Untuk bulan Desember 2014 ada 2 kelompok Jagongan Iman masuk dalam pertemuan keempat yang membicarakan pokok Syahadat Katolik "Yesus Kristus .... yang menderita sengsara dalam pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, wafat dan dimakamkan". Dua kelompok itu adalah Bantul (tanggal 18) dan Murangan Timur (tanggal 21). Kedua kelompok ini memang memiliki sedikit pemikiran berbeda. Kelompok Bantul membicarakan bahwa itu adalah misteri ilahi yang menjurus ke pertanyaan kapan Yesus jadi manusia dan kapan jadi Allah. Ini dikaitkan dengan soal kebangkitan. Yesus itu bangkit atau dibangkitkan? Persoalan berhubungan dengan pemahaman tentang Allah Tritunggal. Sementara itu Kelompok Murangan Timur lebih menyoroti pokok itu dalam kaitan dengan dosa-dosa manusia dan sikap Allah yang tidak rela manusia lepas dari-Nya karena dosa. Peristiwa Yesus menjadi peristiwa korban bagi penyelamatan manusia.
Hal yang sama-sama muncul dari dua kelompok tersebut adalah bahwa dari pokok syahadat itu ada kenyataan Allah yang mencintai manusia. Yang terjadi pada Yesus adalah bukti ketaatan sebagai utusan Bapa. Ini adalah bukti kesetiaan Allah untuk memenuhi janji-janji penyelamatan yang diwartakan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama. Allah yang adalah kasih itulah yang membuat Yesus taat dan setia dengan korban demi keselamatan manusia.
Para peserta merasa diteguhkan ketika kemudian diajak untuk mendalami Katekismus Gereja Katolik no. 571-573 dan 576. Kisah sengsara, wafat dan kebangkitan adalah jantung warta Injil. Yesus sungguh wafat sehingga Dia sungguh bangkit. Yesus dihadapan para agamawan memiliki dosa-dosa berat yang harus dihukum mati. Dalam penjelasan ada tambahan bahwa pada waktu itu orang-orang Yahudi ada dalam kuasa penjajah Roma sehingga mereka tidak boleh melakukan hukuman mati. Yang boleh menghukum mati hanya pemerintah Roma. Dengan tuduhan akan jadi raja Yahudi Yesus dihukum mati dengan penyaliban pada saat pemerintahan Pontius Pilatus. Rumusan-rumusan yang ada dalam Katekismus yang dibacakan adalah sebagai berikut:
571 Misteri Paska salib dan kebangkitan Kristus adalah
jantung warta gembira yang harus disampaikan para Rasul dan Gereja sebagai
penerusnya kepada dunia. Dalam kematian Putera-Nya Yesus Kristus, rencana
keselamatan Allah terpenuhi "satu kali untuk selama-lamanya" (Ibr
9:26).
572
Gereja tetap setia kepada penjelasan "seluruh Kitab Suci", yang Yesus
sendiri berikan sebelum dan sesudah Paska-Nya: "Bukankah Mesias harus
menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" (Luk 24:26)”
Kesengsaraan Kristus mendapat bentuk historisnya yang konkret, karena "Ia
ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat" (Mrk 8:31),
yang "menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah,
supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan" (Mat 20:19).
573
Supaya mengerti arti penebusan lebih dalam, iman dapat mencoba masuk ke dalam
situasi kematian Yesus, yang disampaikan Injil-injil dengan setia dan
dijelaskan oleh sumber-sumber sejarah yang lain.
576
Dalam mata banyak orang di Israel, Yesus rupa-rupanya melanggar keyakinan
mendasar dari bangsa terpilih itu:
- melawan ketaatan kepada hukum dalam segala perintah yang
tertulis dan, untuk orang Farisi, dalam penjelasan yang diberikan oleh tradisi
lisan;
- melawan tempat sentral kanisah Yerusalem sebagai tempat suci,
tempat tinggal Allah secara khusus;
- melawan iman akan Allah yang Esa, yang pada kemuliaan-Nya
tidak seorang pun dapat mengambil bagian.
0 comments:
Post a Comment