Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, March 31, 2015

BERSYUKUR ITU INDAH

Monday, July 21, 2008 dalam http://andrew-setiawan.blogspot.com; ilustrasi dari Blog Domus


1 Tesalonika 5: 18

Pendahuluan
Apakah mudah mengucap syukur dalam segala hal? Tentang kemahiran bersyukur ini seorang penulis Kristen bernama Andreas Harefa pernah melakukan sebuah penelitian selama sepuluh bulan dengan melibatkan 500 peserta. Dalam salah satu materi penelitiannya, ia meminta semua peserta berlomba membuat daftar “25 Hal yang Saya Syukuri dalam Hidup”. Hasilnya menunjukkan bahwa 5% peserta mampu menyelesaikan daftar syukur tersebut dalam waktu 4 menit atau kurang [rekor tercepat adalah 2,5 menit]. Sedangkan 95% peserta lainnya memerlukan waktu yang lebih lama. Andreas Harefa kemudian memberikan kesimpulan sementara bahwa tidak banyak orang yang mahir mengucap syukur.
Ternyata, mengucap syukur dalam segala hal itu sulit. Jangankan dalam kondisi susah, kondisi normal pun mungkin kita masih sulit mengucapkan syukur. Bila penelitian itu diadakan di gereja ini, maka termasuk kategori manakah kita? Apakah kita akan termasuk dalam kategori orang yang mahir bersyukur?
Berbicara soal bersyukur, kurang lebih ada sekitar 138 bagian Alkitab yang membahas tentang pengucapan syukur. Misalnya, Kitab Imamat berulangkali menyinggung soal ajakan dan peraturan menaikkan korban syukur. Apalagi Kitab Mazmur yang begitu banyak mengajarkan tentang pengucapan syukur kepada umat Allah. Misalnya, Mazmur 92: 2, “Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada Tuhan, dan untuk menyanyikan mazmur bagi nama-Mu, ya Yang Mahatinggi.” Atau, Mazmur 136 yang berisikan Mazmur Pengucapan Syukur, “Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik!” Dalam Perjanjian Baru, ajaran dan ajakan untuk mengucap syukur juga masih menggema. Kolose 3: 17 mengatakan, “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu di dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.” Berikutnya, 1 Tesalonika 5: 18 memberi penekanan yang lebih jelas, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”
Dari bukti-bukti ini kita sekarang melihat tentang panggilan untuk mengucap syukur kepada kita. Pengucapan syukur mengambil bagian penting dalam kehidupan umat Allah. Seakan-akan pengucapan syukur itu seperti nafas yang tak ada hentinya dan tak boleh berhenti dari kehidupan kita. Ia merupakan satu hal yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan umat Allah.

Khasiat Bersyukur
Sekarang mari kita melihat khasiat bersyukur bagi kita. Ketika Tuhan meminta kita untuk belajar bersyukur, itu sebenarnya bukan untuk kepentingan Tuhan semata, tapi juga untuk kepentingan kita pribadi. Ada sejumlah khasiat yang dapat kita alami ketika kita rajin-rajin mengucap syukur. Khasiat-khasiat itu, antara lain:

1. Mendatangkan kesehatan
Orang yang rajin mengucap syukur memang dapat mendatangkan kesehatan. Kenapa demikian? Karena, orang yang mengucap syukur adalah orang yang merasa dirinya cukup atau tidak dikuasai sifat ambisiusnya. Ia mampu berkata pada dirinya, “Aku tak selalu mendapatkan apa yang kusukai, oleh karena itu aku selalu menyukai apapun yang aku dapatkan.” Acapkali orang tidak bahagia karena dia selalu merasa kurang dan tidak pernah merasa puas dengan kondisinya. Ia berusaha tapi tidak pernah puas. Ia melakukan sesuatu tapi tidak pernah merasa cukup. Seperti kata kitab Pengkhotbah, orang ini berusaha menjaring angin (Pengkh. 1: 14). Akhirnya, ia akan kelelahan dan mudah jatuh sakit.
Tidak demikian dengan orang yang rajin mengucap syukur. Karena ia bisa merasa dirinya cukup, maka ia tidak lebih mudah jatuh sakit. Konon, pernah dilakukan survei terhadap para lansia, baik yang tinggal di panti jompo maupun yang tinggal di rumah bersama keluarga mereka. Menurut survei itu, para lansia yang hidupnya selalu bersyukur umumnya lebih sehat dibandingkan lansia yang suka mengeluh. Nah, bila Anda ingin hidup sehat, maka jangan suka mengeluh, tapi berlatihlah untuk mengucap syukur.

2. Menghindarkan dosa perzinahan
Perzinahan pada umumnya terjadi karena salah satu pasangannya tidak merasa puas dengan lawan pasangannya. Mungkin suami merasa tidak puas karena tiap kali pulang istri hampir selalu mengeluhkan kondisi rumah: yang tidak bersih, pipa bocor, air tidak menyala, bau kotoran anjing, anak belum mandi, dan seterusnya. Sedangkan, istri mungkin merasa tidak puas karena ia merasa tidak dibutuhkan oleh suaminya. Ia tidak merasa penting dalam kehidupan suaminya. Tiap kali diajak bicara, suami tidak memerhatikan, tetap saja nonton tv, menanggapi perkataan dengan tidak serius. Nah akhirnya yang terjadi adalah suami dan istri sama-sama merasa tidak puas dengan perlakuan pasangannya.
Perasaan tidak puas inilah yang kerapkali menjadi celah untuk berselingkuh atau berzinah dengan orang lain. Orang ini merasa bahwa rumput tetangga lebih hijau, lebih segar, dan lebih menjanjikan. Sebaliknya, bila kita bersyukur atas pasangan kita, maka dosa perzinahan tidak mudah merusak kesetiaan pernikahan. Bersyukurlah atas pasangan kita!

3. Menghindarkan dosa iri hati
Bersyukur atas apa yang kita punyai membuat kita tidak membandingkan dan mempertandingkan milik kita dengan orang lain, sehingga tidak menimbulkan iri hati. Tuhan Yesus memberikan perumpamaan yang menyinggung persoalan iri hati dalam Matius 20. Dikisahkan di sana ada seorang tuan yang menemukan beberapa orang pengangguran. Ketika bertemu mereka, tuan itu mempersilakan mereka bekerja di kebun anggurnya dengan gaji satu dinar sehari. Mereka sama-sama menyepakatinya.
Ada yang mulai bekerja dari jam 9 pagi, ada yang jam 12, jam 3, dan terakhir jam 5 sore. Seusai bekerja, mereka dibayar sesuai kesepakatan, yaitu satu dinar. Ketika menerima bayaran itu, orang-orang yang bekerja lebih dahulu dari orang yang bekerja jam 5 sore bersungut-sungut. Mereka protes, “Kenapa pekerja yang masuk terakhir dan hanya bekerja satu jam ini justru dibayar sama dengan kami?” Jelas ini pertanyaan dari orang yang iri hati. Mereka tidak bisa melihat bahwa mereka telah ditolong dari seorang pengangguran menjadi pekerja dan telah mendapatkan gaji.
Latihan mengucap syukur akan menghindarkan kita dari dosa iri hati. Pengucapan syukur membuat kita berkonsentrasi pada apa yang kita terima tanpa membandingkan dan menandingkan dengan apa yang orang lain terima.

Demikianlah khasiat-khasiat dari pengucapan syukur. Ternyata, bersyukur itu indah!

Tips Bersyukur
Sekarang, bagaimana caranya agar kita dapat mengucap syukur senantiasa?

1. Tingkatkan kepekaan
Apakah semua orang Kristen bisa bersyukur? Bisa. Apakah semua orang Kristen mahir bersyukur? Belum tentu. Saya kira mengucap syukur merupakan sebuah ketrampilan untuk peka terhadap karya Tuhan baik suka maupun duka, baik lancar ataupun tidak. Tidak jarang orang berpikir jika segala sesuatu berjalan sesuai keinginan atau lancar semuanya maka orang itu akan mudah mengucapkan syukur. Pada kenyataannya tidak semua orang demikian. Masih ada sebagian orang yang tidak mengucap syukur meski dalam keadaan lancar. Apa alasannya? Sederhana, karena kulino, sudah biasa mendapatkannya sehingga ia lupa bahwa kelancaran itu datangnya dari Tuhan yang diberikan setiap detik.
Contohnya, ketika sebagian kota Surakarta dilanda banjir pada bulan Desember 2007, ada orang yang berkata demikian: “Syukurlah rumah kita tidak kebanjiran.” Satu sisi ia memang mengucap syukur, tapi sisi yang lain hal ini menunjukkan ketidakpekaan terhadap karya Tuhan dalam waktu baik-baik saja. Rumah tidak kebanjiran itu sudah bertahun-tahun dialaminya, dan ia tidak mensyukurinya. Ketika kebanjiran itu melanda, maka barulah ia bersyukur. Sudah kulino tidak kebanjiranlah yang membuatnya lupa bersyukur.
Berapa banyak di antara kita yang mengucap syukur karena kesehatan hari ini? Ilmu kedokteran menjelaskan bahwa kita hidup bersama dengan begitu banyak virus di sekitar kita. Mulai dari virus yang tidak berbahaya hingga yang paling berbahaya. Mungkin virus yang membuat kita sakit flu dianggap tidak berbahaya. Berapa banyak di antara kita yang bersyukur kalau hari ini kita tidak sedang terserang flu? Jangan lupa pula, ada bakteri TBC yang melayang-layang di sekitar kita dan siap merusak fungsi paru-paru kita. Tapi berapa banyak di antara kita yang bersyukur kalau hari ini paru-paru masih berfungsi dengan baik?
Ketika saya menunggu papa yang sedang sakit di rumah sakit, saya seringkali bertanya banyak hal kepada dokter-dokter di situ. Salah satu yang ditanyakan saya adalah soal antibodi (senjata pertahanan tubuh) kita. Sebelumnya dokter berkata bahwa infeksi yang ada di dalam tubuh papa susah ditangani. Dengan polos saya berkata, “Lho katanya sudah diberikan antibiotik?” Dokter itu lalu menjelaskan, “Antibiotik tidak cukup kuat melawan infeksi dalam tubuh. Antibodilah yang memiliki peranan utama untuk melawan penyakit. Dan sayangnya, antibodi papa makin lemah.” Ketika dokter menjelaskan hal itu, saya berdecak kagum dengan ciptaan Tuhan yang bernama antibodi. Berapa banyak di antara kita yang mensyukuri kekuatan antibodi yang membuat kita tidak sakit hingga saat ini?
Belajar bersyukur tidak selamanya bergantung pada lancar atau tidaknya kehidupan kita. Kepekaan terhadap setiap detail berkat Tuhanlah yang dapat memampukan kita untuk mengucap syukur. Kepekaan adalah cara pertama agar kita dapat bersyukur baik dalam keadaan senang ataupun susah. Ada satu lagu yang sering dinyanyikan di GKI: “Bila hidupmu dilanda topan b’rat, engkau putus asa hatimu penat. Berkatmu kau hitung satu per satu, k’lak kau tercengang melihat jumlahnya.” Hitung berkatmu satu per satu. Lagu ini mengajar kita untuk waspada terhadap yang namanya kulino menerima berkat; lagu ini mengajar kita untuk meningkatkan kepekaan terhadap setiap detail berkat Tuhan.

2. Pikirkan yang masih ada
Sebagian kita mungkin sudah rajin bersyukur dalam kondisi lancar, senang, baik-baik. Kita masih mengingat bahwa semua yang baik-baik itu berasal dari Tuhan. Tapi kadangkala kita masih mengalami kesulitan untuk bersyukur apabila menerima kenyataan yang tidak sesuai harapan kita. Kenapa demikian? Karena kita terlalu berfokus pada apa yang terhilang. Kita memikirkan hal yang sudah tidak ada lagi pada kita. Kita terlalu menghitung jumlah kehilangannya.
Ada seorang pemuda yang baru putus cinta dengan pacarnya di mana pada waktu bersamaan ia juga kena PHK. Ia sangat putus asa. Ia senantiasa menghitung jumlah kehilangannya. Ia senantiasa berpikir, “Aku sekarang tidak punya pacar dan pekerjaan.” Akhirnya, karena terlalu berfokus pada apa yang tidak ada lagi pada dirinya, maka ia pulang ke rumah dengan satu tekad: bunuh diri.
Bila kita sedang mengalami situasi abnormal entah karena kehilangan seseorang, kehilangan harapan, kehilangan kesehatan, atau kehilangan sesuatu yang berharga, maka mari kita pikirkan hal-hal yang masih ada pada kita, hal-hal yang masih dapat kita lakukan, hal-hal yang masih dapat kita nikmati. Jangan pikirkan pada hal-hal yang defisit dalam kehidupan kita karena masih ada begitu banyak hal lain yang dapat kita kerjakan.
Seorang Kristen yang bernama Andreas Harefa bersaksi demikian: “Bila kesusahan hidup mendera, saya mengambil selembar kertas dan memaksa pikiran saya untuk menemukan sejumlah hal yang pantas saya syukuri dalam hidup. Saya mendaftarkan sejumlah prestasi dan penghargaan yang pernah saya raih; menambahkan sejumlah hal yang berhasil saya miliki; menuliskan semua tempat rekreasi dan kota-kota yang pernah saya kunjungi; mencatat satu per satu anggota tubuh saya yang sehat; buku-buku yang sempat saya baca; nama-nama orang yang pernah menolong saya atau yang pernah saya tolong; bahkan juga kesusahan-kesusahan yang pernah saya lalui; dan seterusnya. Dan sejauh ini harus saya akui, saya akhirnya sering tercengang melihat jumlahnya. Biasanya saya berhenti ketika daftar syukur saya mencapai angka seratus. Itulah yang saya coba praktikkan selama berpuluh tahun. Lalu saya merenung dan bertanya pada diri saya sendiri: tidak cukup banyakkah berkat Tuhan yang nyata-nyata telah saya terima dan saya alami dalam hidup saya? Lalu adilkah saya bila karena sebuah penderitaan saja, semua berkat Tuhan itu saya anggap tidak bernilai?” Bila kita sedang dalam masalah, pikirkanlah berkat-berkat Tuhan yang masih ada pada kita.

Beberapa contoh penerapannya, antara lain: Saya bersyukur . . .
1. Untuk istri yang masak makanan yang sama dengan malam kemarin . . . karena istriku di rumah dan tidak bersama orang lain.
2. Untuk suami yang malas-malasan di sofa, nonton tv, dan membaca koran . . . karena ia bersamaku di rumah dan tidak bersama doi yang lain.
3. Untuk anakku yang suka protes tentang makanan . . . karena ia memiliki indera perasa yang baik.
4. Untuk pajak yang saya bayar . . . karena artinya saya masih bekerja.
5. Untuk rumah yang berantakan . . . karena saya punya kesempatan untuk melayani anggota keluargaku.
6. Untuk cucian yang banyak . . . karena saya masih memiliki baju.
7. Untuk dompet yang kosong . . . karena saya bisa belajar beriman.
8. Untuk sakit yang aku alami . . . karena waktunya istirahat buat saya.
9. Untuk orang yang melukai hatiku . . . karena aku punya kesempatan untuk belajar mengampuni.
10. Untuk kehilangan orang yang kukasihi . . . karena aku bisa belajar tentang kesementaraan hidup.

Inilah contoh-contoh memikirkan hal-hal yang masih ada di tengah-tengah kehilangan kita. Silakan Anda melanjutkan deretan syukur di tengah-tengah masalah yang kita hadapi. Bila kita sulit memikirkan apa yang masih ada pada kita, mari kita simak tayangan yang diperankan oleh Ma Li dan Zhai Xiaowei. Selamat menonton. (You Tube: She without arm, he without leg: http://www.youtube.com/watch?v=LnLVRQCjh8c).
Coba bayangkan apabila kedua pemain balet itu senantiasa mengeluhkan kehilangan tangan dan kakinya? Saya yakin bila mereka berfokus dan tenggelam pada apa yang terhilang, maka mereka justru tidak dapat mengembangkan apa yang masih ada dan yang masih dapat dikerjakan mereka. Hari ini kita memang tidak kehilangan tangan dan kaki seperti mereka. Tapi saat ini kita mungkin merasa kehilangan harapan dalam masalah pernikahan, kehilangan harapan dalam masalah anak, kehilangan harapan dalam masalah pekerjaan, kehilangan harta, kehilangan seseorang yang dikasihi, kehilangan kemampuan untuk berbuat sesuatu, kehilangan kesehatan. Apapun bentuk kehilangan itu, jangan fokuskan dan tenggelamkan diri pada apa yang terhilang. Tetapi temukan hal-hal indah lainnya, hal-hal yang masih dapat kita kerjakan, hal-hal yang masih ada pada kita.

Penutup
Sebagai penutup, saya ingin kembali menuturkan suatu kisah. Suatu pagi, kepala seorang anak terbentur sudut meja. Sakitnya bukan main. Ayahnya menghibur, “Syukur kepada Tuhan tidak sampai bocor. Lagipula itu bisa sembuh.” Anak itu menyahut, “Apakah jika bocor dan tidak dapat sembuh kita masih dapat bersyukur?” “Tentu,” jawab ayahnya. “Sekalipun kepalamu sampai bocor, dan engkau meninggal karena luka itu, kita masih bersyukur karena jiwamu selamat dalam Kristus.” Bila kita sudah berada di dalam Kristus, maka selalu saja ada alasan untuk dapat mengucap syukur. Baik suka maupun duka, baik sakit maupun sehat, baik kaya maupun miskin, selalu saja ada alasan untuk mengucap syukur. Sebab itu, tidak heran bila 1 Tesalonika 5: 18 berkata, “Mengucap syukurlah dalam segala hal . . .” Amin.

Sabda Hidup

Rabu, 01 April  2015
HARI RABU DALAM PEKAN SUCI
warna liturgi Ungu
Bacaan:
Yes. 50:4-9a; Mzm. 69:8-10,21bcd-22,31,33-34; Mat. 26:14-25. BcO Yer. 15:10-21

Matius 26:14-25:
14 Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. 15 Ia berkata: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. 16 Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus. 17 Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: "Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?" 18 Jawab Yesus: "Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku." 19 Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah. 20 Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu. 21 Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku." 22 Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: "Bukan aku, ya Tuhan?" 23 Ia menjawab: "Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. 24 Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan." 25 Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: "Bukan aku, ya Rabi?" Kata Yesus kepadanya: "Engkau telah mengatakannya."

Renungan:
Yudas menjual Yesus kepada para imam-imam kepala. Setelah mendapat uang dari mereka ia mencari waktu yang tepat untuk bisa menyerahkan Yesus. Uang menjadi daya tarik yang kuat bagi Yudas sehingga ia tega menjual gurunya.
Ada yang mengatakan, "Uang memang bukan segala-galanya, tapi kok nampaknya segala-galanya butuh uang." Apa-apa selalu membutuhkan uang. Ngurus A, B, C dst selalu perlu uang. Tanpa uang kok kayaknya tak berjalan. Dan uang itu pun, sekalipun dari orang miskin, jatuhnya pada mereka yang ber-uang. Dan yang lebih parah lagi mereka yang ber-uang seringkali tergoda untuk rakus memiliki lebih banyak. Kerakusan itulah yang seringkali membawa mereka tinggal di jeruji besi.
Kita mesti lebih waspada dengan godaan uang. Kekuatannya bisa mendorong kita menjadi orang yang rakus dan bahkan tega terhadap sesama. Yudas karena uang tega menjual Gurunya.

Kontemplasi: 
Pejamkan matamu sejenak. Bayangkan godaan uang bagimu. Usahakan engkau menjaga diri agar tidak jatuh dalam godaan itu.

Refleksi:
Apa yang akan kaulakukan kala menghadapi godaan uang?

Doa:
Tuhan, semoga aku mempunyai ketahanan terhadap godaan uang dan tidak jatuh seperti Yudas Iskariot. Semoga aku pun tidak menjual Engkau demi kepentinganku sendiri. Amin.

Perutusan:
Aku akan menjaga diri dari kemungkinan "menjual" Yesus. -nasp-

Lamunan Pekan Suci

Rabu, 1 April 2015

Matius 26:14-25

26:14. Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala.
26:15 Ia berkata: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya.
26:16 Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.
26:17. Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: "Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?"
26:18 Jawab Yesus: "Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku."
26:19 Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah.
26:20 Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu.
26:21 Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku."
26:22 Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: "Bukan aku, ya Tuhan?"
26:23 Ia menjawab: "Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku.
26:24 Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan."
26:25 Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: "Bukan aku, ya Rabi?" Kata Yesus kepadanya: "Engkau telah mengatakannya."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, di era global orang memang dituntut mencari nafkah sendiri dan berjuang untuk tidak tergantung pada orang lain. Uang memang penting untuk memenuhi paling tidak kebutuhan-kebutuhan dasar manusia.
  • Tampaknya, di era global orang memang harus mengembangkan diri berkemampuan wirausaha karena kalau hanya ingin jadi karyawan kemungkinan menjadi penganggur akan besar sekali. Modal wirausaha berupa jasa pun dapat menjadi andalan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa segigih apapun usaha mandiri bekerja mendapatkan uang, hal ini tidak akan menjadi keutamaan seseorang apabila yang dilakukan justru jadi kerakusan bahkan mengorbankan orang lain. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati dalam kerja apapun orang akan menempatkannya sebagai jalan untuk menjunjung tinggi martabat manusia.
Ah, jaman kini apapun bentuknya asal jadi peluang mendapatkan uang jalani saja.

Monday, March 30, 2015

Terobsesi Bahagiakan Lansia

Senin, 02 Maret 2015 | 12:12 dalam http://www.beritasatu.com
      Peters M Simanjuntak
Peters M Simanjuntak, Pendiri dan Sekretaris Jenderal Asosiasi Senior Living Indonesia.
Peters M Simanjuntak, Pendiri dan Sekretaris Jenderal Asosiasi Senior Living Indonesia. (sumber: Istimewa) 
Membahagiakan para orang lanjut usia (lansia) menjadi obsesi Peters M Simanjuntak. Lewat Asosiasi Senior Living Indonesia (ASLI) yang didirikannya, Peters memperjuangkan agar pemerintah, swasta, dan masyarakat, lebih peduli pada kebutuhan orang lanjut usia (lansia) demi peningkatan kualitas hidupnya.

“Saya prihatin saja dengan kenyataan bahwa para orang tua kerja keras cari uang untuk anaknya dan warisan jadi milik anaknya saat dia sudah meninggal. Sementara itu, dia sendiri enggak memikirkan dirinya. Padahal ketika sudah tua, dia butuh perhatian, anak-anak malah sibuk enggak ada yang memperhatikan, bahkan untuk ngobrol,” kata Peters di Jakarta, baru-baru ini.

Hal itu juga terjadi pada ibunya yang kini telah berusia lebih dari 70 tahun. “Saya sendiri jarang ketemu ibu. Paling ketemunya pagi hari saja. Padahal, ibu saya kan juga ingin ngobrol dengan saya, ingin didengarkan, dan diperhatikan. Perhatian itu yang sangat dibutuhkan orang tua,” tegas lelaki kelahiran Siantar, Sumatera Utara, tahun 1955 ini.

Peters menjelaskan, ada banyak yang menjadi kebutuhan para lansia. Selain butuh diperhatikan, didengarkan, dan diajak mengobrol, lansia juga butuh kemerdekaan, butuh perawat khusus (caregiver) yang ahli merawat dan melayani orang tua, dan yang terkadang dilupakan adalah butuh aktivitas dan kegiatan yang menjadi minat mereka.

“Orang tua itu butuh kemerdekaan, tetapi tetap harus ada yang mengawasi dan melayani kebutuhannya. Jangan sampai mereka jatuh dan celaka. Biarkan mereka melakukan aktivitas yang menyenangkan. Mungkin menyanyi, dansa, nonton film, dan lain-lain, supaya mereka bahagia dan tidak pikun,” tutur lelaki yang hobi karaoke di rumah bersama keluarganya ini.

"Caregiver" 

Merasa tak mampu memberikan perhatian lebih lewat kehadiran fisik bagi ibunda tercinta, Peters pun akhirnya menginisiasi pendirian Asosiasi Senior Living Indonesia (ASLI) yang resmi dibentuk pada September 2014.

“Organisasi ini mewadahi perusahaan-perusahaan yang menyediakan segala kebutuhan untuk para lansia, mulai dari perusahaan penyedia personal care assistant, rumah sakit, senior residence, asuransi, dan lain-lain,” jelas Peters, pemilik RS Ichsan Medical Center (IMC) Bintaro, Tangerang, Banten ini.

Sampai saat ini ASLI masih terus melakukan edukasi kepada pemerintah, swasta, dan masyarakat, tentang para lansia yang memiliki kebutuhan khusus dan mendesak. “Kami ingin menyadarkan pemerintah bahwa harus ada tanggung jawab kepada lansia. Para lansia itu memiliki andil besar kepada negara lewat pajak yang mereka bayar selama ini,” tegas Peters yang juga direktur PT Komet Konsorsium, perusahaan penyedia dan penyewaan menara telekomunikasi.

Peters berharap, selain berbagai fasilitas fisik yang mengakomodasi kebutuhan para lansia, pemerintah seharusnya banyak membuat program untuk lansia. “Pemerintah bisa membuat program-program, seperti senam jantung bersama, menyediakan volunteer yang secara legal dilindungi pemerintah, menyediakan pengobatan gratis untuk lansia, dan lain-lain,” ujarnya.

Sebelumnya, Peters memang sudah memiliki bisnis yang targetnya memenuhi kebutuhan para lansia. Lewat GIM Care Service, Peters membuat lembaga pendidikan yang melatih para perawat khusus untuk orang tua (caregiver).

“Populasi lansia saat ini sudah sama dengan balita. Pada 2020, jumlah populasi lansia akan lebih banyak dibanding anak-anak dan mereka butuh caregiver yang mengerti bagaimana mengurus dan mengerti psikologi orang tua,” kata Peters yang memiliki filosofi hidup untuk selalu bersyukur.
Saat ini, GIM Care Service baru menyediakan pendidikan setara dengan kursus beberapa bulan saja. Ke depan, GIM Care Service akan membuka pendidikan caregiver setingkat D1 dan D3. Tenaga lulusannya, selain dibutuhkan di rumah yang memiliki lansia, juga dibutuhkan di rumah sakit-rumah sakit.

“Selain di dalam negeri, tenaga caregiver Indonesia juga sangat dibutuhkan di Jepang dan Singapura yang saat ini populasi lansianya sudah lebih tinggi dibandingkan anak-anak,” katanya.

Pada Mei 2015, GIM Care Service juga akan meluncurkan Club Lansia atau Daycare Lansia di daerah Kebayoran Arcade, Bintaro. Kegiatan daycare lansia terdiri atas kegiatan harian, seperti senam, pemeriksaan kesehatan teratur, makan bersama, dan menyanyi bersama.

“Sementara itu, kegiatan mingguan bisa dalam bentuk menonton film bersama di dalam gedung dan kegiatan bulanan, seperti menonton film bersama ke bioskop, jalan-jalan, dan lain-lain,” tandas Peters.

Penulis: Mardiana Makmun/AB
Sumber:Investor Daily

Sabda Hidup

Selasa, 31 Maret  2015
HARI SELASA DALAM PEKAN SUCI
warna liturgi Ungu
Bacaan:
Yes. 49:1-6; Mzm. 71:1-2,3-4a,5-6ab,15,17; Yoh. 13:21-33,36-38. BcO Yer. 11:18-12:13

Yohanes 13:21-33,36-38:
21 Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku." 22 Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-Nya. 23 Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya. 24 Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata: "Tanyalah siapa yang dimaksudkan-Nya!" 25 Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, siapakah itu?" 26 Jawab Yesus: "Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya." Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot. 27 Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera." 28 Tetapi tidak ada seorangpun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti, apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas. 29 Karena Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin. 30 Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam. 31 Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: "Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. 32 Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. 33 Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu. 36 Simon Petrus berkata kepada Yesus: "Tuhan, ke manakah Engkau pergi?" Jawab Yesus: "Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku." 37 Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu!" 38 Jawab Yesus: "Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."

Renungan:
Hari-hari sengsara Tuhan makin dekat. Pada hari-hari itu Ia makan bersama para murid. Ia duduk diantara orang yang dikasihiNya. Namun di antara mereka ada pula seorang pengkhianat. Ia adalah orang yang akan menjual Yesus. Ketika tanda-tanda siapakah orang itu diberikan dan terjadi Yesus pun menjelaskan masa-masa berat yang harus dilaluiNya. Di situ Ia pun melihat bahwa para murid akan tercerai berai, bahkan Petrus pun akan menyangkalNya.
Hati kita sering pedih kala menyaksikan orang-orang yang kita kasihi meninggalkan kita bahkan mengkhianati. Sering seorang penderma mengalami kesendirian kala kemampuan berdermanya berkurang atau sakit. Satu per satu orang-orang yang dulu dekat atau mendekat mulai menyingkir. Sedikit yang bertahan menemaninya kala ia menderita. Suasana ini semakin membuatnya terpuruk.
Ditinggalkan orang menjadi tantangan bagi kita dalam melakukan tindakan baik. Kadang kita berpikir apa perlu berbuat baik kalau akhirnya orang-orang pun meninggalkan kita. Yesus memberi contoh. Ia tetap terus menjalankan kebaikan walau harus sendiri. Perbuatan baiklah yang menggerakkan seseorang bertindak, walau harus seorang diri. Keberadaan orang lain tak mengubah sikap baiknya.

Kontemplasi: 
Bayangkan pengalaman perjumpaan dan percakapan Yesus dalam Injil Yoh. 13:21-33,36-38. Rasakan suasana yang terjadi.

Refleksi:
Apa yang kaulakukan kala ditinggalkan orang yang kaukasihi?

Doa:
Bapa, PuteraMu bertahan dalam kebaikanMu walau orang-orang yang dikasihiNya meninggalkanNya. Semoga aku pun mampu bertahan dalam kebaikan dalam kondisi apapun. Amin.

Perutusan:
Aku akan bertahan dalam kebaikanNya. -nasp-

Lamunan Pekan Suci

Selasa, 31 Maret 2015

Yohanes 13:21-33.36-38

13:21 Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku."
13:22 Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-Nya.
13:23 Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya.
13:24 Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata: "Tanyalah siapa yang dimaksudkan-Nya!"
13:25 Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, siapakah itu?"
13:26 Jawab Yesus: "Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya." Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot.
13:27 Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera."
13:28 Tetapi tidak ada seorangpun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti, apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas.
13:29 Karena Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin.
13:30 Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam.
13:31. Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: "Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia.
13:32 Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera.
13:33 Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu.
13:36. Simon Petrus berkata kepada Yesus: "Tuhan, ke manakah Engkau pergi?" Jawab Yesus: "Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku."
13:37 Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu!"
13:38 Jawab Yesus: "Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, dalam pertemanan hidup bersama bisa saja ada anggota yang bersikap buruk. Para anggota lain dapat merasa prihatin bahkan jengkel terhadap yang buruk.
  • Tampaknya, dalam kebersamaan kalau teman yang buruk melakukan hal-hal yang terlalu menguntungkan diri, para anggota lain dapat memberikan sanksi. Bahkan bila yang buruk dalam usaha mendapatkan untungnya sendiri dengan mengorbankan teman atau kelompok, dia dapat disingkirkan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa berhadapan dengan pengkhianat hidup bersama, orang harus melihat kerangka visi dan misi kebersamaan di kedalaman batinnya sehingga ia dapat membiarkan si pengkhianat melakukan segala kejahatannya karena perbuatan busuk itu justru membuat perjuangannya makin jelas dipahami oleh banyak orang lain. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan memandang segala bahaya dan ancaman hidupnya sebagai kesempatan memancarkan segala kebaikan yang dimiliki.
Ah, bagaimanapun juga pengkhianat harus dibinasakan.

Sunday, March 29, 2015

TAHUN HIDUP BAKTI (5)

Beberapa rama Domus Pacis membuat refleksi mini sekitar PEGALAMAN IMAMATnya.
Hal ini dilakukan dalam rangka refleksi untuk mengisi Tahun Hidup Bakti.

Rama Yadi:
Kunjungan sebentar saja tidak sebanding dengan lama perjalanan. Namun saat ketemu keluarga damai di hati gak bisa dibandingkan dengan kesulitan yang saya alami.

Rama Harto:
Imam sering dipanggil romo atau bapak bukan karena tahu segala-galanya atau kuasa segala-galanya, melainkan demi penghormatan terhadap seorang gembala yang menggembalakan umat Tuhan.

Rama Bambang:
Jadi imam kreatif dan up to date memang mampu menarik banyak umat. Tetapi tanpa ketaatan pada pimpinan kreativitas dan kontekstualitasnya hanya menjadi daya kekacauan dan membuat si imam tak mudah ceria.

Rama Agoeng:
Menerima yang masih sulit untuk dimengerti.

Lamunan Pekan Suci

Senin, 30 Maret 2015

Yohanes 12:1-11

12:1. Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati.
12:2 Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus.
12:3 Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.
12:4 Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata:
12:5 "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?"
12:6 Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.
12:7 Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku.
12:8 Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu."
12:9 Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati.
12:10 Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga,
12:11 sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, di era global orang amat diwarnai oleh dimensi ekonomi dalam hidupnya. Sekaya apapun seseorang, dia harus tetap menata keuangannya agar tidak terjerumus dalam kesalahan yang mengakibatkan kerugian besar bahkan kemiskinan.
  • Tampaknya, orang yang ber-Tuhan akan mengingat kaum miskin sehingga akan selalu berbagi kesejahteraan. Sekaya apapun dia tidak akan memboroskan uangnya dan justru akan makin menambah bagian untuk kepentingan yang miskin.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa kesejatian berbagi selalu dilandaskan pada kedalaman kalbu yang terendam limpahan cinta sehingga tanpa landasan ini perhatian terhadap kaum miskin dapat hanya menjadi topeng untuk mengumpulkan uang atau apapun bagi dirinya sendiri. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang menghayati kasih sejati sehingga merelakan harta miliknya.
Ah, bagaimanapun juga pada jaman kini orang harus mendahulukan kesejahteraan diri.

Sabda Hidup

Senin, 30 Maret  2015
HARI SENIN DALAM PEKAN SUCI
warna liturgi Ungu
Bacaan:
Yes. 42:1-7; Mzm. 27:1,2,3,13-14; Yoh. 12:1-11. BcO Yes. 52:13-53:12

Yohanes 12:1-11:
1 Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. 2 Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. 3 Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. 4 Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: 5 "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?" 6 Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. 7 Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. 8 Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu." 9 Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. 10 Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, 11 sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.

Renungan:
Bendahara adalah sebuah jabatan yang mengandung godaan bagi pemegangnya. Semakin besar organisasi dan keuangan yang dipegang semakin besar pula godaan itu mengintip sang bendahara. Mereka yang tidak mampu menahan diri akan terpenjara oleh godaan tersebut.
Yudas Iskariot bendahara para murid adalah pribadi yang tidak sanggup menahan diri atas godaan tersebut. Ia sering mengambil uang yang dia urus (bdk Yoh 12:6). Ia sangat bergairah kala ada dana besar dan membangun gagasan agar dana itu untuk orang miskin. Dengan memegang dana itu maka ia bisa mencuri sebagian.
Jabatan sering menggerakkan orang untuk bermain dan memperkaya dirinya sendiri. Ada orang yang sungguh tulus ketika menjabat, namun ada juga yang mengejar jabatan demi kekayaan. Namun demikian yang tulus maupun licik selalu ada dalam bayang-bayang godaan.

Kontemplasi: 
Bayangkan sikap Yudas Iskariot yang suka mencuri uang kas. Bandingkan dengan sikap para pejabat di sekitarmu.

Refleksi:
Bagaimana anda mengatasi godaan untuk mencuri?

Doa:
Ya Tuhan jagailah para pejabat agar mereka tidak tergoda menyalahgunakan kewenangan mereka demi memenuhi kebutuhan sendiri. Amin.

Perutusan:
Aku akan ikut menjaga pemimpinku agar tidak jatuh dalam godaan. -nasp-

Saturday, March 28, 2015

Renungan Tentang Lansia

diambil dari http://www.ubaya.ac.id  




Saat melihat anak kecil yang mengalami kesulitan melakukan sesuatu biasanya kita merasa kasihan. Kenapa kita merasa kasihan, karena kita tahu anak kecil tersebut belum bisa melakukan sesuatu. Namun saat anak kecil tersebut kemudian menangis untuk menunjukkan kelemahannya, akan banyak orang yang bersedia membantu. Begitu pula saat kita melihat lansia yang mengalami kesulitan melakukan sesuatu, beberapa dari kita biasanya kita merasa kasihan karena kita tahu lansia sudah mengalami berbagai degenerasi secara fisik atau psikis. Namun bagaimana saat lansia tersebut menunjukkan kelemahannya, berapa banyak orang yang akan membantu? Berapa banyak dari orang yang akan menggerutu mengatakan lansia tidak tahu diri? Lansia yang hanya bisa merepotkan? Orang-orang seperti ΐйΐ lupa atau belum sadar bila sekarang tubuh masih kuat karena masih muda, suatu saat bila memiliki panjang umur akan menjadi lansia, akan menjadi seperti lansia yang sekarang dianggap merepotkan. Sudah siapkah kita menjadi lansia?

Sebagai contoh, seorang ibu lansia yang hidup serba kekurangan, kondisi kesehatan yang tidak terlalu baik, seringkali merasa merepotkan cucunya, dan ingin segera dipanggil Tuhan ketika anaknya telah meninggal dunia terlebih dahulu. Saat ini ia merasa bersyukur karena masih dirawat cucunya. Teringat masa lalu saat cucunya masih kecil, ibu lansia ini merawat cucunya dengan sepenuh hati, tidak pernah berkata kasar ataupun membentak. Harapannya saat dewasa nanti cucunya tidak berkata kasar atau membentaknnya. Saat cucunya salah ia selalu mengingatkan, termasuk cucunya ketika berbuat salah atau berperilaku tidak baik ke orang lain ibu ini selalu dengan sabar menegurnya agar cucunya tidak berperilaku seenaknya sendiri. Walaupun terkadang cucunya tetap memarahi ibu tersebut karena kelalaian dan kekurangannya, namun cucunya tetap merawat ibu tersebut dengan tulus dan dengan sebaik-baiknya. Sekarang ibu lansia ini memetik buah dari perilakunya saat masih fase dewasa awal hingga dewasa madya.

Kita pun terkadang berada pada posisi yang sama seperti cucu ibu tersebut. Kita dengan segala hal yang bisa kita lakukan sekarang, merasa tidak sabar ketika menghadapi orang tua ataupun nenek dan kakek kita yang mulai bergerak, berpikir, ataupun meminta bantuan kita. Kita merasa marah ketika mereka tidak melakukan seperti apa yang kita mau, tidak mengerti apa yang kita katakan, tidak memperdulikan peringatan kita sehingga kita repot jika sesuatu terjadi kepada mereka. Namun ingatlah bahwa dulu kita juga sama seperti mereka. Bukan karena tidak mau melakukan semuanya sendiri, tapi karena kita belum mampu melakukannya. Bukan tidak mendengar apa yang dikatakan orang tua kita, namun karena kita tidak mengerti apa yang mereka maksudkan. Kita juga memaksa orang tua kita melakukan apa yang kita inginkan, menuntut orang tua kita mengerti apa yang kita mau, dsb. Demikian juga para orang tua. Bukan karena tidak mau melakukan semuanya sendiri, tetapi sudah tidak mampu lagi melakukannya. bukan karena malas bergerak, tapi tak mampu lagi bergerak dengan cepat. Bukan karena tidak mau mengerti, namum kadang kita terlalu cepat berbicara sehingga mereka tidak dapat menangkap apa yang sesungguhnya kita maksudkan. Semua itu terjadi bukan karena kita atau mereka sengaja melakukannya, namun karena memang begitulah siklus hidup manusia.

Sekarang apakah kita yang sudah memiliki anak atau cucu, merasa memperlakukan anak atau cucu kita dengan baik. Okelah bila jawabannya sudah, dengan memberi kebutuhan anak atau cucu, tidak pernah berkata kasar atau membentak, tapi bila melakukan kesalahan ke orang lain dan kita membelanya atau perilaku terlalu melindunginya sehingga terlepas dari tanggungjawab. Pertanyaannya, apakah kelak saat kita lansia, anak atau cucu yang kita perlakukan seperti itu akan mau membantu merawat kita dengan layak? Belum tentu, bisa jadi kita akan disia-siakan.

Sebagai contoh, seorang lansia yang sudah mempersiapkan diri ketika dewasa madya dengan mencari kegiatan pengisi waktu luang sendiri di sela-sela kegiatan sosialnya. Harapannya saat dia tidak bisa lagi memiliki dukungan sosial seperti saat dewasa madya atau awal, dia bisa tetap beraktivitas sendiri. Sekarang saat kondisi kesehatannya sudah mulai menurun, teman-temannya sudah banyak yang meninggal dunia, dia tidak terlalu terbebani dan tidak terlalu merasa kesepian. Butuh keseimbangan antara sendiri dan bersama orang lain, karena pada dasarnya kita akan sendiri nanti. Itu semboyannya sehingga ia mempersiapkan diri jauh-jauh hari.

Sudah siapkah kita dengan kondisi lansia yang akan kita hadapi kelak? Saat tubuh sudah tidak kuat lagi menopang kegiatan seperti saat ΐйΐ, saat kita masih muda. Memang banyak yang harus dipersiapkan untuk menghadapi masa lansia. Terpenting, kita harus sadar bahwa kita pada fasenya akan menghadapi masa lansia bila umur memungkinkan. Belajar dengan lansia, belajar kehidupannya dan pengalaman yang telah dilalui juga merupakan cara yang baik untuk persiapan menghadapi masa lansia. Jangan hinakan lansia, tapi belajar memahami dan peka terhadap kehidupan mereka. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Yang Kurang Beruntungpun Masih Berbagi

Listyo Yuwanto
Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Tulisan ini masih berkaitan dengan perayaan Natal 2012. Beberapa waktu yang lalu, penulis sempat berkunjung ke rumah lansia yang secara ekonomi kurang beruntung dan kondisi kesehatan yang kurang bagus. Di sanalah penulis mendapatkan kisah sekaligus pelajaran berharga dari ibu lansia tersebut yang cukup menyentuh hati penulis.

Ibu lansia ini telah berusia 80 tahun. Badannya kurus dan kecil serta tak lagi dapat berdiri dengan tegak. Ibu tersebut hanya mempunyai dua orang anak yang semuanya menikah. Salah seorang anaknya hidup dengan cukup nyaman di kota Malang bersama suami dan anak-anaknya. Sedangkan anak yang seorang lagi belum lama ini telah mendahuluinya kembali ke pangkuan Tuhan Yang Maha Esa  karena mengidap kanker paru-paru. Saat ini, ibu lansia ini hanya hidup pas-pas an bersama seorang cucunya. Untunglah cucunya telah cukup dewasa untuk bekerja sehingga dapat membantu kehidupan mereka sehari-hari. Bayangkanlah seandainya ibu itu, dengan tubuhnya yang tak lagi kuat berjalan dengan tangkas dan bahkan berdiri dengan tegak, masih harus bekerja untuk dirinya dan cucunya.

Setiap bulannya mereka memang mendapatkan bantuan uang dan beras dari serikat pekerja sosial Santo Vincentius untuk menunjang kehidupan sehari-harinya. Namun di balik semua kesederhanaan dan kekurangan yang dialaminya, ternyata pada hari Natal pun ibu ini masih berkeinginan membagikan beras yang dimiliki dengan membeli, kepada tetangga-tetangganya yang kondisinya sama tidak mampunya. Saat ditanya bagaimana ibu itu masih memiliki keinginan yang seperti itu, Ibu lansia tadi menjawab dengan tersenyum kecil "meski tidak mampu, saya masih ingin berbagi kebahagiaan dengan orang lain".

Apa yang dilakukan ibu lansia tadi ternyata sudah dilakukan sejak dulu, meski dulu kondisinya sedikit lebih baik dari sekarang karena masih adanya anaknya yang bekerja. Ibu lansia tersebut merasa perlu berbagi beras saat Natal sebagai wujud syukur kepada Tuhan.

Berdasarkan sudut pandang psikologi, yang dilakukan ibu lansia adalah kebutuhan belongingness, kebutuhan untuk menyayangi orang lain, berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Kebutuhan belongingness pada dasarnya dimiliki setiap manusia. Layaknya jenis kebutuhan manusia yang lain, maka tingkat tinggi rendahnya kebutuhan antar manusia berbeda-beda. Pada ibu lansia ini tergolong tinggi. Kondisi ekonomi tidak menjadi halangan untuk berbagi sebagai perwujudan belongingness. Kebutuhan ini tidak ditentukan oleh kaya atau miskin. Hal ini terbukti dari kasus nyata yang diwujudkan ibu lansia tadi. Meski dengan membeli beras untuk dibagi-bagikan, ibu lansia tadi harus rela tidak bisa membeli keperluan sehari-harinya seperti pampers yang harus ia kenakan untuk membantunya buang air baik sehari-hari terutama ketika saat beribadah ke Gereja. Hal ini bukan karena ibu ini manja sehingga tidak mau pergi ke toilet sendiri, namun karena kedua kakinya tak lagi mampu berjalan jauh untuk pergi ke toilet gereja dan terlalu berbahaya jika ia harus pergi sendiri ke toilet di rumahnya ketika cucunya pergi bekerja. Dengan adanya pampers tersebut, sangat membantu ibu lansia ini untuk mengurangi rasa sakit yang di deritanya pada kaki dan punggungnya karena harus berjalan, duduk, dan bangkit dari toilet.

