*Refleksi harianku berdasarkan Lukas 18:35-43
Beberapa waktu yang lalu, kita sempat ditampar oleh Cawapres KH Ma'ruf Amin tentang keadaan diri pribadi kita yang barangkali dalam keadaan buta dan tuli. Saya sependapat dengan Pak Kiai dalam hal ini secara rohani. Bahkan, secara sosial. Maka secara sosio-spiritual, betapa kita ini sering dalam keadaan buta dan tuli. Maka, tamparan ini tidak dalam rangka menghina kaum difabel - maaf - yang buta dan tuli, melainkan dalam rangka menyadarkan kita yang sering buta dan tuli. Akibatnya, kita tidak mampu melihat dan mendengar hal-hal baik yang terjadi di sekitar kita. Bahkan, dengan sengaja, orang tertentu menjadikan dirinya - maaf- buta dan tuli tentang hal ini.
Pada hari ini, 19 November 2018, saya sangat terkesan dan ingin belajar dari sosok yang dikisahkan dalam Injil yang dibaca(kan) oleh dan kepada umat Katolik di seluruh dunia. Kisahnya adalah tentang orang buta yang dengan rendah hati menyadari keadaannya, lalu memohon kesembuhan dari Yesus. Dengan penuh kasih, Yesus mendengarkan dan mengambulkan kerinduan orang buta tersebut, sehingga seketika sembuhlah dia oleh daya kuasa Yesus.
Kisah ini memberi inspirasi dan motivasi kepada saya pribadi. Barangkali, selama ini, saya juga buka secara sosial dan rohani. Akibatnya, saya tidak bisa melihat hal-hal baik yang terjadi di sekitar saya. Proses pembangunan yang maju dan berkembang. Buah-buah karya dari kerja nyata banyak pihak yang membuat bangsa ini maju ada di hadapan mata saya; namun saya entah terlalu mengantuk atau bahkan buta secara sosio-spiritual sehingga saya tak mampu melihat dan menangkapnya. Akibatnya, saya selalu berpandangan negatif dan buruk terhadap orang lain yang dipakai Tuhan untuk menyatakan perbuatan-perbuatan baik yang dikerjakanNya.
Saat ini dan untuk selanjutnya, kita membutuhkan kemampuan untuk melihat semuanya dari sudut pandang Allah dan untuk melihat bagaimana kesulitan dan cobaan yang kita alami merupakan bagian dari gambaran yang lebih besar tentang kuasa Tuhan dalam hidup kita. Untuk itu, dibutuhkan mata iman, harapan dan kasih.Semoga kita diberi kesembuhan dari kebutaan kita secara sosio-spiritual sehingga kita pun mampu melihat segala hal yang baik lalu bersyukur dan berserah kepadaNya.
Demikian semoga bermanfaat. Terima kasih. Salm hormat dan doa. Tuhan memberkati. Salam peradaban kasih.***
Kampus Ungu Unika Soegijapranata, 19/11/2018
»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr
Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan;
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang;
Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang.
KOMISI HUBUNGAN ANTARAGAMA DAN KEPERCAYAAN KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG
Majalah bulanan Kristiani INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan, Semarang
"Merajut peradaban damai melalui budaya dialog interreligius yang liberatif!"
Majalah bulanan Kristiani INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan, Semarang
"Merajut peradaban damai melalui budaya dialog interreligius yang liberatif!"
"Gereja Katolik mendorong para puteri-puteranya,
supaya dengan bijaksana dan penuh kasih,
melalui dialog dan kerja sama dengan para penganut agama-agama lain,
sambil memberi kesaksian tentang iman serta perihidup kristiani,
mengakui, memelihara dan mengembangkan
harta-kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya,
yang terdapat pada mereka."
(Konsili Vatikan II, Deklarasi Nostra Aetate 2)
supaya dengan bijaksana dan penuh kasih,
melalui dialog dan kerja sama dengan para penganut agama-agama lain,
sambil memberi kesaksian tentang iman serta perihidup kristiani,
mengakui, memelihara dan mengembangkan
harta-kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya,
yang terdapat pada mereka."
(Konsili Vatikan II, Deklarasi Nostra Aetate 2)
0 comments:
Post a Comment