Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, December 3, 2018

Santa Barbara

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits4372 Diterbitkan27 September 2014 Diperbaharui01 Oktober 2014

  • Perayaan
    4 Desember
  • Lahir
    Hidup pada abad ke-3
  • Kota asal
    Nicomedia (Sekarang wilayah Turki) atau di Heliopolis (sekarang wilayah Lebanon)
  • Wafat
    Martir - Dipenggal oleh ayahnya sendiri karena menjadi seorang Kristen
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation
    Nama Santa Barbara telah dihapus dari Kalender Umum (Calendarium Romanum) tahun 1969 Sumber : Katakombe.Org
Nilai historis dari kisah Santa Barbara sangat lemah dan sukar ditelusuri lagi. Hanya ada sebuah kisah seperti legenda yang beredar di kalangan umat Kristen pada abad ketujuh dan menjadi sangat populer sekitar abad kesembilan. Tahun kehidupannya juga sulit dipastikan, namun pesta perayaan bagi Santa Barbara sudah ada sejak jaman Gereja Perdana dan kisah tentang Santa Barbara juga tercantum dalam tradisi dan buku-buku kuno. Semuanya menyebutkan bahwa Barbara adalah seorang martir pada masa penganiayaan Kaisar Maximianus.
Legenda tentang Santa Barbara mengisahkan bahwa ia adalah anak dari Diocorus, seorang pedagang Romawi yang kaya raya. Diocorus sering mengadakan perjalanan jauh untuk urusan perdagangan. Karena itu, setiap kali ia bepergian, ia akan mengunci Barbara di menara rumah mereka supaya tidak ada gangguan apa pun kepada Barbara. Di atas menara itu terdapat dua jendela dengan tujuan Barbara dapat melihat kepulangan ayahnya dan juga melihat keindahan laut.
Ketika Dioscorus pulang, ia melihat keganjilan pada menara puterinya. Sekarang ada tiga buah jendela dan di atas pintu menara terpaku sebuah salib.  Dengan lantang ia menghardik Barbara: "Apa yang telah kau lakukan?" Dengan tenang Barbara menerangkan apa yang terjadi selama ayahnya bepergian: "Ketika ayah pergi, aku memanggil seorang imam. Ia sangat baik dan mengajariku tentang Bapa yang Mahabaik yang mengutus Putera Tunggal-Nya ke dunia ini untuk menyelamatkan kita. Tetapi Putera yang bernama Yesus itu dibunuh di atas kayu salib."
"Lalu??" kata ayahnya dengan gusar.
"Kini Tuhan Yesus mengutus Roh Kudus untuk membimbing kita kepada Bapa di surga. Aku sungguh yakin dan mohon diselamatkan Tuhan Yesus. Maka imam itu membaptis aku. Untuk menghormati Tritunggal Mahakudus itu, aku menyuruh orang membuat jendela ketiga; dan supaya Yesus yang di salib itu tetap melindungi aku, maka kupasang salib di atas pintu masuk."
Diocorus melotot! Ia marah sekali mendengar ceritera puterinya karena ia adalah seorang Romawi kafir yang percaya kepada dewa-dewa. Dengan mata gelap, Dioscorus menyeret Barbara sambil berteriak: "Ikuti aku ke pengadilan. Kau harus menyangkal kepercayaanmu yang tidak masuk akal itu!"
Karena saat itu Barbara baru berusia 14 tahun, maka hakim tidak bisa memutuskan apa-apa dan mengembalikannya kepada Diocorus. Diocorus bertambah berang. Ia lalu menyeret Barbara untuk diserahkan kepada para algojo agar disiksa supaya ia bisa menyangkal imannya. Namun upayanya sia-sia. Barbara tetap setia pada imannya.  Akhirnya, Diocorus menghunus pedangnya sendiri dan menebas leher Barbara hingga tewas.  Pada saat itu pula Dioscorus disambar petir dan mati seketika.

Setiap Martir Adalah Persembahan Bagi Gereja Sumber : Katakombe.Org

0 comments:

Post a Comment