Lapar dan Haus akan Tuhan

Sabtu, 7/7/2018

Sabtu Imam

Pekan Biasa XIII

Mateus 9:14-17

Setiap agama dan budaya memiliki tradisi bagi umat dan masyarakat untuk berpuasa. Puasa memiliki tempatnya dalam kehidupan dalam rangka kekudusan. Kita berpuasa demi kebaikan alami agar jiwa lebih peka terhadap hal-hal yang supernatural dan spiritual. Puasa itu untuk mengolah batin dan membungkam kedagingan agar kita lebih merasa lapar dan haus secara rohani akan Tuhan. Kita belajar melawan gangguan demi yang baik dan yang suci. 

Puasa dan praktik kesalehan bukanlah tujuan itu sendiri. Orientasi dan tujuan akhir adalah kehidupan spiritual yakni persatuan dengan Kristus. Ada bahaya kesombongan rohani secara halus dalam diri kita bila askese dan puasa hanya demi kepentingan sendiri. Maka kita harus melihat tujuan akhirnya yakni persatuam dengan Tuhan. Jika latihan rohani tidak menuntun kita untuk menghayati kehendak Tuhan dan kehadiranNya dengan cara yang lebih penuh kasih, maka itu tidak ada gunanya bagi kita.

Tuhan, puasa yang kami jalani sebagai muridMu dan anggota Gereja adalah untuk menyatukan diri kami dengan Dikau yang menderita. Penyangkalan diri, untuk melakukan kehendakMu, merupakan partisipasi dalam PenebusanMu. Semoga aku siap untuk hidup bersatu dengan Dikau, demi keselamatan jiwa-jiwa dalam Kerajaan-Mu kini dan selamanya. Amin.

JoharT Wurlirang, 7/7/2018

»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr

Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan;
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang;
Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang.