15:1. Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang
kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.
15:2
Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya:
"Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan
mereka."
15:3
Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:
15:4
"Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia
kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan
ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?
15:5
Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan
gembira,
15:6
dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetanggan
serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab
dombaku yang hilang itu telah kutemukan.
15:7
Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu
orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh
sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."
15:8
"Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia
kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta
mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?
15:9
Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan
tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku,
sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan.
15:10 Aku berkata kepadamu: Demikian
juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa
yang bertobat."
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, sampai kini masih ada yang berpikir bahwa orang dihadapkan pada hidup duniawi yang bersifat profan dan hidup agamawi yang sakral. Yang duniawi itu kotor tak suci sedang yang agamawi penuh dengan kekudusan.
- Tampaknya, dengan pandangan seperti itu orang memandang bahwa lingkungan agamawi akan menyingkirkan yang tidak suci. Orang-orang yang penuh dengan perilaku amoral harus dijauhi oleh orang-orang yang sungguh beragama.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun hidupnya selalu berada di lingkungan keagamaan, orang baru sungguh menghayati keagamaan kalau hidupnya menjadi seperti magnit yang membuat kaum buruk dan bejat mendekat ingin ikut menikmati kebaikannya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menghayati hidup keagamaan sebagai tanda dan sarana menyentuh relung hati kaum buruk dan bejat membangun hidup baik.
Ah, agama akan cemar kalau membiarkan para pendosa
ikut berkeliaran di dalamnya.
0 comments:
Post a Comment