Pagi itu, Senin tanggal 20 Agustus 2018, jam sudah melewati angka 8. Bu Titik, salah satu relawan yang biasa mengurus alat-alat liturgi Domus Pacis Puren, masuk kamar Rm. Bambang dan berkata "Mangke tamunipun pinten? Sewidak?" (Nanti jumlah tamu ada berapa? Enampuluh orang?) yang dijawab oleh Rm. Bambang "Nggih langkung?" (Jelas lebih). Kemudian terjadi dialog pendek-pendek tentang jumlah dari delapan puluh hingga seratusan yang ditutup oleh Rm. Bambang dengan kata-kata "Mangke dietung mawon" (Nanti dihitung saja). Tiba-tiba Mbak Tri, salah satu pramurukti, datang sambil membawa beberapa ikat kardos masing-masing terdiri dari 5 buah dos. Di belakang Mbak Tri ada seorang lelaki juga membawa ikatan-ikatan kardos yang sama. Lelaki itu meninggalkan kamar Rm. Bambang untuk sesaat dan kembali lagi membawa hal sama. Kardos-kardos itu berisi masing-masing 7 macam roti yang dipesan oleh Bu Rini, salah satu relawan. Sesudah kardos-kardos itu dihitung, Rm. Bambang berkata kepada Bu Titik "Kula pesen kangge satus selangkung tiyang, lho. Sinten ngertos sami mbekta anak putu" (Saya pesan untuk 125 orang, lho. Siapa tahu yang datang mengajak anak cucu).
Sebenarnya hari tahbisan Rm. Tri Wahyono adalah tanggal 19 Agustus. Tetapi peringatan diselenggarakan pada sehari sesudahnya. Peringatan diselenggarakan dengan Misa pada jam 18.00 yang dipimpin oleh Rm. Sapto, Minister Domus yang juga Pastor Paroki Pringwulung, sebagai selebran utama. Rm. Wito, salah satu rama Domus, dan Rm. Tomo, rama Pringwulung, menjadi koselebran. Rm. Ria, Rm. Tri Hartono, Rm. Tri Wahyono, dan Rm. Bambang duduk di sekitar altar, sedang Rm. Yadi ada di belakang. Rm. Gito, yang sudah sepuh dan tinggal di Pastoran Pringwulung, juga hadir duduk di sebelah kanan Rm. Rio. Keenam rama ini memakai seragam baju batik baru. Salah satu rama Domus, yaitu Rm. Harto, memang tidak ada. Beliau, yang didampingi Mas Ardi karyawan Domus, masih ada di Semarang dan pada malam itu masih harus kontrol dokter.
Berkaitan dengan Rm. Tri Wahyono ada dua hal khusus yang dibuat oleh Rm. Sapto di dalam memimpin Misa. Dalam Ritus Pembuka, bagian pengantar diisi dengan memperkenalkan lima orang tamu, yaitu adik Rm. Tri Wahyono beserta keluarga dan kemenakannya. Mereka diminta berdiri dan berbicara memperkenalkan diri kepada umat. Hal kedua terjadi dalam bagian homili. Rm. Sapto meminta sharing dari rama-rama serumah di Domus Pacis. Rm. Ria menekankan kedekatan Rm. Tri dengan kaum muda. Rm. Yadi mengisahkan kesenimanan Rm. Tri sebagai pelukis dan pemahat. Rm. Bambang mensharingkan kepedulian Rm. Tri pada yang miskin. Rm. Bambang juga mengatakan bahwa realita kini Rm. Tri Wahyono yang didampingi oleh dua pramurukti adalah bukti bahwa Keuskupan amat memperhatikan imamnya. Ketika keluarga juga diminta sharing, Pak Bambang, adik ipar Rm. Tri, mengatakan pengaruh besar Rm. Tri dalam keluarga sehingga ada 3 orang kemenakannya yang menyusul jadi imam. Seusai Misa semua menikmati sajian nasi goreng dan bakmi goreng. Ketika pulang satu per satu membawa pulang kardos berisi roti. Beberapa tetangga juga mendapatkan kiriman kardos roti tersebut.
0 comments:
Post a Comment