dari http://queenachun.blogspot.com Minggu, 10 Juni 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan fisik pada masa lansia terlihat pada perubahan perubahan
fisiologis yang bisa dikatakan mengalami kemunduran, perubahan perubahan
biologis yang dialami pada masa lansia yang terlihat adanya kemunduran
tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan terhadap
kondisi psikologis.
Perubahan ini juga terjadi pada aspek psikologi dan sosialnya. Selain
itu permasalahan mengenai kemampuan motorik juga perlu untuk dibahas
secara terperinci.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan masa tua?
2. Bagaimanakah ciri-ciri dan karakteristik masa tua tersebut?
3. Apakah ada perubahan yang dialami dari segi fisiknya?
4. Bagaimanakah pengaruhnya terhadap psikologisnya?
5. Apakah implikasi masa tua dalam pendidikan?
C. Tujuan Pembahasan
Memberikan pemahaman serta pengetahuan kepada mahasiswa tentang
perkembangan fisik, psikologis, dan sosio-emosional secara terperinci
terhadap perkembangan masa tua.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MASA TUA
1. Pengertian masa tua (lanjut usia)
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa
ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai
dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin
menurun.
Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu
sama lain.
Berikut beberapa pendapat mengenai pengertian masa tua :
- Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995)
masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan
keberhasilannya.
- Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia
yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan
seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai
masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4
yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia
(elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia
sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
- Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994).
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni :
a) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
b) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
c) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, lanjut usia
merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan
dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ
tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun
sampai meninggal.
2. Ciri - ciri masa tua
a. Menurut Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu :
• Usia lanjut merupakan periode kemunduran.
• Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas.
• Menua membutuhkan perubahan peran.
• Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Karakteristik masa tua
Menurut Butler dan Lewis (1983) serta Aiken (1989) terdapat berbagai
karakteristik lansia yang bersifat positif. Beberapa di antaranya
adalah:
• keinginan untuk meninggalkan warisan;
• fungsi sebagai seseorang yang dituakan;
• kelekatan dengan objek-objek yang dikenal;
• perasaan tentang siklus kehidupan;
• kreativitas,
• rasa ingin tahu dan kejutan (surprise);
• perasaan tentang penyempurnaan atau pemenuhan kehidupan, dll.
B. PERUBAHAN FISIK PADA MASA TUA
Perkembangan fisik pada masa lansia terlihat pada perubahan perubahan
fisiologis yang bisa dikatakan mengalami kemunduran, perubahan perubahan
biologis yang dialami pada masa lansia yang terlihat adanya kemunduran
tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan terhadap
kondisi psikologis.
Perkembangan masa dewasa akhir atau usia lanjut, membawa penurunan fisik
yang lebih besar dibandingkan dengan periode periode usia sebelumnya.
Kita akan mencatat rentetan perubahan perubahan dalam penurunan fisik
yang terkait dengan penuaan, dengan penekanan pentingnya perkembangan
perkembangan baru dalam penelitian proses penuaan yang mencatat bahwa
kekuatan tubuh perlahan lahan menurun dan hilangnya fungsi tubuh
kadangkala dapat diperbaiki.
Terdapat sejumlah perubahan fisik yang terjadi pada periode lansia menurut Elida Prayitno yaitu:
• Perubahan fisik bukan lagi pertumbuhan tetapi pergantian dan perbaikan sel-sel tubuh.
• Pertumbuhan dan reproduksi sel-sel menurun.
• Penurunan Dorongan Seks.
Pada umumnya perubahan pada masa lansia meliputi perubahan dari tingkat
sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan,
pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,
muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan
integumen.
a. Sistem pernafasan pada lansia.
Kapasitas pernafasan pada lansia akan menurun pada usia 20 hingga 80
tahun sekalipun tanpa penyakit. Paru paru kehilangan elatisitasnya, dada
menyusut, dan diafragma melemah. Meskipun begitu berita baiknya adalah
bahwa orang dewasa lanjut dapat memperbaiki fungsi paru paru dengan
latihan latihan memperkuat diafragma.
b. Perubahan Sistem persyarafan.
1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3) Mengecilnya syaraf panca indera.
4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
5) Otak dan sistem syaraf. Aspek yang signifikan dari proses
penuaan mungkin adalah bahwa neuron neuron itu tidak mengganti dirinya
sendiri. Meskipun demikian otak dapat cepat sembuh dan memperbaiki
kemampuannya, hanya kehilangan sebagian kecil dari kemampuannya untuk
bisa berfungsi di masa dewasa akhir.
6) Perkembangan Sensori. Perubahan sensori fisik masa dewasa akhir melibatkan indera
penglihatan,pendengaran, perasa, pembau, dan indera peraba. Pada masa
dewasa akhir penurunan indera penglihatan bisa mulai dirasakan dan
terjadi mulai awal masa dewasa tengah. Adaptasi terhadap gelap lebih
menjadi lambat, yang berarti bahwa orang orang lanjut usia membutuhkan
waktu lama untuk memulihkan kembali penglihatan mereka ketika keluar
dari ruangan yang terang menuju ke tempat yang agak gelap.
c. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
Ciri – ciri perubahan pada indra masa lansia salah satunya sekresi saliva
berkurang mengakibatkan pengeringan rongga mulut. Papil-papil pada
permukaan lidah mengalami atrofi sehingga terjadi penurunan sensitivitas
terhadap rasa terutama rasa manis dan asin. Keadaan ini akan
mempengaruhi nafsu makan, dan dengan demikian asupan gizi juga akan
terpengaruh. Keadaan ini mulai pada usia 70 tahun. Perubahan indera
penciuman, penglihatan dan pendengaran juga mengalami penurunan fungsi
seiring dengan bertambahnya usia.
d. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
Tidak lama berselang terjadi penurunan jumlah darah yang dipompa oleh
jantung dengan seiringnya pertambahan usia sekalipun pada orang dewasa
yang sehat. Bagaimanapun, kita mengetahui bahwa ketika sakit jantung
tidak muncul, jumlah darah yang dipompa sama tanpa mempertimbangakan
usia pada masa dewasa. Kenyataannya para ahli penuaan berpendapat bahwa
jantung yang sehat dapat menjadi lebih kuat selama kita menua dengan
kapasitas meningkat bukan menurun.
e. Sistem genito urinaria.
1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah
ke ginjal menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai
50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1
) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat.
2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK
meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia
sehingga meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
4) Atropi vulva.
5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan
menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi
sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.
6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung
menurun tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
f. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
1) Produksi hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan
hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH,
FSH dan LH.
4) Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat, dll.
g. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.
1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal
disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari
selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas
dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam &
pahit.
3) Esofagus melebar,dll.
h. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
1) Perubahan sistem reprduksi.
a) selaput lendir vagina menurun/kering.
b) menciutnya ovarium dan uterus.
c) atropi payudara.
d) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur.
e) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
2) Kegiatan sexual.
Pada masa usia lanjut khususnya pada wanita salah satu ciri perubahannya
yaitu mengalami fase menopause. Akibat berhentinya haid, berbagai organ
reproduksi akan mengalami perubahan. Rahim mengalami antropi (keadaan
kemunduran gizi jaringan), panjangnya menyusut, dan dindingnya menipis.
Jaringan miometrium (otot rahim) menjadi sedikit dan lebih banyak
mengandung jaringan fibriotik (sifat berserabut secara berlebihan).
Leher rahim (serviks) menyusut tidak menonjol kedalam vagina bahkan
lama-lama akan merata dengan dinding vagina, dsb.
1) Hot flushes (perasaan panas)
Adalah rasa panas yang luar biasa pada wajah dan tubuh bagian atas
(seperti leher dan dada). Dengan perabaan tangan akan terasa adanya
peningkatan suhu pada daerah tersebut. Gejolak panas terjadi karena
jaringan-jaringan yang sensitif atau yang bergantung pada esterogen akan
terpengaruh sewaktu kadar estrogen menurun. Pancaran panas diperkirakan
merupakan akibat dari pengaruh hormon pada bagian otak yang bertanggung
jawab untuk mengatur temperatur tubuh.
2) Keringat Berlebihan
Cara bekerjanya secara persis tidak diketahui, tetapi pancaran panas
pada tubuh akibat pengaruh hormon yang mengatur termostat tubuh pada
suhu yang lebih rendah. Akibatnya, suhu udara yang semula dirasakan
nyaman, mendadak menjadi terlalu panas dan tubuh mulai menjadi panas
serta mengeluarkan keringat untuk mendinginkan diri. Selain itu, dalam
kehidupan seorang wanita, jaringan-jaringan vagina menjadi lebih tipis
dan berkurang kelembabannya seiring dengan kadar estrogen yang menurun.
Gejala lain yang dialami wanita adalah berkeringat dimalam hari.
3) Vagina Kering
Perubahan pada organ reproduksi, diantaranya pada daerah vagina sehingga
dapat menimbulkan rasa sakit pada saat berhubungan intim. Selain itu,
akibat berkurangnya estrogen menyebabkan keluhan gangguan pada epitel
vagina, jaringan penunjang, dan elastisitas dinding vagina. Padahal,
epitel vagina mengandung banyak reseptor estrogen yang sangat membantu
mengurangi rasa sakit dalam berhubungan seksual.
4) Tidak dapat menahan air seni
Ketika usia bertambah, air seni sering tidak dapat ditahan pada saat
bersin dan batuk. Hal ini akibat estrogen yang menurun sehingga salah
satu dampaknya adalah inkonsitensia urin (tidak dapat mengendalikan
fungsi kandung kemih). Perlu diketahui, dinding serta lapisan otot polos
uretra perempuan juga mengandung banyak reseptor estrogen. Kekurangan
estrogen menyebabkan terjadinya gangguan penutupan uretra dan perubahan
pola aliran urin menjadi abnormal sehingga mudah terjadi infeksi pada
saluran kemih bagian bawah.
5) Hilangnya jaringan penunjang
Rendahnya kadar estrogen dalam tubuh berpengaruh pada jaringan kolagen
yang berfungsi sebagai jaringan penunjang pada tubuh. Hilangnya kolagen
menyebabkan kulit kering dan keriput, rambut terbelah-belah, rontok,
gigi mudah goyang dan gusi berdarah, sariawan, kuku rusak, serta
timbulnya rasa sakit dan ngilu pada persendian.
6) Penambahan berat badan
7) Gangguan mata
8) Nyeri tulang dan sendi
i. Perubahan otot
Penurunan berat badan sebagai akibat hilangnya jaringan otot dan
jaringan lemak tubuh. Presentasi lemak tubuh bertambah pada usia 40
tahun dan berkurang setelah usia 70 tahun. Penurunan Lean Body Mass (
otot, organ tubuh, tulang) dan metabolisme dalam sel-sel otot berkurang
sesuai dengan usia. Penurunan kekuatan otot mengakibatkan orang sering
merasa letih dan merasa lemah, daya tahan tubuh menurun karena terjadi
atrofi. Berkurangnya protein tubuh akan menambah lemak tubuh. Perubahan
metabolisme lemak ditandai dengan naiknya kadar kolesterol total dan
trigliserida.
Ciri – ciri perubahan fisik masa usia lanjut akan berpengaruh juga pada kondisi kesehatannya, seperti berikut :
• Keadaan tubuh: Kadar lemak dalam tubuh meningkat akibat
penurunan aktivitas fisik dan kurang makanan berserat. Daya motorik otot
menurun membuat orang sulit bergerak. Jumlah air di dalam tubuh
berkurang. Massa tulangpun menurun karena kondisi tulang mulai rapuh,
sementara pertumbuhan tulang sudah berhenti.
• Pencernaan: Gangguan pada gigi dan perubahan bentuk rahang
mengakibatkan sulitnya mengunyah makanan. Daya penciuman dan perasa
menurun, hal ini menyebabkan turunnya selera makan yang berakibat
kekurangan gizi. Menurunnya produksi asam lambung dan enzim pencernaan,
mempengaruhi penyerapan vitamin dan zat-zat lain pada usus. Penurunan
perkembangan lapisan otot pada usus, melemahkan dinding usus, dan
menurunkan daya cerna usus. Fungsi hati yang memproses racun, seperti
obat-obatan dan alkohol pun melemah.
• Kekebalan tubuh: Akibat berkurangnya kemampuan tubuh memproduksi
antibodi pada masa lansia, sistim kekebalan tubuhpun menurun. Hal ini
membuat lansia rentan terhadap berbagai macam penyakit.
• Jantung: Daya pompa jantung menurun karena elastisitas pembuluh
arteri melemah, semua ini akibat perubahan kolagen dan elastin dalam
dinding arteri.
• Pernafasan: Fungsi paru-paru menurun akibat berkurangnya
elastisitas serabut otot yang mempertahankan pipa kecil dalam paru-paru
tetap terbuka. Penurunan fungsi ini akan lebih berat jika orang
bersangkutan memiliki kebiasaan merokok dan kurang berolahraga.
• Otak dan syaraf. Menurunnya kemampuan fungsi otak melemahkan
daya ingat. Akibatnya, orang lansia suka sering lupa makan atau minum
obat, yang pada akhirnya akan menimbulkan penyakit, dll.
C. PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA MASA TUA
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu
sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa
lansia. Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga
para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun
beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi
kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:
a. Penurunan Kondisi Fisik
b. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
• Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
• Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya.
• Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
• Pasangan hidup telah meninggal.
• Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
c. Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar,
persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga
menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara
fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan
dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat
bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian
lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe
kepribadian lansia sebagai berikut:
1. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya
tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai
sangat tua.
2. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini
ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa
lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada
dirinya.
3. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe
ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan
keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi
jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan
menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
4. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini
setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya,
banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama
sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
5. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia
tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit
dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
d. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan
ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau
jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya,
karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan,
kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi
setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model
kepribadiannya.
e. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik
dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan
pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat
berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan
keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka
melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak
merasa terasing atau diasingkan.
Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk
berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku
regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan
barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu
orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
HUBUNGAN SOSIO-EMOSIONAL LANSIA
Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga akan
memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional lansia,
namun begitu pula sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial
menolaknya atau tidak memberikan ruang hidup atau ruang interaksi bagi
mereka maka tentunya memberikan dampak negatif bagi kelangsungan hidup
lansia.
Menurut teori aktivitas (activity theory), semakin orang dewasa lanjut
aktif dan terlibat, semakin kecil kemungkinan mereka menjadi renta dan
semakin besar kemngkinan mereka merasa puas dengan kehidupannya. Dalam
hal ini penting bagi para dewasa lanjut untuk menemukan peran-peran
pengganti untuk tetap menjaga keaktifan mereka dan keterlibatan mereka
di dalam aktivitas kemasyarakatan. Dengan adanya aktivitas pengganti ini
maka dapat menghindari individu dari perasaan tidak berguna,
tersisihkan, yang membuat mereka menarik diri dari lingkungan.
Dalam teori rekonstruksi gangguan sosial (social
breakdown-reconstruction theory) (Kuypers & Bengston, 1973)
menyatakan bahwa penuaan dikembangkan melalui fungsi psikologis negative
yang dibawa oleh pandangan-pandangan negatif tentang dunia sosial dari
orang-orang dewasa lanjut dan tidak memadainya penyediaan layanan untuk
mereka. Rekonstruksial dapat terjadi dengan merubah pandangan dunia
sosial dari orang-orang dewasa lanjut dan dengan menyediakan
sistem-sistem yang mendukung mereka. Ketersediaan layanan bagi dewasa
lanjut dapat mengubah pandangan mereka mengeanai lingkungan sosialnya.
Mereka akan tetap mampu untuk berperan aktif dengan layanan yang ada dan
juga mereka akan mengubah pandangan dunia sosial yang negatif dan
meniadakan pemberian label sebagai seseorang yang tidak mampu
(incompetent). Dorongan untuk berpartisipasi aktif orang-orang dewasa
lajut di masyarakat dapat meningkatkan kepuasan hidup dan perasaan
positif mereka terhadap dirinya sendiri.
II. GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA MASA TUA
a. Gangguan persepsi
b. Proses berpikir
c. Gangguan Sensorik dan kognitif
d. Gangguan Kesadaran
e. Gangguan Orientasi
Gangguan orientasi terhadap waktu, tempat dan orang berhubungan dengan
gangguan kognisi. Gangguan orientasi sering ditemukan pada gangguan
kognitif, gangguan kecemasan, gangguan buatan, gangguan konversi dan
gangguan kepribadian, terutama selam periode stres fisik atau lingkungan
yang tidak mendukung. Pemeriksa dilakukan dengan dua cara: Apakah
penderita mengenali namanya sendiri dan apakah juga mengetahui tanggal,
tahun, bulan dan hari.
f. Gangguan Daya ingat
g. Gangguan Fungsi intelektual
Didalam buku “Psikologi Agama” yang ditulis oleh Bambang Syamsul Arifin,
mengatakan bahwa manusia dari masa ke masa selalu bergerak melakukan
kegiatan untuk meraih harapan kesempurnaan dalam hidup dan terhindar
dari kekawatiran mereka, hal demikian tentu juga masih dirasakan oleh
golongan orang-orang lanjut usia.
IMPLIKASI DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Proses pendidikan berlangsung secara terus menerus seumur hidup. Proses
belajar juga berlangsung sepanjang hidup manusia (lifelong learning).
Implementasi dalam program pendidikan sepanjang hidup melibatkan
berbagai pertimbangan seperti filosofis, ekonomik, dan teknik
pelaksanaan. Dari segi teknik pelaksanaan, bersumber dari hasil
penelitian tentang belajar dan ingatan pada lanjut usia Lenher &
Hultsch (1983. 463) yang mengusulkan beberapa hal sebagai berikut:
1.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa
ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai
dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin
menurun.
Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu
sama lain.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang
menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang
telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah
kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia
pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74
tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very
old) diatas 90 tahun.
B. Saran Dan Kritik
Dalam berusaha melengkapi makalah ini, tentu ada sesuatu yang kurang dan
kami sebagai penulis baik dari pembahasan ataupun dari segi tulisan
menyadari akan hal demikian. Maka dari itu kami akan berusaha lebih baik
dengan selalu mengedapankan sumber-sumber yang lebih layak sebagai
reverensi. Kami sangatlah mengharapkan masukan baik berupa kritik
ataupun saran sehingga dapat menjadi sebuah instropeksi dari karya kami
juga sebagai semangat dan landasan baru untuk terus berinovasi dalam
berkarya.
http://mnhmotivator.blogspot.com/2011/06/psikologi-perkembangan-masa-tua.html
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment