diambil dari http://www.koranmuria.com/2015/10/10
Oleh: Vera Yunita Sihombing, Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Trunojoyo Madura
Banyak orang mengatakan bahwa semakin tua akan semakin menyerupai tingkah anak-anak. Sulit melakukan pekerjaaan “ini dan itu” dan perilaku emosional pun tidak dapat dikontrol dengan baik. Oleh karena itu, mereka juga membutuhkan konseling, baik konseling tentang kesehatan fisik dan rohani maupun mental. Setidaknya melakukan hal-hal kecil untuk dapat menyimpan informasi yang diterima.
Pikun merupakan salah satu penyakit yang ditandai gejala menurunnya kemampuan berpikir secara progresif yang diakibatkan oleh terjadinya penurunan fungsi jaringan otak. Kinerja otak tidak mampu lagi menerima dan memproses informasi dengan sempurna. Hal inilah yang menyebabkan kekuatan daya ingat dan kinerja memori otak menjadi tidak maksimal. Kemampuan gerakan fisik menjadi terganggu dan bahkan bisa mengakibatkan perubahan perilaku.
Broklehurst and Allen, 1987 dalam Darmojo (2009:206) menjelaskan bahwa “Dementia atau pikun adalah suatu sindrom klinik yang meliputi hilangnya intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari”. Penyakit pikun ini terkenal sebagai penyakit dengan proses yang sangat lama atau menahun, tetapi bersifat progresif. Penyakit pikun ini terus berlanjut dan tidak dapat mengembalikan semua memori seperti semula.
Penyandang penyakit pikun ini adalah mereka yang sudah mengalami usia lanjut atau lansia. Lansia adalah usia rentan pada kesehatan fisik dan mental. Usia di atas 60 tahun baik pria maupun wanita lah yang mengalami penyakit pikun ini. Jika sudah lansia, maka penyakit pikun yang diderita tidak dapat disembuhkan seperti semula.
Dalam beberapa kasus yang menimpa lansia ada berbagai macam gejala kepikunan, yaitu: 1) banyak lansia tidak mampu lagi mengingat tanggal, bulan, dan tahun ia lahir; 2) lansia juga tidak mampu mengingat nama anak dan cucunya; 3) lansia tidak mampu mengingat kegiatan apa yang sudah mereka lakukan setiap harinya; 4) dan lansia tidak mampu mengingat bahwa mereka berbicara hal yang sama secara berulang-ulang setiap harinya.
Lansia sering kali salah memaknai atau mempersepsikan suatu peristiwa maupun objek. Itulah yang mengakibatkan terjadinya ketidakharmonisan dalam keluarga. Menurunnya fungsi sensorik (pendengaran dan penglihatan) pada lansia juga dapat salah menafsirkan stimulus yang berasal dari lingkungan. Sehingga penuaan otak ini sangat ditakuti oleh lansia.
Menurut Miller (1956:81) seseorang hanya mampu mengingat 7 ± 2 (lima sampai Sembilan) bit informasi. Informasi yang disimpan dalam memori jangka pendek berisi informasi yang terpilih dari memori sensori. Dalam menyimpan informasi, kapasitas memori jangka pendek lebih kecil bila dibandingkan dengan yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Ingatan jangka panjang diartikan sebagai tempat penyimpanan informasi bersifat permanen dan kapasitasnya tidak terbatas (Lutan, 1988).
Lansia yang mengalami kepikunan, yakni akibat dari penyakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi, kolesterol yang berlebihan, dan penyakit stress. Stress pada lansia yang berlarut-larut akan mengganggu kinerja otak yang berfungsi untuk menyimpan semua informasi. Stress juga dapat mengganggu konsentrasi sehingga sulit untuk tetap fokus pada suatu hal.
Membaca
Banyak orang yang kurang peduli tentang pentingnya membaca. Padahal, dengan kegiatan membaca kita dapat menemukan berbagai informasi yang ada di masyarakat. Salah satu media membaca yaitu Koran atau surat kabar. Masyarakat zaman sekarang lebih tertarik dengan informasi yang disajikan di layar televisi dan situs-situs internet. Harga Koran tidaklah mahal. Namun, dengan teknologi canggih era saat ini, telah membuat keberadaan Koran kurang diminati. Masyarakat lebih senang dengan sajian informasi instan.
Membaca merupakan suatu kegiatan menganalisa dan memaknai oleh si pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan oleh si penulis. Kegiatan membaca ada beberapa diantaranya yaitu membaca dalam hati dan membaca nyaring. Ketika ada informasi penting, maka kita akan membacanya dengan seksama dan membutuhkan konsentrasi agar mengerti dan paham maksud dari tujuan si penulis.
Menurut Mr. tampubolon terbitan (1987:6) menyatakan, bahwa bahasa tulisan itu mengandung suatu ide atau pikiran-pikiran, sehingga dalam memahami bahasa suatu tulisan dengan metode membaca sebagai proses yang kognitif atau penalaran. Oleh karena itu, dikatakan definisi membaca yaitu cara untuk dapat pembinaan daya nalar atau daya ingat.
Terapi Pikun
Biasanya orang tua laki-laki lah yang gemar membaca Koran atau surat kabar dibandingkan anak zaman sekarang. Kebanyakan anak muda sekarang lebih suka membaca komik, novel, majalah, dan tabloid dibandingkan Koran. Mereka akan langsung merasa bosan jika sudah melihat tulisan yang tertera di Koran. Padahal, dengan membaca Koran kita akan mendapat banyak manfaat.
Bagi lansia “membaca” adalah salah satu alternatif atau terapi yang tepat untuk meningkatkan kinerja daya ingat otak. Dengan melakukan kegiatan membaca akan menimbulkan rangsangan yang terus-menerus untuk membangun dan mempertahankan sel saraf dan mengurangi kepikunan. Jadikan kegiatan membaca sebagai hobi.
Mungkin banyak diantara kita yang saat ini punya orang tua lanjut usia dan masih bersama dengan kita. Akan tetapi, ada juga yang menempatkan mereka di panti jompo. Dikarenakan kita kewalahan jika sudah berhubungan dengan lansia. Merawat lansia bukanlah semudah merawat anak-anak. Lansia cenderung melahirkan karakter-karakter baru yang bisa membuat kita tidak nyaman dan jengkel. Untuk menghindari hal itu, kita perlu memberikan sesuatu yang dapat dilakukan lansia agar tidak jenuh dan mengurangi penyakit pikun.
Dengan membaca, kita dapat berimajinasi. Hal ini juga dapat mengasah otak kanan kita agar menjadi lebih kreatif, melatih emosional, dan bisa memusatkan pikiran. Disamping itu, kita juga bisa menjadi orang yang kritis dalam menanggapi berbagai hal. Membaca juga dapat dijadikan sebagai pelajaran berharga dari pengalaman orang lain. Membaca menjadikan seseorang menjadi lebih baik.
Ada beberapa manfaat bagi lansia jika gemar membaca, yaitu sebagai berikut: 1) membaca mencegah kepikunan akut. Membaca dapat menyelamatkan lansia dari kekosongan waktu. Sehingga, meskipun sudah lansia kita tidak membuang waktu dengan percuma; 2) membaca menghilangkan kegundahan. Ketika kita sudah larut membaca, otak tidak lagi memikirkan kegundahan hati; 3) membaca terhindar dari kebodohan. Dengan membaca, lansia semakin hari semakin menambah jumlah sambungan antar saraf di otak.
Jangan sampai karena kita sudah lansia tidak ada hal yang bisa dilakukan. Membaca itu dapat menumbuhkan perilaku positif. Membaca diawali dengan pembiasaan (conditioning) sebelum akhirnya mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari kita. Itulah rangsangan yang tepat untuk mencegah pikun. (*)
0 comments:
Post a Comment