Senin, 6 Agustus
2018
Markus 9:2-10
9:2
Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama
dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian
saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka,
9:3
dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini
yang dapat mengelantang pakaian seperti itu.
9:4
Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang
berbicara dengan Yesus.
9:5
Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat
ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan
satu untuk Elia."
9:6
Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena
mereka sangat ketakutan.
9:7
Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah
Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia."
9:8
Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak
melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri.
9:9
Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya
mereka jangan menceriterakan kepada seorangpun apa yang telah mereka lihat itu,
sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati.
9:10 Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan
di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang
mati."
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, tak sedikit orang pernah mengalami pengalaman yang amat menyentuh lubuk hati. Biasanya ini berkaitan dengan peristiwa langka.
- Tampaknya, dengan pengalaman khusus itu orang ingin mengabadikan misalnya lewat foto atau video atau bisa juga lewat tulisan. Di era global dengan kemajuan pesat tekhnologi informasi orang dapat secara cepat membagikan pengalaman itu kepada amat banyak orang lain.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul mesra dengan kedalaman batin, sekalipun mendapatkan pengalaman yang akan membuat takjub bagi amat banyak orang lain, kalau orang cepat-cepat menjadikan bahan cerita untuk orang lain dan tak biasa membiarkannya dalam relung kalbu sampai pada keteduhan rasa, itu semua akan cepat menguap dan kehilangan makna. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan memiliki kebiasaan memasukkan segala pengalaman dalam kalbu dan merenungkannya.
Ah, kalau punya pengalaman hebat ya harus cepat
diomongkan ke sebanyak orang agar banyak yang megagumi.
0 comments:
Post a Comment