diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 3967 Diterbitkan: 06 Mei 2015 Diperbaharui: 15 Februari 2017
- Perayaan20 Mei
- Lahir17 Agustus 1897
- Kota asalSan Martin, Buenos Aires, Argentina
- Wafat20 Mei 1932 di Vallenar, provincia de Huasco, Chile - Karena sakit TBC
Tahun 1966 Jasadnya ditemukan masih utuh. - Venerasi22 Juni 2004 oleh Paus Yohanes Paulus II (decree of heroic virtues)
- Beatifikasi17 November 2012 oleh Paus Benediktus XVI Sumber : Katakombe.Org
Maria Angelica Perez lahir pada tanggal 17 Agustus 1897 di San Martin, Buenos Aires, Argentina dalam sebuah keluarga petani imigran Spanyol yang sangat bersahaja. Kedua orang tuanya, Agustino Perez dan Ema Rodriguez, adalah anggota gereja katolik yang saleh. Mereka membesarkan Maria Angelica bersama enam orang saudaranya dengan cara katolik, dengan penuh iman, cinta, dan rasa hormat terhadap sesama.
Pada usia delapan belas tahun, Maria Angelica masuk biara konggregasi susteran Daughters of Our Lady of the Garden. Setelah menjalani pendidikan selama setahun, ia mengucapkan kaul hidup membiara pada bulan September 1916 dan menggunakan nama Maria Crescencia. Sebagai seorang biarawati, suster Maria Crescencia senantiasa berusaha melayani Tuhan cara terbaik yang bisa ia lakukan. Dia mengagumi St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus dan sangat terinspirasi oleh kehidupan rohani biarawati Karmel tersebut.
Pada tahun 1924 suster Maria Crescentia ditugaskan sebagai perawat di Sanatorium (Rumah sakit Khusus untuk penderita Tuberkolosis) di Mar del Plata Argentina. Pada masa itu, TBC atau Tuberkolosis adalah momok dalam dunia kesehatan. Penyakit yang mudah menular ini belum ditemukan obatnya dan setiap orang yang terjangkit penyakit ini dapat dipastikan akan meninggal. Tanpa mengenal takut, suster Maria Crescentia bekerja merawat para pasien TBC di Sanatorim tersebut. Ia juga mengajar agama, memimpin ibadat, dan memberikan penghiburan rohani bagi para penderita TBC yang telah terbuang dari masyarakat. Tidak sekalipun ia mengeluh, meskipun ia kerap harus melaksanakan begitu banyak pekerjaan akibat minimnya tenaga medis yang bersedia ditempatkan disitu.
Setelah dua tahun melayani para pasien tuberkolosis, hal yang dikhawatirkan pun terjadi. Suster Maria Crescentia terjangkit penyakit mematikan tersebut. Namun ia tidak menjadi sedih. Ia tetap meminta pada atasannya agar diijinkan terus bekerja. Namun para atasannya memutuskan untuk memindahkannya ke Chile agar ia bisa beristirahat dan menjalani perawatan. Di Chile, kesehatannya semakin hari semakin memburuk. Ia menjadi begitu lemah dan lebih sering terbaring ditempat tidur. Suster yang kudus ini tutup usia pada tanggal 20 Mei 1932.
Banyak mujizat dilaporkan terjadi pada para peziarah yang mengunjungi makamnya. Pada tahun 1966, untuk proses penyelidikan kanonisasi, makamnya dibuka dan jasadnya ditemukan masih utuh meski telah terkubur selama 34 tahun. Sebuah mujizat penyembuhan yang luar biasa terjadi pada seorang teknisi laboraturium bernama Pane. Pane sudah lama berada dalam perawatan intensif di sebuah rumah sakit di Buenos Aires sambil menunggu donor untuk transplantasi hati. Para dokter memberitahunya bahwa ia hanya memiliki waktu selama tiga hari lagi karena komplikasi dengan diabetes dan hepatitis A. Mendengar berita yang menghancurkan hati ini, Pane dan keluarganya berdoa dengan perantaraan Suster Maria Crescencia. Setelah berdoa berturut-turut selama seminggu, secara ajaib Pane disembuhkan dari semua penyakitnya. Mujizat ini diakui oleh para dokter yang merawat Pane dan dilaporkan pada otoritas Gereja. Setelah melakukan penyelidikan dengan seksama; termasuk juga mewawancarai para dokter skeptis yang pernah merawat Pane, gereja mengakui mujizat ini dan menjadikannya sebagai syarat pelengkap bagi proses beatifikasi Sr. Maria Crescencia.
Setengah abad kemudian, pada tanggal 17 November 2012 Paus Benediktus XVI memaklumkan kesucian Suster Maria Crescentia dan menyatakan dirinya sebagai seorang “Beata” atau “Yang terberkati”.
"Do what God wants, want what God wants, and be where God wants."Beata Maria Crescentia Perez
Sumber : Katakombe.Org
0 comments:
Post a Comment