Kelompok Jagongan Iman Imogiri pada hari Senin 15 Desember 2014 bertemu untuk kelima kalinya di rumah Bapak Bardi. Pokok Syahadat Katolik yang menjadi pembicaraan adalah tentang kepercayaan akan Tuhan Yesus Kristus "yang turun ke tempat penantian pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati". Pembicaraan dimulai dengan pembahaman sendiri dari para peserta dan kemudian belajar dari Katekismus Gereja Katolik (KGK).
Pemahaman Peserta
- Dari rumusan itu dimengerti bahwa yang sudah mati tidak dapat langsung masuk surga. Mereka harus menunggu lebih dahulu penebusan Kristus sebagai yang sulung.
- Tuhan Yesus sesudah wafat datang ke tempat penantian orang-orang mati untuk menjemput.
- Sesudah wafat Tuhan Yesus harus "turun" ke tempat penantian karena surga masih terkunci. Tuhan Yesus "turun" ke neraka (terjemahan bahasa Jawa tempo dulu tedhak dhateng naraka) dan tidak kecemplung atau masuk.
- Kepada arwah-arwah baik dan buruk dibukakan pintu surga. Ada "grasi besar-besaran". Orang mati tidak langsung masuk surga sesuai dengan pandangan Jawa sehingga ada peringatan arwah 3 hari, 7 hari, 40 hari dan seterusnya.
- Neraka adalah keadaan tanpa Allah. Dengan kebangkitan ditunjukkan bahwa Yesus sungguh-sungguh Allah sungguh-sungguh manusia. Kenyataan kubur kosong dan penampakan menjadi bukti.
- Dengan kehadiran Tuhan di tempat penantian, jiwa-jiwa menemukan kebahagiaan. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan sangat mencintai dan menjadi jalan terang.
Belajar Dari Katekismus Gereja Katolik
Sebenarnya beberapa peserta memiliki buku yang mengurai tentang Aku Percaya. Di sini ada pengantar bahwa berbagai buku penjelasan merupakan pandangan dari penulis atau tim penulis. Membaca atau mendengarkan sendiri rumusan-rumusan dalam Katekismus berarti berjumpa langsung dengan semacam"kesimpulan" dari Gereja. Rumusan Katekismus menjadi kristalisasi dari berbagai dogma, dokumen, tradisi, dan ajaran-ajaran para tokoh Gereja dengan sudut pandang keagamaan Katolik masa kini.
Dari Katekismus ada beberapa hal yang menjadi pembicaraan dalam pertemuan. Kata Yesus "turun" dalam Kitab Suci menunjukkan bahwa Dialah yang telah naik seperti yang dikatakan oleh Santo Paulus "Bukankah "Ia telah naik" berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu." (Ef 4:9-10) Yesus sebelum kebangkitan tinggal ditempat penantian. Inilah arti pertama yang menjadi pewartaan para Rasul. Dengan tinggal di tempat penantian Yesus menuntaskan tugas perutusan-Nya sehingga orang dari segala waktu dan tempat mendapatkan karya penyelamatan-Nya. Untuk ini Katekismus Gereja Katolik no. 631-634 menjadi pegangan yang dibacakan:
631 Yesus turun "ke bagian bumi yang paling bawah
... Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik" (Ef
4:9-10). Syahadat apostolik mengakui dalam artikel yang satu dan sama bahwa
Kristus turun ke alam kematian dan bangkit pada had ketiga dari antara orang
mati, karena di dalam Paska-Nya Ia membuat kehidupan lahir dari jurang
kematian:
... Putera-Mu, Tuhan kami Yesus
Kristus,
yang bangkit dari antara orang mati,
yang bersinar bagi manusia dalam cahaya Paska,
yang hidup dan memerintah bersama Dikau selama-lamanya. Amin
(MR, Malam Paska 18: Exsultet)
yang bangkit dari antara orang mati,
yang bersinar bagi manusia dalam cahaya Paska,
yang hidup dan memerintah bersama Dikau selama-lamanya. Amin
(MR, Malam Paska 18: Exsultet)
632
Penegasan Perjanjian Baru yang begitu sering tentang Yesus yang "bangkit
dari antara orang mati" (Kis 3:15; Rm 8:11; 1 Kor 15:20) mengandaikan bahwa sebelum
kebangkitan Ia tinggal di tempat penantian orang mati. Itulah arti pertama yang
diberikan oleh pewartaan para Rasul mengenai turunnya Yesus ke dunia arwah:
Yesus mengalami kematian seperti semua manusia dan masuk dengan jiwa-Nya ke
tempat perhentian orang mati. Tetapi Ia turun ke tempat ini sebagai Penyelamat
dan memaklumkan Warta gembira kepada jiwa-jiwa yang tertahan di sana.
633
Kitab Suci menamakan tempat perhentian orang mati, yang dimasuki Kristus
sesudah kematian-Nya "neraka", "Sheol"
atau "hades", karena mereka yang tertahan
di sana tidak memandang Allah'. Itulah keadaan semua orang yang mati sebelum
kedatangan Penebus, apakah mereka jahat atau jujur. Tetapi itu tidak berarti
bahwa mereka semua mempunyai nasib sama. Yesus menunjukkan hal itu kepada kita
dalam perumpamaan tentang Lasarus yang miskin, yang
diterima "dalam pangkuan Abraham". "Jiwa orang jujur, yang
menantikan Penebus dalam pangkuan Abraham, dibebaskan Kristus Tuhan waktu Ia
turun ke dunia orang mati" (Catech. R. 1,6,3).
Yesus tidak datang ke dunia orang mati untuk membebaskan orang-orang terkutuk
dari dalamnya', juga tidak untuk menghapuskan neraka, tempat terkutuk, tetapi
untuk membebaskan orang-orang benar, yang hidup sebelum Dia.
634
"Juga kepada orang-orang mati, Injil diwartakan" (1 Ptr 4:6). Dengan turunnya Yesus ke dunia orang mati,
selesailah sudah penyampaian Warta gembira mengenai keselamatan. Itulah tahap
terakhir perutusan Yesus sebagai Mesias -- tahap yang
menurut rentang waktu sangat singkat, tetapi menurut nilainya tidak dapat
diukur: penyebarluasan karya penebusan kepada semua orang dari segala waktu dan
tempat, karena penebusan diperuntukkan bagi semua orang benar.
0 comments:
Post a Comment