diambil dari http://www.katolisitas.org
Pertanyaan:
kenapa di PL harus ada kurban bakaran? kalau tidak salah di kitab imamat, yg mengatur kurban penghapusan dosa.
kenapa dinyayikan anak domba Allah… yang… menghapus dosa dunia… kasihanilah… ka…mi…?
kenapa Yesus disebut anak domba Allah?
kenapa kok domba? kenapa bukan kambing? kenapa bukan gajah? kenapa bukan ayam?
kenapa di okultisme juga ada ritual kurban? (biasanya kurban darah manusia)
kalo mengikut Tuhan (mnrt PL) harus ada kurban dan mengikut setan juga ada kurbannya. berarti setan maupun Tuhan sama saja dong… sama-sama minta darah.
kenapa Yesus harus dikorbankan? (disalib)
kenapa dinyayikan anak domba Allah… yang… menghapus dosa dunia… kasihanilah… ka…mi…?
kenapa Yesus disebut anak domba Allah?
kenapa kok domba? kenapa bukan kambing? kenapa bukan gajah? kenapa bukan ayam?
kenapa di okultisme juga ada ritual kurban? (biasanya kurban darah manusia)
kalo mengikut Tuhan (mnrt PL) harus ada kurban dan mengikut setan juga ada kurbannya. berarti setan maupun Tuhan sama saja dong… sama-sama minta darah.
kenapa Yesus harus dikorbankan? (disalib)
Jawaban:
Shalom Alexander Pontoh,
Terima kasih atas pertanyaannya. Berikut ini adalah jawaban singkat yang dapat saya berikan:
1. Tentang kurban bakaran
Kalau kita melihat semua agama – termasuk agama kodrat (natural religion) – maka kita akan melihat adanya sistem korban. Sistem korban ini secara tidak langsung mengungkapkan akan adanya sesuatu yang lebih besar dari manusia, karena korban itu dipersembahkan kepada sesuatu atau seseorang yang dianggap lebih besar dari manusia. Dan manusia yang menyadari akan kesalahan-kesalahannya, memberikan korban kepada sesuatu yang lebih besar ini, sehingga akibat dari kesalahan-kesalahan tidak lagi ditimpakan kepada manusia yang melakukan kesalahan. Dalam konteks Perjanjian Lama, maka Tuhan sendiri yang memberikan perintah agar Israel memberikan korban bakaran yang berkenan kepada Allah. Dan kemudian korban ini disempurnakan dengan korban Kristus, yang menjadi korban bagi pemulihan dosa manusia, sekali dan untuk selamanya – karena martabat-Nya sebagai Allah dan karena dilakukan atas dasar kasih yang sempurna.
2. Tentang Anak Domba
Dalam kesempurnaan rancangan keselamatan Allah, maka apa yang terjadi di dalam Perjanjian Lama adalah merupakan gambaran yang samar-samar, yang dipenuhi secara penuh dalam diri Kristus Yesus. Jadi, anak domba bukanlah muncul dalam liturgi secara tiba-tiba, ketika pastor menyerukan “Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia…“. Namun, kalau kita meneliti, ketika Adam dan Hawa telah berdosa, mereka diusir dari Taman Firdaus dan diberikan pakaian dari kulit binatang (lih. Kej 3:21) – yang merupakan gambaran akan Kristus yang dikorbankan, yang dikenakan kepada manusia. Kita juga melihat korban anak domba yang diberikan oleh Abel (lih. Kej 4:4) dan juga Ishak dan Abraham (lih. Kej 22:7-8), dan ketika Tuhan membebaskan Israel dari Mesir (lih. Kel 12:5). Kemudian persembahan ini diteruskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Hal yang sama dari persembahan tersebut adalah mereka menggunakan anak domba jantan yang tidak bercela. Dan anak domba yang dinyatakan dalam Perjanjian Baru adalah Kristus sendiri, sehingga Yohanes mengatakan “Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yoh 1:29). Anak Domba yang disantap pada Paskah di dalam Kitab Keluaran menjadi sempurna, karena Kristus sendiri yang menjadi Anak Domba Allah yang dikorbankan dan menyediakan Diri-Nya untuk disantap dalam setiap perjamuan Kudus atau Ekaristi. Dan sampai pada kepenuhannya, di Sorga akan terjadi perjamuan kawin Anak Domba (lih. Why 19:9).
Dari pemaparan di atas, maka kita melihat bahwa Yesus disebut Anak Domba, karena Yesus adalah pemenuhan dari semua korban di dalam Perjanjian Lama, yang sering memakai anak domba (karena mungkin karakter dari domba yang lembut). Dan Yesus disebut Anak Domba, karena memang Dia adalah Putera Allah yang dikorbankan untuk menebus dosa dunia. Dia yang dibawa ke tempat penyiksaan tanpa mengeluh dan mengeluarkan suara. Kisah Para Rasul 8:32 mengutip Yes 53:7 menuliskan “Nas yang dibacanya itu berbunyi seperti berikut: Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya.” Dan kembali rasul Paulus menegaskan bahwa Kristus adalah Anak Domba Paskah (lih. 1Kor 5:7).
3. Tentang okultisme.
Bahwa di dalam ritual okultisme ada persembahan tidak membuat persembahan yang diminta oleh Tuhan adalah salah. Dalam teologi korban, yang terpenting adalah persembahan dari dalam, yang ditegaskan oleh Daud dengan mengatakan “16 Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya. 17 Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah” (Mzm 51:16-17). Jadi, yang perlu dipertanyakan adalah apa intensi dari korban yang dibuat dalam ritual okultisme. Dalam liturgi Ekaristi, maka korban yang dipersembahkan adalah Kristus sendiri dan yang mengorbankan adalah Kristus sendiri lewat pastor (in persona Christi), yang dilakukan atas dasar kasih demi keselamatan umat Allah. Dengan demikian, keduanya sama-sama mempunyai upacara korban, namun didasari oleh intensi yang berbeda. Jadi, kita tidak dapat menyamakan dua hal ini, seolah-olah mempunyai maksud yang sama, karena keduanya mempunyai dasar dan intensi yang berbeda.
4. Tentang Yesus harus dikorbankan.
Silakan membaca artikel: kesempurnaan rancangan keselamatan Allah di sini – silakan klik.
Semoga jawaban-jawaban di atas dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
stef – katolisitas.org
0 comments:
Post a Comment