Itu dilakukannya
untuk menyadarkan orang. Tetapi untuk sungguh dapat membawakan yang di
atas sana kepada manusia? Ah itu hak dia yang lebih berkuasa yang bakal
datang, yang akan membaptis dengan Roh Kudus.
IKUT DIBAPTIS
Seperti dicatat Markus, tampillah tokoh yang diwartakan Yohanes. Anehnya, ia tidak seperti yang barusan dikatakan Yohanes, yakni membaptis orang dengan Roh Kudus, tapi malah minta dibaptis oleh Yohanes! Dan segera sesudah ia dibaptis, Yesus dikatakan melihat langit terbelah, Roh Kudus turun, dan terdengar suara yang mengatakan kepadanya bahwa ia Putra terkasih yang mendapat perkenan dari atas. Bila dibaca dalam konteks peristiwa pembaptisan orang banyak oleh Yohanes, peristiwa pembaptisan Yesus ini memperlihatkan datangnya kekuatan-kekuatan ilahi bersama sang Putra terkasih untuk menyertai perjalanan umat yang telah menyatakan kesediaan untuk berganti haluan tadi. Yesus ini orang yang sedemikian dekat dengan kehadiran ilahi sendiri sehingga menurut kata-kata Markus, “Ia melihat” langit terbuka dan Roh Allah turun kepadanya seperti burung merpati, artinya, kekuatan surga yang dahsyat itu kini tampil dalam ujud yang lembut. Dalam menceritakan peristiwa yang sama, Lukas menambahkan bahwa Yesus “sedang berdoa ….” Baik Markus maupun Lukas, kedua-duanya menekankan pengalaman batin Yesus disapa sebagai anak terkasih oleh Dia yang di langit yang kini tidak lagi tertutup. Ditekankan pula bahwa pengalaman itu dimungkinkan oleh Roh Kudus yang disebut turun ke atas Yesus. Pengalaman batin ini kemudian menjadi kekuatannya.
Peristiwa langit terbelah dan pernyataan
dari langit itu juga boleh kita pahami sebagai Tuhan yang menerima baik
persembahan, hadiah, kado dari manusia. Nanti ungkapan yang sama juga
akan diperdengarkan ketika Yesus menampakkan kemuliaannya di gunung. Di
situ Tuhan mengatakan Diri-Nya berkenan kepada Yesus. Kemudian pada
saat-saat terakhir di salib ketika Yesus menyuarakan “sudah terlaksana”
(Yoh 19:30, bdk. Mrk 15:37// Mat 27:50//Luk 23,46) dan menyerahkan
nyawanya, Tuhan kembali menerobos ke dunia manusia (Tirai Bait terbelah
Mrk 15:38//Mat 27:51// Luk 23:45) dan memungutnya sebagai bingkisan yang
berkenan kepadanya. Bingkisan ini merujukkan kembali kemanusiaan yang
seburuk apapun dengan Tuhan yang Maha Besar itu.
WARTA BAGI ZAMAN INI
Yesus datang seperti orang banyak untuk menerima baptisan tobat. Bukan hanya kesediaannya memberi ruang gerak bagi Roh Allah yang menjadi nyata, melainkan juga kehadiran kekuatan ilahi sendiri. Kemauannya berbagi kehidupan dengan orang banyak, kesediaannya ikut merasakan kegelisahan dan kerisauan orang banyak dalam menantikan kedatangan yang dijanjikan, itulah yang membuatnya dipenuhi Roh, yang menjadikannya orang yang amat dekat dengan Yang Ilahi sendiri dan diserahi tugas menghadirkan-Nya kepada siapa saja. Keterbukaannya untuk berbagi keprihatinan dengan orang banyak menjadi jalan bagi Yang Ilahi untuk hadir di tengah-tengah manusia. Yang Maha Kuasa tidak meninggalkan kemanusiaan yang gelisah, yang menderita, yang mengalami kesusahan. Sekarang ini juga Yang Ilahi masih bisa hadir menghibur dan menolong yang menderita lewat kesediaan orang-orang yang mempedulikan keadaan mereka.
Apa yang dapat dipetik dari Injil bagi
kita zaman ini? Komunitas orang beriman, Gereja dalam arti
sekongkrit-kongkritnya, diajak untuk mengikuti jejak Yesus. Memberi
ruang gerak bagi Allah sehingga ia dapat bertindak di dunia ini. Agar
langit tidak lagi tertutup dan jagat mengering. Komunitas orang beriman
ialah orang-orang yang ikut menyaksikan dan mengalami terbukanya langit,
mencurahkan kekuatan yang menghidupkan, kekuatan yang tampak lembut
tetapi besar dayanya. Hampir semua dari kita di sini bersiap-siap masuk
menjadi pekerja di kebun anggur Tuhan di negeri kita nanti. Seperti
Yesus yang waktu itu juga bersiap menjalankan pelayanannya di
masyarakat. Kita dapat banyak belajar dari dia yang mendapat perkenan
dari langit, dari dia yang kehidupannya bisa membuat langit terbuka. Itu
juga panggilan kita, bersamanya.
DARI BACAAN KEDUA (1Yoh 5:1-9)
Ditekankan dalam bacaan kedua perihal “mengalahkan dunia” dengan percaya bahwa Yesus ialah “Anak Allah”. Gagasan-gagasan ini jelas bagi penerima surat itu, tetapi belum tentu demikian bagi kita. Penulis surat itu dari kalangan yang sama dengan komunitas yang melahirkan Injil Yohanes dan kerap memakai gagasan-gagasan dalam Injil itu. Begitulah “dunia” ditayangkan sebagai keadaan yang berjauhan dengan Yang Ilahi, bahkan memusuhinya. Wahana seperti ini digambarkan sebagai tempat gelap. Di situ kehidupan tidak berkembang. Wilayah itu wilayah maut. Manusia lahir ke “dunia” seperti itu. Maka kehidupannya pada dasarnya menjauhi keilahian. Tak ada kemungkinan mendekat ke terang ilahi karena manusia sejak lahir terkurung dan terjurus ke yang gelap. Begitulah andaiannya. Keadaan baru berubah bila terang sendiri mendatangi “dunia” yang seperti itu. Dan sang terang memang telah datang. Ia berasal dari Allah, yakni Sang Terang sendiri. Karena itu bisa dikatakan dia “lahir” dari Allah, dan dengan demikian ia itu “Anaknya Allah”. Inilah kerangka pemikiran dan peristilahan yang mendasari bacaan kedua. Pada generasi awal-awal para pengikut Yesus, gagasan seperti itu menjadi semakin mantap dan dipakai dalam pelbagai bentuk pewartaan yang akhirnya tertulis dalam bentuk Injil-Injil. Begitulah Yesus dipercaya sebagai manusia yang memang sedemikian dekat dengan keilahian sehingga bisa membawakan terang-Nya ke dunia yang dikuasai kegelapan. Ia datang sebagai Anak Allah dalam arti yang dijelaskan di muka. Orang-orang yang mendekat padanya akan mulai terbebas dari kegelapan dunia. Dan ini terjadi dengan mempercayainya dan berani mengikutinya.
Ada satu hal lagi. Kalangan pembaca
waktu itu tetap merasa butuh bahwa benarlah Yesus itu sedemikian dekat
pada keilahian dan bisa membawakan terang-Nya dan memang bisa diakui
sebagai Anak Allah. Diperlukan pernyataan yang tepercaya. Manusia bisa
mempersaksikan hal itu dengan pelbagai penjelasan dan teologi. Tetapi
kesaksian dari Yang Ilahi sendiri lebih kuat. Inilah yang ditegaskan
dalam 1Yoh 5:9. Untuk mengalami benarnya pernyataan itu orang memang
diajak untuk percaya bahwa Yang Ilahi memang bersedia datang dan sudah
ada di dekat. Hanya butuh didengar, dipandangi, dirasa-rasakan – dan
inilah kehidupan iman yang diajarkan dalam komunitas khusus yang
mengasalkan Injil dan surat-surat Yohanes. Dengan belajar mendengar,
memandangi, merasakan kehadiran ilahi, maka manusia bisa setapak demi
setapak melepaskan diri dari dunia yang gelap dan jauh dari keilahian
tadi sambil mengenali terang-Nya. Orang akan memperoleh kepekaan batin.
Keterangan foto: Peristiwa pembaptisan Yesus, ilustrasi www.catichisis.gr
0 comments:
Post a Comment