Sunday, July 16, 2017
Tamu Rama dari Atambua
Pagi itu, ketika sedang santap makan Sabtu 15 Juli 2017, Rm. Agoeng masuk bersama seseorang. "Menika Rama Ino saking Atambua" (Ini adalah Rm. Ino dari Keuskupan Atambua) kata Rm. Agoeng. Rm. Ino kemudian menghampiri rama-rama yang sudah duduk makan untuk menyalami. Para rama yang disalami adalah Rm. Rio, Rm. Gito, Rm. Harto, dan Rm. Bambang. Rm. Bambang langsung menunjukkan tempat nasi dan cangkir untuk minum. "Apa rama juga memegang Komsos?" tanya Rm. Bambang yang langsung dijawab oleh Rm. Ino "Iya". Ternyata Rm. Ino baru saja mengikuti pertemuan selama tiga hari di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan. Beliau telah menginap semalam di salah satu kamar di kantor Komsos Keuskupan Agung Semarang yang juga berada di kompleks Domus Pacis. Sebetulnya di rumah induk Domus Pacis ada satu kamar yang tak berpenghuni. Tetapi saat ini kamar itu masih disegel. Ini adalah kamar mendiang Rm. Rusgiharto. Kunci kamar disimpan oleh Rm. Bambang. Yang harus membuka adalah ekonom dan mungkin bersama keluarga.
"Saya juga bekerja untuk paroki. Perjalanan dari pastoran paroki sampai kantor Komsos harus ditempuh selama dua jam. Saya tiga minggu di paroki dan satu minggu di Komsos" Rm. Ino berceritera tentang tugasnya di Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Atambua. Ketika Rm. Bambang bertanya "Apakah di Atambua juga ada rumah tua untuk para rama?" beliau menjawab "Ada rama. Tetapi hanya berisi tiga rama karena pada umumnya tidak mau". Di dalam hati Rm. Bambang tertawa karena di Keuskupan Agung Semarang pun banyak rama tua juga menghindar dari tinggal di rumah tua. Di Domus Pacis, dari kedelapan imam yang kini tinggal, hanya Rm. Agoeng dan Rm. Bambang yang dari inisiatif sendiri minta.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment