diambil dari https://www.kompasiana.com/www.akhlis-purnomo.com
Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)
Ada yang
mengagumkan tatkala saya menemukan seorang teman memamerkan di Facebook bahwa
neneknya sedang belajar menggunakan sebuah produk teknologi informasi.
"Beliau sedang sibuk tanya bagaimana caranya menggunakan Facebook,
Twitter, BBM (BlackBerry Messenger) dan WhatsApp lho!" Ia mengunggah
neneknya memandangi layar ponsel pintar baru miliknya dengan antusias.
Raut muka
gembira itu bukan karena ia menggenggam ponsel terkini yang didapatnya secara
cuma-cuma dari cucunya di hari ulang tahunnya tapi karena ia bahagia bisa
menghubungi orang-orang terkasihnya kapan saja dan dari mana saja (sepanjang
masih ada sinyal seluler tentunya).
Saya jadi
ingat dengan semua mendiang kakek dan nenek saya yang sepanjang hayat mereka
tidak pernah bersentuhan dengan produk teknologi semacam ponsel cerdas
sebagaimana yang dialami oleh nenek teman saya tadi. Padahal jika mereka mau,
mereka bisa tinggal meminta pada anak-anaknya untuk membelikan.
Namun lain
dari nenek teman saya tadi, almarhum kakek dan nenek saya merasa sudah terlalu
uzur dan repot untuk menggunakan ponsel lagi. "Sudahlah, itu kan mainannya
anak-anak muda," begitu mungkin kilah mereka. Ponsel yang dibelikan untuk
kakek saya, misalnya, dibiarkan teronggok begitu saja. Tidak pernah
diotak-atik. Seakan tidak ada keinginan untuk belajar menggunakannya.
Saya masih
ingat keengganan mereka untuk belajar menggunakan hal baru yang membutuhkan
waktu dan pikiran untuk menggunakan ponsel dan beragam fitur dan aplikasi
pintar di dalamnya. Sungguh sangat disayangkan sekali memang mengingat begitu
banyaknya waktu yang tersedia karena mereka tidak memiliki kesibukan lain
selain tidur dan makan serta tinggal di rumah sepanjang waktu dan menunggu
akhir pekan datang saat kami anak dan cucunya berkunjung sejenak mengobati
rindu mereka.
Bagi Anda
yang masih memiliki kakek atau nenek yang sekarang sudah kebingungan karena di
rumah sendiri sepanjang hari atau sudah tidak memiliki banyak kesibukan karena
telah masuk masa pensiun dan tidak memiliki kesempatan untuk keluar rumah lebih
sering sebagaimana mereka saat masih muda dulu, ada baiknya memperkenalkan
media sosial pada kaum lansia ini.
Apa pasal?
Ternyata
bagi mereka yang sudah berusia lanjut, menggunakan media sosial ada manfaat
yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, yakni mencegah perasaan
kesepian dan meningkatkan kesehatan. Menurut temuan sebuah studi ilmiah
yang dilaksanakan tim peneliti Michigan State University dan dimuat di jurnal Cyberpsychology,
Behavior and Social Networking ini, diketahui bahwa para manula yang
menggunakan situs jejaring sosial, surel, pesan singkat, dan bentuk media
sosial lainnya memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami kesepian dan
mempertinggi peluang mereka mempertahankan kesehatan yang makin berharga di
usia tua. Studi ini melibatkan 591 subjek yang berusia rata-rata 68 tahun.
Bila bagi
generasi muda media sosial bisa berdampak negatif karena membuat mereka lupa
belajar dan berisiko terpapar konten-konten tidak senonoh, bagi generasi tua
tampaknya efeknya sebaliknya. Mereka justru menikmati lebih banyak manfaat.
Ditandaskan oleh William Chopik (assisten pengajar ilmu psikologi di Michigan State
University) bahwa penggunaan teknologi ini (teknologi sosial) bisa memberikan
manfaat bagi kesehatan mental dan fisik lansia.
Lebih lanjut
lagi dijelaskan peneliti bahwa yang dimaksudkan dengan teknologi sosial di sini
ialah surat elektronik, jejaring sosial misalnya Facebook dan Twitter;
panggilan video atau suara seperti Skype; pesan instan atau percakapan daring
seperti WhatsApp dan Line; dan ponsel cerdas.
Sekali lagi
ditegaskan memang kelompok usia lanjut ini memiliki tantangan dalam belajar
tetapi tidak berarti semua lansia sangat kolot dan malas. Bahkan ada sekelompok
lansia yang memiliki minat tinggi belajar teknologi sosial. Kegigihan itu tidak
sia-sia karena mereka menjadi merasa lebih terhibur, tidak kesepian dan merana
meski di rumah atau terbaring di ranjang karena tubuh mulai melemah.
Chopik dan
timnya juga menggarisbawahi mengenai tingkat kepuasan hidup dan turunnya
intensitas gejala depresi dan kondisi kronis seperti tekanan darah tinggi dan
kencing manis pada lansi pengguna teknologi sosial. Jelas sudah bahwa hubungan
sosial yang intens meski itu berbentuk virtual sekalipun bisa mendekatkan
manusia dan inilah yang menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya.
Jadi, jika
Anda masih memiliki kakek atau nenek atau orang tua yang lansia, cobalah untuk
menyarankan agar mereka melakukan rutinitas positif, selalu hubungi jika ada
waktu luang agar pikiran dan tubuh mereka selalu aktif dan jauh dari rasa
kesepian.
Karena bagi
mereka kesepian itu membuat stres dan depresi karena merasa sudah tidak berguna
lagi, atau kesepian karena sudah tidak memiliki teman yang bisa diajak bicara
dari hati ke hati (bayangkan teman sebaya Anda satu persatu meninggal dan hanya
Anda yang masih hidup). Kebutuhan untuk dipahami dan didengarkan itulah yang
jauh lebih penting dari apapun. Dan kebetulan teknologi sosial membantu
memudahkan mereka memenuhi kebutuhan satu ini.
0 comments:
Post a Comment