diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 2886 Diterbitkan: 17 Agustus 2013 Diperbaharui: 09 Mei 2016
- Perayaan13 Mei
- Lahir6 Desember 1752
- Kota asalMaille, Poitiers - Perancis
- Wafat13 Mei 1834 | Oleh sebab alamiah
- KanonisasiTanggal 4 Juni 1933 oleh Paus Pius XI Sumber : Katakombe.Org
Andreas Fournet dilahirkan pada tanggal 6 Desember 1752 di Maille, sebuah kota kecil dekat Poitiers, Perancis. Kedua orangtuanya amat saleh. Ibu Fournet sangat mendambakan agar puteranya kelak menjadi seorang imam. Namun Andreas kecil tidak terlalu peduli dengan keinginan ibunya itu. Suatu kali ia berkata, “Aku seorang anak yang baik, tetapi, tetap saja aku tidak mau menjadi seorang imam atau pun biarawan.”
Ketika dewasa, Andreas pergi ke Poitiers untuk belajar di perguruan tinggi. Tetapi, hal itu tidak berlangsung lama. Ia terlalu banyak bersenang-senang. Ibunya menyusul dan mendapatkan pekerjaan-pekerjaan baik untuknya. Tetapi semuanya gagal. Ibunya sangat bingung. Hanya tinggal satu kesempatan yang ada. Ibunya berbicara kepada Andreas agar untuk sementara waktu ia tinggal bersama pamannya, seorang imam. Paroki di mana pamannya bertugas adalah paroki yang miskin, tetapi pamannya seorang yang kudus. Di luar dugaan, Andreas setuju. Itulah saat “Tuhan bertindak.”
Pamannya mengenali sifat-sifat baik dalam diri Andreas. Teladan hidup pamannya telah menyulut sesuatu dalam dirinya sehingga ia merasa tenang. Andreas mulai belajar dengan tekun untuk mengejar ketinggalannya. Kemudian, ia ditahbiskan sebagai imam dan ditugaskan di paroki pamannya. Pada tahun 1781, ia dipindahkan ke paroki kota asalnya di Maille. Ibunya amat bahagia. Andreas menjadi seorang imam yang penuh belas kasih dan tekun berdoa.
Ketika pecah Revolusi Perancis, St. Andreas menolak untuk bersumpah menentang Gereja. Oleh karena itu, ia menjadi buron. Pada tahun 1792, ia terpaksa melarikan diri ke Spanyol. Di sana ia tinggal selama lima tahun. Tetapi, ia khawatir akan umatnya dan kembali lagi ke Perancis. Bahaya masih terus mengancamnya. Pastor Fournet dilindungi oleh umatnya. Beberapa kali ia nyaris tewas. Sementara itu, ia tetap melanjutkan pelayanannya; merayakan Ekaristi, menerima pengakuan dosa, menerimakan Sakramen Terakhir dan lain-lain.
Setelah masa penganiayaan pada Gereja di Perancis berakhir, St. Andreas keluar dari persembunyiannya dan kembali berkarya seperti biasa. Ia senantiasa mendorong umatnya untuk mencintai serta melayani Tuhan. Salah seorang dari para wanita yang baik di sana, St. Elisabet Bichier des Ages, banyak memberikan bantuan kepadanya. Bersama-sama, mereka membentuk satu Konggregasi Suster yang diberi nama Kongregasi Suster Puteri-puteri Salib.
St. Andreas wafat pada tanggal 13 Mei 1834, dalam usia delapan puluh dua tahun. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Pius XI pada tanggal 4 Juni 1933.
Sumber : Katakombe.Org
0 comments:
Post a Comment