Jumat, 21 Februari 2014
Petrus Damianus
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Yak. 2:14-24,26; Mzm. 112:1-2,3-4,5-6; Mrk. 8:34-9:1
Markus 8:34-9:1:

Renungan:
Suatu kali seorang anak menegor bapaknya, "Kok tidak berdoa dulu?" Waktu ayahnya sedang menyendok nasi dan siap menyantapnya. "Gak papa kan ini di warung. Ada banyak orang", kata papanya. Namun sang anak pun tetap melanjutkan protesnya, "Tetep doa dulu." Sang ayah pun akhirnya nurut pada si anak. Dia pun membuat tanda salib dan berdoa.
Pengakuan akan Tuhan telah dilakukan secara sederhana oleh anak tadi. Ajaran berdoa sebelum makan yang tertanam menggerakkannya untuk mengingatkan ayahnya. Pengakuan sederhana ini selain mengingatkan identitas keimanan juga memberikan pemahaman pentingnya ucapan syukur pada Tuhan sang pemberi hidup. Ia telah memberikan alam yang baik adanya agar kita bisa makan, minum dan akhirnya bertahan hidup.
Tentu pengakuan akan Tuhan tidak terbatas pada tindakan membuat tanda salib dan berdoa pada waktu makan. Pengakuan itu bisa mewujud pada seluruh dimensi hidup kita. Dalam kata. Dalam tindakan. Dalam aneka keutamaan hidup sebagai orang yang mengimani Yesus Kristus. Dan Tuhan pun akan mencatat keberimanan kita. "Kalau seseorang malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, maka Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus."
Kontemplasi:
Pejamkan matamu sejenak. Ingatlah kata, tindakan dan keutamaanmu yang menunjukkan pengakuanmu pada Yesus Kristus.
Refleksi:
Tulislah pengakuan imanmu kepada Tuhan Yesus.
Doa:
Ya Yesus semoga di mana pun aku berada aku bisa menghadirkanmu. Amin.
Perutusan:
Aku akan membangkitkan semangatku untuk bersaksi tentang Yesus Kristus.
0 comments:
Post a Comment