diambil dari katakombe-org/para-kudus Hits: 4053 Diterbitkan: 23 April 2015 Diperbaharui: 18 November 2017
- Perayaan19 November
- Lahir1 September 1835
- Kota asalVilna, Russian Poland (Sekarang Vilnius, Lithuania)
- Wafat15 November 1907 di Wadowice, Malopolskie, Polandia - Sebab alamiah
- Venerasi11 Oktober 1980 oleh Paus Yohanes Paulus II (decree of heroic virtues)
- Beatifikasi22 Juni 1983 oleh Paus Yohanes Paulus II
- Kanonisasi17 November 1991 oleh Paus Yohanes Paulus II
Masa Kecil Hingga Remaja
Joseph Kalinowski dilahirkan pada tanggal 1 September 1835 di kota Vilna, Lithuania, dalam sebuah keluarga bangsawan katolik yang saleh. Ayahnya bernama Andrew Kalinowski dan ibunya bernama Josepha Poionska Kalinowski. Andrew Kalinowski adalah seorang guru matematika di sebuah sekolah untuk bangsawan. Joseph kecil tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang harmonis. Orang tuanya sangat mengasihi dia dan sejak kecil ia telah dididik dalam iman Katolik yang kuat. Semasa kecil Joseph belajar di rumah sampai usia sembilan tahun, lalu pendidikannya dilanjutkan di sekolah tempat di mana ayahnya mengajar. Joseph yang memiliki otak yang cerdas itu lulus pada tahun 1850 dengan nilai yang sempurna.
Sejak kecil Joseph sudah mulai merasakan adanya panggilan khusus dalam dirinya. Ia merasa terpanggil untuk mengabdikan hidupnya sebagai seorang imam dan melayani Tuhan dan sesama. Niat dan pikiran itu kemudian disampaikannya kepada orangtuanya yang kemudian menasehatinya supaya ia belajar terlebih dahulu dan melanjutkan kuliahnya. Joseph yang taat dan hormat kepada orangtuanya mengikuti nasihat sang ayah.
Masa Kuliah dan Kemiliteran
Pada masa itu untuk mencari universitas adalah hal yang tidak mudah bagi seorang Polandia. Ketika Rusia merebut Polandia dan Lithuania tahun 1795, pemerintahan Rusia menutup semua universitas Polandia dan satu-satunya universitas yang ada adalah universitas Rusia. Akhirnya pada tahun 1851 Joseph kemudian memilih Institut Agronomi di Hory-Horki. Di sana ia belajar tentang ilmu kimia, pertanian dan perkembang-biakan lebah. Setelah beberapa waktu belajar di sana, Joseph merasa bahwa ilmu tersebut bukan merupakan bidangnya, karena ternyata ia mempunyai talenta yang sama seperti sang ayah. Menyadari hal itu, akhirnya pada tahun 1853 Joseph pun segera beralih ke Akademi Teknik Militer Rusia Nicholayev di St. Petersburg. Ia masuk ke akademi itu bersama dengan seorang sepupunya, Lucian Polonski.
Tahun 1856 Joseph lulus dan menyandang pangkat letnan. Tahun 1857 dia juga ditunjuk sebagai asisten dosen matematika di akademi tersebut. Setahun kemudian ia dikirim untuk mengawasi pembangunan jalan kereta api antara Kursk, Kiev dan Odessa. Proyek pembangunan jalan kereta api ini terhenti dan tertunda pada tahun 1860. Letnan Joseph kemudian ditugaskan kembali ke benteng di Brest Litovsk. Karena pekerjaannya yang baik dan pribadinya yang dewasa, pada tahun 1862 Joseph dipromosikan sebagai kapten dalam kepemimpinan staff umum.
Selama tiga tahun Joseph bertugas di benteng dan ia merasakan saat-saat yang menggelisahkan, ia merasa ada sesuatu yang kurang. Akhirnya, ia kemudian memulai mengajar sekolah minggu Katolik. Hal itu menyenangkan hatinya dan karena kepeduliannya yang amat tinggi kepada sesama, lebih-lebih yang menderita dan miskin maka Joseph pun mulai mengurangi dan membatasi pengeluaran biaya untuk kepentingannya sendiri, sehingga ia bisa membantu kaum miskin di daerah itu.
Masa Revolusi dan Pemberontakan
Tahun 1863, rakyat Polandia mulai bangkit untuk melawan penindasan Rusia. Saat itu Joseph berada di posisi yang sulit. Dia tahu dan sadar bahwa pemberontakan dan revolusi itu akan mendatangkan banyak kerusakan dan kerugian di berbagai tempat, namun di lain pihak ia juga menyetujui tujuan dari revolusi itu untuk membebaskan rakyat Polandia dari penindasan Rusia. Joseph berpikir jika ia ikut dalam gerakan revolusi itu, mungkin ia dapat membantu untuk membatasi dan mengurangi kerusakan yang akan terjadi. Karena pertimbangan itu maka ia pun memutuskan untuk keluar dari kesatuan militer Rusia dan bergabung dengan para pemberontak Polandia.
Joseph pun meninggalkan Brest dan pergi menuju ke Warsaw. Di sana Joseph diminta oleh dewan nasional untuk memimpin gerakan revolusi dan menjadi duta perang melawan Rusia untuk regio Vilna. Joseph yang sangat mencintai tanah airnya sehingga menerima tugas tersebut walaupun dia sadar bahwa pemberontakan ini akan menimbulkan banyak kerugian. Dalam tugasnya kemudian Joseph mengatakan bahwa ia tidak akan pernah menjatuhkan hukuman mati bagi siapapun.
Dengan keikutsertaannya dalam gerakan revolusi itu maka Joseph kemudian pergi ke Vilna dan membangun markas besar di rumahnya sendiri yang tidak diketahui oleh orang lain. Di sana Joseph berusaha untuk semakin mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Setiap hari ia pergi ke gereja, juga berdoa melalui perantaraan Bunda Maria. Ia memohon rahmat dan kekuatan dalam menjalani tugasnya sebagai duta perang.
Masa revolusi itu pun berjalan dan seperti yang telah diperkirakannya, satu persatu para pemimpin revolusi ditahan oleh orang-orang Rusia, diadili dan digantung di tengah-tengah kota. Mereka yang tertangkap dimasukkan ke dalam penjara yang dulunya adalah sebuah biara Dominikan. Joseph dengan gigihnya berusaha menyelamatkan mereka. Melihat keberaniannya orang-orang Rusia pun mulai mengawasi gerak gerik Joseph. Akhirnya pada bulan Maret 1864, mereka pun menangkap Joseph dan memenjarakannya.
Selama dalam penjara itu Joseph menulis dalam riwayat hidupnya :
“Saya bangun setiap pagi pukul lima dan hal pertama yang terpikir olehku adalah doa kemudian meditasi. Ketika saya membaca buku meditasi, saya mendapatkan banyak penghiburan. Setiap hari saya dapat mendengarkan misa dari kejauhan. Jendela sel saya menghadap ke arah kebun yang merupakan sebuah alun-alun dan di seberangnya terletak Gereja Roh Kudus tempat misa diadakan setiap pagi. Saya kemudian membuka jendela sedikit dan saya pun dapat mengikuti seluruh perayaan Ekaristi kudus itu.”
Selang tiga bulan berikutnya pemerintahan Murawiew menjatuhkan hukuman mati untuk pejuang yang berani itu, namun karena Joseph sangat dikenal dan mungkin akan mendapat sebutan sebagai martir jika dihukum mati maka kemudian mereka mengubah hukumannya menjadi hukuman 10 tahun kerja paksa di Siberia Timur.
Masa Hukuman dan Pembuangan
Pada tanggal 29 Juni 1864 Joseph pun dikirim ke tempat pembuangan dan hukuman di Siberia. Ia pergi dengan berjalan kaki dan sampai di pertambangan Usolje-Sibirskoje tanggal 15 April 1864. Ia tinggal di sana sampai tahun 1868 dan pada tahun yang sama ia mendapat keringanan hukuman untuk meninggalkan daerah pembuangan. Ia kemudian dikirim ke Irkutsk dekat danau Bajkal di daerah perbatasan Mongolia. Di sinilah ia kemudian mengalami perubahan yang sangat besar dalam imannya. Joseph mulai melakukan karya-karya kerasulannya, walaupun ia mendapat banyak sekali penindasan yang membuatnya menderita, baik fisik maupun batin, namun hal itu justru semakin membawanya untuk berserah pada Tuhan. Hubungan Joseph dengan Tuhan pun semakin diperbaharui, semua penderitaan itu membuatnya semakin merasakan persatuan yang indah dengan Tuhan. Joseph yang senantiasa mewarnai hidupnya dengan doa terus-menerus membawa dampak yang baik bagi sesama tawanan di sana. Mereka begitu senang dengan kehadiran Joseph di antara mereka dan seringkali dalam doanya, mereka berseru, “Dengan perantaraan doa-doa Joseph Kalinowski, bebaskanlah kami ya Tuhan.”
Tahun-tahunnya di Siberia dan di pembuangan adalah masa-masa penuh rahmat bagi Joseph. Ia menunjukkan diri sebagai seorang pelayan Tuhan yang baik bagi sesamanya. Joseph senantiasa menyediakan waktu untuk memberikan penghiburan bagi para tawanan dan orang-orang buangan di sana, ia menjadi seorang pembimbing rohani yang bijaksana, memberikan kekuatan melalui doa-doanya. Joseph yang amat mengasihi Bunda Maria juga tidak pernah meninggalkan devosinya kepada Sang Perawan Tersuci ini. Ia percaya Bunda Maria senantiasa mendengarkan seruan anaknya dan menolong mereka.
Di tempat pembuangan ini juga Joseph berteman baik dengan seorang imam Kapusin yang bernama Wenceslaus Novakowski, OFM Cap. Bersama dengan imam ini Joseph kemudian mempersiapkan anak-anak para tawanan Katolik untuk menerima komuni pertama. Joseph dengan sabar dan penuh kasih mengajar mereka. Sementara itu Joseph menyadari panggilan Tuhan yang pernah dirasakannya semasa kecil saat itu semakin tumbuh subur dan kuat. Panggilan Tuhan itu dirasakannya begitu indah dan kemudian ia pun memutuskan untuk masuk ke dalam sebuah biara untuk menjadi seorang imam.
Masa Pembebasan, Menjadi Seorang Guru
Selama masa 10 tahun penderitaan itu Joseph tidak pernah sekalipun meninggalkan meditasi dan doanya. Pada bulan April 1874 Joseph dibebaskan. Pada hari pembebasannya itu, ia pertama-tama pulang ke rumahnya di Vilna, kemudian pergi ke Warsaw dan tinggal di sana dekat dengan Gabriel, saudaranya. Dari jendela rumahnya Joseph dapat melihat gereja dan biara para frater Karmelit tak berkasut.
Saat itu seorang temannya semasa di pembuangan, Allesandro Oskierko menawarkan kepada Joseph pekerjaan sebagai guru dan pembimbing bagi Pangeran muda Augustus Czartoryski. Joseph menerima tawaran itu dan kemudian selama 3 tahun ia pun menjadi guru dan pembimbing. Pada tanggal 23 Oktober 1874 Joseph bersama dengan Gucio (nama kecil dari Pangeran August) pergi ke Paris dan tinggal di sana. Selama tahun-tahun itu Joseph membimbing Gucio. Ia melihat bahwa Gucio adalah seorang pemuda yang pandai namun sayangnya tubuhnya sangat lemah karena sakit. Selama itu Joseph memainkan peran sebagai ayah, ibu, kakak, teman, dan perawat bagi Gucio. Dia melakukan semua itu dengan penuh perhatian dan kasih kepada pemuda itu. Joseph menemani Gucio selama perjalanannya di Perancis, Polandia dan Italia, membimbing dia dengan kata-kata dan teladan hidup sebagai seorang Katolik.
Selama di Paris, Joseph ikut serta dalam kegiatan sosial, bekerja bagi para pengungsi Polandia. Joseph kemudian bertemu dengan seorang imam Karmelit tak berkasut, Pastor Augustine Mary dari Sakramen Mahakudus. Joseph sangat mengagumi bakat musik imam ini dan terutama kehidupan rohaninya yang mendalam.
Menjadi Seorang Karmelit
Sementara itu keinginannya untuk meninggalkan segala sesuatu dan mengabdikan hidupnya bagi Tuhan semakin kuat. Panggilan menjadi seorang religius semakin matang dan akhirnya pada musim panas tahun 1876 ketika ia berada di Davos, Switzerland bersama Gucio, Joseph membuat keputusan yang mengubah seluruh kehidupannya. Joseph memutuskan untuk menjadi seorang Karmelit tak Berkasut. Ia didukung dan didoakan oleh Witoldowa Grocholska Czartoryska, bibi dari Gucio dan juga seorang biarawati Karmel yang bernama Sr. Mary Xavier dari Yesus. Dengan segala dukungan itu Joseph semakin mantap akan pilihan hidupnya.
Pada bulan Juli 1877 Joseph akhirnya meninggalkan kehidupan duniawi dan tepat tanggal 14 Juli ia masuk ke sebuah biara Karmel tak Berkasut di Linz, Austria. Tidak diingkarinya bahwa ada rasa sedih juga ketika harus berpisah dengan Gucio yang telah dibimbingnya beberapa tahun itu. Di kemudian hari Gucio bertemu dengan St. Don Bosco dan akhirnya menjadi seorang Salesian pada tahun 1887 dan meninggal dunia tahun 1893.
Tanggal 15 Juli 1877 Joseph pergi ke Graz dan memulai masa novisiatnya di sana. Saat itu Joseph berusia 42 tahun dan pada tanggal 26 November 1877 ia mendapat nama biara yaitu Fr. Rafael dari St. Joseph Kalinowski. Dia mengucapkan kaul pertamanya setahun kemudian, setelah itu ia dikirim ke Hungaria untuk belajar filsafat dan teologi. Bulan November 1881 Joseph mengucapkan kaul kekalnya dan kemudian ia dipindahkan ke Polandia ke sebuah biara tua di daerah Czerna. Di sana ia menyelesaikan studi teologinya dan akhirnya menerima tahbisan imamat pada tanggal 15 Januari 1882 oleh Uskup Krakow Albin Dunajewski.
Setelah pentahbisannya sebagai seorang imam, Rafael ditunjuk untuk menjadi pembimbing novis dan kemudian tahun 1883 ia menjadi pimpinan biara di Czerna. Selain itu ia juga menjadi anggota dewan propinsi dan pimpinan bagi para suster Karmel tak Berkasut dari biara di Krakow Wesola. Rafael juga dengan penuh kesabaran selalu menerima mereka yang datang untuk mengaku dosa. Ia sangat menaruh perhatian pada Sakramen pengakuan dosa. Karena perhatiannya ini maka di kemudian hari ia mendapat sebutan sebagai “martir pengakuan dosa”, seorang Bapak Pengakuan yang penuh perhatian dan bijaksana.
Rafael yang begitu bersemangat dalam pengabdian dan pelayanannya itu kemudian juga mendirikan biara-biara Karmel untuk pada suster. Atas segala usahanya akhirnya pada tahun 1884 sebuah biara Karmel Teresian berdiri di Przemysl dan pada tahun 1888 di Leopoli (Ukraina). Kemudian tahun 1990 Rafael menjadi Vikaris Provinsial dari semua biara-biara itu.
Di kemudian hari ketika biara novisiat Karmel tak Berkasut yang tadinya eksis di Berdyczow, Rusia dan Lublin hampir mati, Rafael mendirikan sebuah biara baru di Wadowice tahun 1892. Dia juga membangun sebuah gereja, pusat spiritualitas dan juga menjadi sebuah seminari yang membantu mengembangkan panggilan bagi para pemuda.
Tahun-tahun Terakhir
Rafael Kalinowski dengan penuh semangat dan cinta terus memberikan dirinya dalam pelayanan bagi Tuhan dan sesama. Dia yang memancarkan kasih Tuhan itu sangat dikenal dan dikasihi oleh semua orang. Dia menyediakan waktunya untuk membimbing para pemuda dalam seminari yang dibangunnya. Dia juga tidak hentinya berdoa bagi persatuan seluruh Gereja di dunia. Pada tahun 1904 atas perintah dari superiornya, Rafael mulai menulis riwayat hidupnya.
Pada tanggal 15 November 1907 di Wadowice Rafael Kalinowski meninggal dunia karena sakit TBC. Ia meninggal dalam keadaan damai dan tenang. Berita tentang kematiannya itu dengan cepat tersebar di mana-mana dan ribuan orang datang untuk menghormati pria yang telah diramalkan akan menjadi seorang Santo. Jenasah Rafael Kalinowski kemudian dipindahkan ke makam biara di Czerna, Krakow.
Sumber : Katakombe.Org
0 comments:
Post a Comment