Monday, February 10, 2014
Sabda Hidup
Selasa, 11 Februari 2014
SP Maria di Lourdes, Benediktus Aniane
HARI ORANG SAKIT SEDUNIA
warna liturgi Hijau
Bacaan:
1Raj. 8:22-23,27-30; Mzm. 84:3,4,5,10,11; Mrk. 7:1-13
Markus 7:1-13:
1 Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. 2 Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. 3 Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; 4 dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. 5 Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?" 6 Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. 7 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. 8 Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." 9 Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. 10 Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati. 11 Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban, yaitu persembahan kepada Allah, 12 maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya. 13 Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan."
Renungan:
Suatu kali saya diperingatkan dengan agak keras: "Rama stola mestinya di dalam kasula, bukan di luar!" Aku diam sejenak melihat stola yang kupakai. Stola tersebut didesign untuk dipakai di luar. Lalu aku pun menjawab dengan tenang: "Tolong carikan stola lain, kalau harus dipakai di dalam kasula jangan menyediakan stola yang seperti ini." Orang itu pun tampak sungkan karena dia sendiri yang menyediakan perlengkapan itu dan lalu kebingungan mencari penggantinya. Kisah semacam ini ternyata bukan hanya saya yang mengalami, ada beberapa imam lain mengalami hal yang sama.
Pada dasarnya maksud orang itu baik, mau meluruskan kekeliruan. Namun seringkali orang tidak sadar bahwa kekeliruan yang dilakukan orang lain berangkat dari kesalahannya sendiri. Idealnya menyediakan sesuatu yang meminimalkan kesalahan dan kemungkinan mempermalukan orang lain.
Orang Farisi membiarkan para murid tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Setelah para murid melakukan itu mereka mempertanyakan tindakan para murid. Kasarnya mereka menjebak para murid agar para murid membuat kesalahan. Marilah kita belajar untuk saling support satu sama lain, bahkan memberi kesempatan dan mendukung agar orang lain mendapatkan yang terbaik. Hati yang tulus tidak akan membiarkan sesamanya mengalami malu.
Kontemplasi:
Tutuplah matamu sejenak. Hiruplah nafas dalam2. Rasakan setiap aliran udara yang masuk ke tubuhmu. Udara membiarkan dirinya kauhirup. Semua itu demi kelangsungan hidupmu, bukan celakamu.
Refleksi:
Tulislah pengalamanmu dalam menyikapi kesalahan sesamamu.
Doa:
Tuhan, jangan biarkan aku dalam dorongan menjatuhkan sesamaku tapi kuatkan aku untuk selalu berbuat baik bahkan menuntun sesamaku mencapai yang terbaik. Amin.
Perutusan:
Aku akan memberi support pada sesamaku yang sedang berjuang untuk mendapatkan yang terbaik.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment