Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, February 6, 2014

Sabda Hidup


Jumat, 07 Februari 2014
Rosalie Rendu, Giovanni Triora, Pius IX, Anselmus Polanco, Koleta dr Corbie, Anselmus Polanco, Rosalie Rendu
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Sir. 47:2-11; Mzm. 18:31,47,50,51; Mrk. 6:14-29

Markus 6:14-29:
14 Raja Herodes juga mendengar tentang Yesus, sebab nama-Nya sudah terkenal dan orang mengatakan: "Yohanes Pembaptis sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam Dia." 15 Yang lain mengatakan: "Dia itu Elia!" Yang lain lagi mengatakan: "Dia itu seorang nabi sama seperti nabi-nabi yang dahulu." 16 Waktu Herodes mendengar hal itu, ia berkata: "Bukan, dia itu Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya, dan yang bangkit lagi." 17 Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri. 18 Karena Yohanes pernah menegor Herodes: "Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!" 19 Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, 20 sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia. 21 Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarny perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea. 22 Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu: "Minta dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!", 23 lalu bersumpah kepadanya: "Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!" 24 Anak itu pergi dan menanyakan ibunya: "Apa yang harus kuminta?" Jawabnya: "Kepala Yohanes Pembaptis!" 25 Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta: "Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!" 26 Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. 27 Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara. 28 Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya. 29 Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan.


Renungan:
Karena suka hatinya melihat penampilan anak perempuan Herodias, Herodes pun membuat nadar (bc. Mrk 6:22). Dari nadar itu ia pun mesti melakukan sesuatu yang membuatnya sedih: memenggal kepala Yohanes Pembaptis.
Belajar dari pengalaman Herodes saya menemukan bahwa dalam suasana suka, juga duka, orang sering sulit mengontrol kata-katanya. Kegembiraan yang meluap-luap, kesedihan yang mendalam, sering melepaskan kemampuan seseorang untuk mengontrol dirinya. Ia akan cepat bersumpah, bernadar bahkan mungkin mengutuk. Seorang bapak yang marah pada anaknya bisa saja mengatakan, "Kamu sudah kucoret dari daftar keturunanku!" Mungkin masih banyak contoh lain yang bisa anda temukan. Dan biasanya kalau itu benar-benar terjadi orang akan menyesal atau sedih seperti Herodes.
Rasa saya kita memang perlu tetap waspada di kala kita sedang gembira atau pun sedih. Dalam suasana seperti itu kita tetap perlu mengontrol diri jangan sampai membuat nadar, sumpah atau keputusan yang akhirnya akan membuat kita sedih dan kecewa sendiri.

Kontemplasi:
Pejamkan matamu sejenak. Bayangkan suasana batin yang dialami Herodes. Lalu lihatlah dirimu apakah pernah melakukan tindakan seperti Herodes.

Refleksi:
Tulislah pengalamanmu tentang nadar dan sumpah yang menyedihkan hatimu.

Doa:
Tuhan, jagailah mulutku agar tidak gampang bersumpah dalam situasi suka maupun duka. Amin.

Perutusan:
Aku akan berhati-hati mengatakan sesuatu kala sedang sangat gembira ataupun sedih.

0 comments:

Post a Comment