diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 4118 Diterbitkan: 30 Juli 2013 Diperbaharui: 20 Maret 2015
- Perayaan02 Desember
- LahirHidup abad ke-4
- Kota asalRoma - Italia
- WafatSekitar tahun 361 | Martir
Dicambuk sampai mati. Tubuhnya dibuang agar dimakan anjing-anjing liar; tapi tidak ada seekorpun yang berani mendekati tubuh martir ini. Ia lalu dikuburkan 2 hari kemudian. - KanonisasiPre-Congregation Sumber : Katakombe.Org
Santa Bibiana dan keluarganya adalah martir-martir Kristus pada Jemaat Kristen Perdana di abad keempat. Kedua orang tuanya dan saudarinya adalah juga orang Kudus. Ayah Bibiana, Santo Flavian, adalah seorang pejabat di kota Roma yang kemudian menjadi seorang Kristen yang taat. Ketika kaisar Yulianus murtad dari imannya dan mulai menganiaya orang Kristen; Flavianus ditangkap, dianiaya dan dijebloskan kedalam penjara. Kaisar kemudian memerintahkan agar dahinya diberi cap dengan besi panas yang bertuliskan kata : BUDAK. Flavianus kemudian dibuang ke tempat pengasingan di Acquapendente, Tuscany, Italy dimana ia kemudian wafat sebagai martir Kristus.
Ibu dari Santa Bibiana adalah Santa Dafrosa. Saat suaminya Flavian ditangkap, Dafrosa dijadikan tahanan di rumahnya sendiri. Hukuman itu dijatuhkan kepadanya karena menolak meninggalkan kehidupan Kristianinya yang saleh. Di kemudian hari, Santa Dafrosa dijatuhi hukuman mati dengan cara dipenggal kepalanya. Saat eksekusi berlangsung martir yang gagah berani ini menghadapi para algojo dengan senyum kemenangan di wajahnya.
Santa Bibiana, yang ditinggal sendirian bersama saudarinya – Santa Demetria - dengan segenap hati memasrahkan diri mereka kepada Tuhan dalam doa. Segala milik mereka dirampas. Lalu, kedua gadis tersebut diajukan ke pengadilan. Santa Demetria yang malang begitu ketakutan sehingga ia tewas seketika bahkan sebelum masuk kedalam tahanan.
Santa Bibiana diserahkan kepada seorang pelacur bernama Rufina yang ditugaskan untuk memurtadkan Bibiana dan membuat Bibiana menjadi sejahat dirinya. Perempuan sundal itu membujuk dengan kata-kata manis dan dengan banyak akal licik supaya Bibiana jatuh dalam dosa. Tetapi Bibiana tidak dapat dibujuk. Ia dengan tegas ia menolak dan dengan teguh mempertahankan kesuciannya. Rufina menyerah. Ia lalu membawa Bibiana ke rumah penampungan orang-orang gila dengan harapan agar Bibiana juga menjadi gila. Namun sekali lagi Rufina kecewa karena di sana tidak ada satu orang gila pun yang berani dekat-dekat dengan Bibiana.
Karena itu Santa Bibiana dibawa kembali ke pengadilan dan didera. Keteguhan imannya akhirnya membawanya menjadi seorang martir seperti ayah, ibu dan saudarinya. St. Bibiana didera dengan cambuk timah sampai ia mati. Seorang imam secara diam-diam menguburkan jenasahnya pada malam hari di samping makam ibu dan saudarinya.
Sekitar tahun 467 pada masa paus Simplisius sebuah gereja dibangun di atas makam para martir wanita ini. Gereja kecil kemudian direnovasi tahun 1224 oleh paus Honorius III dan masih berdiri hingga saat ini dan disebut Gereja Santa Bibiana yang berada di 154 via Giovanni Giolitti in Rome, Italy
0 comments:
Post a Comment