Dalam program Jagongan Iman untuk pendampingan Kaum Tua Jadi Pewarta, kalau Kelompok Ngireng-ireng menjadi peserta pertama, maka pada November 2014 Kelompok Bangunharjo, Paroki Pugeran menjadi peserta keenam. Kalau pada tanggal 26 November Kelompok Ngireng-ireng masuk dalam pertemuan ke X dengan pembicaraan tentang "pengampunan dosa", maka Kelompok Bangunharjo pada tanggal 27 November mulai dengan pembicaraan pokok pertama Syahadat Katolik "Aku percaya akan Allah Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi". Pada pertemuan pertama ini ada 10 orang bapak dan 13 orang ibu menjadi peserta Kelompok Bangunharjo.
Ketika para peserta Kelompok Bangunharjo berbicara dengan pemahamannya dalam kelompok-kelompok akan pokok pertama syahadat tersebut, hasil garis besar yang muncul:
- Penyebutan "Bapa" merupakan rahmat baptisan yang membuat seseorang menjadi anak Allah. Hal ini membawa konsekuensi bagi orang Kristiani untuk menjadi baik seperti Allah. Allah bagaikan Bapa yang harus diluhurkan sebagaimana pepatah Jawa agar anak selalu "mikul dhuwur" (memikul tinggi-tinggi) orangtua.
- Kalau diyakini bahwa seluruh bumi dicipta oleh Allah, hal ini berarti Allah adalah sumber hidup. Bahwa Allah diyakini sebagai Bapa, ini menunjukkan adanya hubungan intim sebagaimana terjadi dalam hidup keluarga. Dalam Perayaan Ekaristi hubungan intim ini amat terasa dengan "mengecap" Tubuh Allah.
Dari situ muncul pembicaraan tentang hubungan kaum tua dengan anak dan cucu yang melebar dengan kaum muda pada umumnya. Sebagai golongan kaum tua bahkan lansia orang beriman berjuang agar citra Allah sebagai Bapa nitis (menjelma) dalam dirinya agar dapat berhubungan dengan baik dan bijak dengan anak. Orang harus bertindak seperti Allah dengan kograt ilahi yang tidak memaksa dan menghadirkan kebebasan. Di sini sekalipun sudah tua orang masih memerlukan proses agar dapat hidup seperti Allah. Olah keheningan akan membuat orang selalu segar dalam cinta sehingga dapat selalu berguru pada yang muda (band Yoh 21:18).
0 comments:
Post a Comment