Pada Minggu 2 Juli 2017 jam 09.00-12.00 Komunitas Rama Domus Pacis menyelenggarakan pertemuan kelima program Novena Ekaristi Seminar. Pada kesempatan ini Bapak Prof. Dr. Agustinus Supratiknya hadir dalam pembicaraan bertemakan Tetep Keren Sanadyan Ijen (Tetap ceria walau ada dalam kesendirian). Pak Pratik adalah dosen di Universitas Sanata Dharma. Dalam pembicaraan beliau berpegang pada pandangan Erik Erikson yang ditambah oleh istrinya, Yoan Erikson. Dalam hal ini ada dua catatan:
- Manusia secara jiwani mengalami tahap-tahap perkembangan. Berdasarkan pengamatan atas pengalaman, Erik mengetengah 8 tahap perkembangan (usia 0-18 bulan, 18 bulan - 3 tahun, 3-6 tahun, 6-12 tahun, 12-20 tahun, 20-35 tahun, 35-65 tahun, 65-80 tahun). Dari pengamatan atas hidup suaminya, Yoan Erikson menambahkan tahap ke 9, yaitu 80 tahun keatas. Setiap tahap perkembangan akan amat mempengaruhi tahap berikut. Kalau berhasil dalam tahap perkembangan, orang akan mengalami hal positif dan menjadi bekal baik untuk tahap berikutnya. Sedang bila gagal, orang akan mengalami hal negatif yang juga amat mempengaruhi tahap selanjutnya.
- Dalam pembicaraan pada hari itu, Pak Praktiknya memfokuskan diri pada tahap 8 dan 9. Hal ini tentu berkaitan dengan pertemuaan yang memang dikhususkan pada masalah ketuaan bagi para peserta yang terdiri dari kaum tua dan lansia. Tulisan yang disampaikan memang hal-hal positif yang seharusnya dicapai dalam usia 65 tahun ke atas. Diharapkan tulisan singkat itu dapat membantu para peserta untuk melihat dan mengolah diri sehingga dapat mencapai kearifan hidup.
Perkembangan sepanjang kehidupan
dari sisi psikologi, menurut Erik (dan Joan) Erikson:
Kearifan
|
||||||||
Paripurna
x
Putus Asa
|
||||||||
Generativitas x
Stagnasi
|
||||||||
Keintiman
x
Isolasi
|
||||||||
Identitas x
Kacau Identitas
|
||||||||
Kerja keras x
Rasa Inferior
|
||||||||
Inisiatif
x
Rasa Salah
|
||||||||
Otonomi
x
Malu, Ragu
|
||||||||
Percaya x
Tak Percaya
|
0
18 Bl 3 Th
6 Th
12 Th 20 Th 35 Th 65 Th
80 Th
Tanda-tanda Tahap 8:
Keparipurnaan vs Keputusasaan
- Menunjukkan sikap hidup yang mencerminkan sikap percaya pada orang lain, mandiri, penuh inisiatif, pekerja keras, dan memiliki jati-diri yang jelas.
- Merasa yakin bahwa siapa diri saya dan apa yang sudah saya capai selama ini sebagian terbesar merupakan buah-buah pilihan jalan kehidupan saya.
- Merasa yakin bahwa inilah satu-satunya jalan kehidupan yang saya miliki dan yang terbangun sebagian terbesar atas usaha saya sendiri.
- Menerima kematian sebagai bagian yang tak terelakkan dari siklus kehidupan itu sendiri.
- Mampu mengakui kepada diri sendiri maupun di hadapan orang lain bahwa diri saya sendirilah yang bertanggung-jawab atas sebagian terbesar kesulitan maupun kegagalan yang pernah saya alami.
- Siap dan mampu merasa tetap bermartabat meskipun mengalami berbagai tekanan fisik maupun ekonomi.
- Mampu melihat kembali kehidupan di masa lalu dengan penuh rasa nikmat, syukur, dan penghargaan.
- Merasa bahagia, optimistik, dan puas dengan kehidupan yang pernah dan sedang saya jalani.
- Menatap tahap akhir kehidupan dengan perasaan utuh-penuh sebagai pribadi.
- Mampu memadukan pengalaman di masa lalu dengan kenyataan hidup yang sedang saya jalani saat ini, sehingga timbul sejenis ’kearifan’ tentang cara menjalani kehidupan dan mengatasi aneka tantangan-kesulitan hidup dengan berhasil.
- Memiliki sikap penuh rasa syukur.
- Merasa memiliki kendali penuh atas kehidupan yang saya jalani.
- Menerima diri dan orang lain apa adanya.
Tanda-tanda Tahap 9: Kearifan
- Memiliki pandangan ke depan dan ke luar, melampaui diri saya sendiri.
- Hilangnya sikap mementingkan diri, meningkatnya kebutuhan untuk berefleksi dalam keheningan.
- Mampu memanfaatkan konflik dan ketegangan (di masa lalu maupun di masa kini) sebagai sumber pertumbuhan dan kekuatan.
- Mampu mengatasi rasa takut akan kematian.
- Merasa semakin dekat dengan orang-orang terkasih yang sudah lebih dulu dipanggil Tuhan.
- Mampu menerima berbagai perubahan akibat pertambahan usia.
- Mampu menerima irama hidup yang melambat akibat pertambahan usia.
- Mampu merasakan kembali sebagian kegembiraan yang pernah saya rasakan saat masih muda.
- Merasa terbebas dari aneka tekanan hidup di masa tua.
- Menemukan makna hidup yang lebih jelas di usia tua.
- Mampu melepaskan diri dari hal-hal yang bersifat material di masa tua.
- Menemukan berbagai anugerah rohani positif untuk saya nikmati di masa tua.
- Menemukan semangat hidup karena mampu mengatasi aneka tantangan di masa tua.
Sumber:
Brown, C., & Lowis, M.J. (2003). Psychosocial development in the elderly:
An investigation into Erikson’s ninth stage. Journal of Aging Studies, 17, 415-426.
Hamachek, D. (1990). Evaluating self-concept and ego status in
Erikson’s last three psychosocial stages. Journal of Counseling &
Development, 68, 677-683.
----------
A. Supratiknya, disajikan dalam Novena Ekaristi Seminar di
Domus Pacis tanggal 2 Juli 2017.
0 comments:
Post a Comment