Kebutuhan tidur pada usia lanjut sangat
penting. Sebagian besar lansia berisiko tinggi mengalami gangguan tidur akibat
beberapa faktor. Selama penuaan, terjadi perubahan fisik dan mental yang
diikuti dengan perubahan pola tidur yang khas yang membedakan dari orang yang
lebih muda. Perubahan-perubahan itu mencakup kelatenan tidur, terbangun pada
dini hari, dan peningkatan jumlah tidur siang (Simpson, T, et al, 1996).
Kurang tidur berkepanjangan dan sering
terjadi dapat mengganggu kesehatan fisik maupun psikis. Kebutuhan tidur setiap orang
berbeda-beda, usia lanjut membutuhkan waktu tidur 6-7 jam per hari (Hidayat,
2008). Walaupun mereka menghabiskan lebih banyak waktu di tempat tidur, tetapi
usia lanjut sering mengeluh terbangun pada malam hari, memiliki waktu tidur
kurang total, mengambil lebih lama tidur, dan mengambil tidur siang lebih
banyak (Kryger et al, 2004). Sebagai contoh seorang lansia yang mengalami arthritis
mempunyai kesulitan tidur akibat nyeri sendi. Kecenderungan tidur siang
meningkat secara progresif dengan bertambahnya usia.
Peningkatan waktu siang hari yang dipakai
untuk tidur dapat terjadi karena seringnya terbangun pada malam hari.
Dibandingkan dengan jumlah waktu yang dihabiskan ditempat tidur menurun sejam
atau lebih ( Perry& Potter, 2005).
Pada usia lanjut menunjukkan berkurangnya
jumlah tidur gelombang lambat, sejak dimulai tidur secara progresif menurun dan
menaik melalui stadium 1 ke stadium IV, selama 70-100 menit yang diikuti oleh
letupan REM. Periode REM berlangsung kira-kira 15 menit dan merupakan 20% dari
waktu tidur total. Umumnya tidur REM merupakan 20-25% dari jumlah tidur,
stadium II sekitar 50% dan stadium III dan IV bervariasi. Jumlah jam tidur
total yang normal berkisar 5-9 jam pada 90% orang dewasa. Pada usia lanjut
efisiensi tidur berkurang, dengan waktu yang lebih lama di tempat tidur namun lebih
singkat dalam keadaan tidur.
0 comments:
Post a Comment