Antonius Maria Zakkaria
warna liturgi Hijau
Bacaan-bacaan:
Am. 7:10-17; Mzm. 19:8,9,10,11; Mat. 9:1-8. BcO Neh. 9:22-37.
Nas Injil:
1 Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. 2 Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni." 3 Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: "Ia menghujat Allah." 4 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? 5 Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah 6 Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu:"Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" 7 Dan orang itupun bangun lalu pulang. 8 Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.
Percikan Nas:
Para ahli Taurat menilai perbuatan baik Yesus sebagai tindakan menghujat Allah. Pada dasarnya mereka berada dalam posisi berseberangan dengan Yesus. Maka tindakan sebagus apapun pasti dinilai tidak baik. Hal itu sungguh sulit untuk dinalar. Yesus pun sampai mengatakan, “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?” (Mat 9:4).
Orang-orang yang memendam rasa benci atau ingin menutupi kesalahannya sering bersikap sinis, negatif kepada perbuatan baik orang lain. Tindakan yang diambil mungkin lari meninggalkan tanggung jawab atau malah ektrim selalu menganggap jelek semua perbuatan baik sesamanya. Orang yang dibenci selalu salah dan perbuatannya dicela.
Dunia kita masih diliputi oleh suasana yang tidak mudah menerima kebaikan lawan. Apapun perbuatan baik akan dilihat secara negatif. Sebenarnya orang seperti ini bisa dikatakan sebagai pribadi pencela dan tidak mampu melihat kebaikan lawan. Mungkin baik kalau kita tidak terperangkap dalam jebakan nafsu diri untuk diutamakan. Kita perlu dengan sadar mengakui kebaikan-kebaikan sesama juga lawan. Kita kembali ke hati kita. Hati yang tulus dan tidak berpikir jahat.
Doa:
Tuhan, jagailah hatiku supaya tidak terisi apalagi dikuasai pikiran-pikiran jahat. Murnikanlah hatiku. Arahkan aku untuk mengisi hati dengan kebaikan-kebaikan. Amin.
Hati yang tidak jahat
“Sertailah kami menjadi saksi Injil-Mu" (1999-2018)
(goeng).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment