By
A. Gianto
on
http://www.mirifica.net
INJIL MISA FAJAR: Luk 2:15-20
YANG diberitakan malaikat Tuhan kepada
para gembala (ay. 10-12) kini mereka teruskan kepada orang-orang yang
ada di sekitar palungan (ay. 17). Boleh kita bayangkan, di tempat umum
di sekitar palungan itu ada banyak orang lain yang juga menginap di
situ. Mereka sedang menolong keluarga baru ini. Mendengar kata-kata para
gembala mengenai warta malaikat tadi, semua orang ini menjadi
terheran-heran (ay. 18). Bagi mereka bayi yang dilahirkan ibu muda ini
biasa saja. Tapi apa para gembala ini menjelaskan hal yang luar biasa
yang sedang terjadi kini! Para gembala itulah orang-orang yang
pertama-tama memberi arti rohani bagi peristiwa kelahiran tadi. Mereka
itu juga pewarta kedatangan Penyelamat yang bukan orang-orang yang
secara khusus berhubungan dengan Allah seperti halnya Maria atau Yohanes
Pembaptis ketika masih ada dalam kandungan. (Katakan saja, para gembala
itulah para teolog, para ahli kristologi generasi awal, yang mampu
memukau perhatian orang. Guru Besar mereka ialah para malaikat dan semua
bala tentara surgawi.)
Satu catatan. Disebutkan dalam ay. 15 “…
gembala-gembala itu berkata satu kepada yang lain, ‘Marilah sekarang
kita pergi ke Betlehem untuk melihat ….’” Kepada siapa kata-kata itu
ditujukan? Dalam bacaan teks yang biasa, jelas ajakan itu ditujukan
kepada satu sama lain. Namun demikian, bacaan teks ini juga tertuju
kepada pembaca. Teks ini membuat siapa saja yang membaca atau
mendengarkannya merasa diajak gembala-gembala tadi bersama pergi dengan
mereka ke Betlehem menyaksikan kebesaran ilahi dalam wujud yang membuat
orang mulai bersimpati kepada Tuhan. Lukas kerap memakai teknik
berbicara seperti ini. Dengan memakai bentuk percakapan – bukan hanya
dengan cerita – Lukas membuat pembaca merasa seolah-olah ikut hadir di
situ. Dan pada saat tertentu ajakan akan terasa ditujukan bagi pembaca
juga.
Yang hadir dalam pembacaan Injil Misa
fajar bisa pula merasakannya. Dan bila itu terjadi, warta petikan Injil
Misa Fajar akan menjadi makin hidup. Orang diajak para gembala yang
telah menyaksikan kebesaran Tuhan untuk ikut pergi mencarinya “di
Betlehem”, di tempat yang kita semua tahu, yang dapat dicapai, bukan di
negeri antah-berantah. Warta Natal Lukas tak lain tak bukan ialah pergi
mendapati dia yang lahir di tempat yang bisa dijangkau siapa saja – di
“Betlehem” – boleh jadi dalam diri orang yang kita cintai, boleh jadi
dalam kehidupan orang-orang yang kita layani, dalam diri orang-orang
yang membutuhkan kedamaian, atau juga dalam diri kita sendiri yang
diajak ikut menghadirkannya. Ini bisa memberi arah baru dalam kehidupan.
Betlehem bisa bermacam-macam wujud dan macamnya, namun satu hal sama.
Di situlah Tuhan diam menantikan orang datang menyatakan simpati
kepada-Nya. Adakah perkara lain yang lebih menyentuh?
Dari Bacaan Kedua
Dalam
surat kepada Titus 3:4-7 yang dibacakan pada Misa fajar ditandaskan
kembali betapa besarnya anugerah rahmat keselamatan. Bukan karena jasa
manusialah keselamatan diberikan, seakan-akan kehidupan kekal itu
terbeli dengan tindakan-tindakan baik, melainkan kasih ilahi sendirilah
yang membawa manusia kepada-Nya. Inilah kehidupan yang sejati. Karena
itu juga anugerah ini semakin berarti bila semakin dihidupi. Semua ini
diutarakan kepada Titus agar ia sebagai pemimpin setempat dapat
membimbing umat ke pengertian yang benar itu. Pesan ini kiranya juga
masih bisa berbicara kepada para pemimpin umat di mana saja, juga di
negeri kita.
Kredit foto: suasana Natal 2013 di lereng gunung Merapi, beritadaerah.co.id
0 comments:
Post a Comment