Refleksi yang dapat dipetik adalah, ketidakberuntungan bukan menjadi halangan untuk berbagi kebahagiaan. Ketika yang tidak beruntung masih bisa berbagi kebahagiaan, bagaimana dengan kita yang sangat beruntung secara ekonomi dalam hidup? Harusnya kita bisa lebih berbagi kebahagiaan. Semoga.

Sabda Hidup

Minggu, 29 Maret  2015
HARI MINGGU PALMA
MENGENANGKAN SENGSARA TUHAN
warna liturgi Merah
Bacaan:
Yes. 50:4-7; Mzm. 22:8-9,17-18a,19-20,23-24; Flp. 2:6-11; Mrk. 14:1 - 15:47 (Mrk. 15:1-39). BcO Yer. 22:1-8; 23:1-8

Markus 15:1-39:
1 Pagi-pagi benar imam-imam kepala bersama tua-tua dan ahli-ahli Taurat dan seluruh Mahkamah Agama sudah bulat mupakatnya. Mereka membelenggu Yesus lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus. 2 Pilatus bertanya kepada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya." 3 Lalu imam-imam kepala mengajukan banyak tuduhan terhadap Dia. 4 Pilatus bertanya pula kepada-Nya, katanya: "Tidakkah Engkau memberi jawab? Lihatlah betapa banyaknya tuduhan mereka terhadap Engkau!" 5 Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawab lagi, sehingga Pilatus merasa heran. 6 Telah menjadi kebiasaan untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya itu menurut permintaan orang banyak. 7 Dan pada waktu itu adalah seorang yang bernama Barabas sedang dipenjarakan bersama beberapa orang pemberontak lainnya. Mereka telah melakukan pembunuhan dalam pemberontakan. 8 Maka datanglah orang banyak dan meminta supaya sekarang kebiasaan itu diikuti juga. 9 Pilatus menjawab mereka dan bertanya: "Apakah kamu menghendaki supaya kubebaskan raja orang Yahudi ini?" 10 Ia memang mengetahui, bahwa imam-imam kepala telah menyerahkan Yesus karena dengki. 11 Tetapi imam-imam kepala menghasut orang banyak untuk meminta supaya Barabaslah yang dibebaskannya bagi mereka. 12 Pilatus sekali lagi menjawab dan bertanya kepada mereka: "Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan orang yang kamu sebut raja orang Yahudi ini?" 13 Maka mereka berteriak lagi, katanya: "Salibkanlah Dia!" 14 Lalu Pilatus berkata kepada mereka: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Salibkanlah Dia!" 15 Dan oleh karena Pilatus ingin memuaskan hati orang banyak itu, ia membebaskan Barabas bagi mereka. Tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan. 16 Kemudian serdadu-serdadu membawa Yesus ke dalam istana, yaitu gedung pengadilan, dan memanggil seluruh pasukan berkumpul. 17 Mereka mengenakan jubah ungu kepada-Nya, menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. 18 Kemudian mereka mulai memberi hormat kepada-Nya, katanya: "Salam, hai raja orang Yahudi!" 19 Mereka memukul kepala-Nya dengan buluh, dan meludahi-Nya dan berlutut menyembah-Nya. 20 Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah ungu itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. (15-20b) Kemudian Yesus dibawa ke luar untuk disalibkan. 21 Pada waktu itu lewat seorang yang bernama Simon, orang Kirene, ayah Aleksander dan Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus. 22 Mereka membawa Yesus ke tempat yang bernama Golgota, yang berarti: Tempat Tengkorak. 23 Lalu mereka memberi anggur bercampur mur kepada-Nya, tetapi Ia menolaknya. 24 Kemudian mereka menyalibkan Dia, lalu mereka membagi pakaian-Nya dengan membuang undi atasnya untuk menentukan bagian masing-masing. 25 Hari jam sembilan ketika Ia disalibkan. 26 Dan alasan mengapa Ia dihukum disebut pada tulisan yang terpasang di situ: "Raja orang Yahudi". 27 Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang di sebelah kiri-Nya. 28 (Demikian genaplah nas Alkitab yang berbunyi: "Ia akan terhitung di antara orang-orang durhaka.") 29 Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, 30 turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!" 31 Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olokkan Dia di antara mereka sendiri dan mereka berkata: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! 32 Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya." Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga. 33 Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. 34 Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? 35 Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Lihat, Ia memanggil Elia." 36 Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: "Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia." 37 Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya. 38 Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. 39 Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!"

Renungan:
Pilatus tahu bahwa tua-tua dan imam-imam kepala dengki dengan Yesus (bdk Mrk 15:10). Kedengkian mereka yang mendesak mereka menyerahkan Yesus untuk disalib dan membebaskan Barabas sang pembunuh. Kedengkian mereka membuat mereka buta untuk melihat mana yang baik dan yang buruk, dan mereka pun memilih yang buruk.
Banyak sekali kisah di mana kedengkian membawa pertumpahan darah. Kedengkian kelompok mazhab tertentu menghantar pada peperangan yang merenggut banyak korban jiwa. Kedengkian seorang tetangga mematikan rasa solidaritas dan kepekaannya.
Sekarang kita mengenangkan sengsara Yesus karena kedengkian para tua-tua dan imam kepala. Kisah ini menjadi cermin bagi kita untuk tidak terkungkung oleh sikap dengki. Kedengkian hanya akan membawa kematian.

Kontemplasi: 
Bayangkan kisah sengsara Yesus Kristus dalam Injil Mrk. 14:1 - 15:47. Hadirlah menjadi salah satu pemeran dalam kisah tersebut.

Refleksi:
Apa arti sengsara Tuhan Yesus bagi hidupmu?

Doa:
Tuhan Engkau memilih dan membela kami umat manusia. Namun karena sikap dengki yang sering masih kami miliki kami mengabaikan kasihMu itu dan malah menyingkirkanMu. Ampunilah kami ya Tuhan. Amin.

Perutusan:
Aku akan menghapus rasa dengki dalam diriku. -nasp-

Lamunan Pekan Suci

Hari Minggu Palma
Minggu, 29 Maret 2015

Markus 15:1-39

15:1. Pagi-pagi benar imam-imam kepala bersama tua-tua dan ahli-ahli Taurat dan seluruh Mahkamah Agama sudah bulat mupakatnya. Mereka membelenggu Yesus lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus.
15:2 Pilatus bertanya kepada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya."
15:3 Lalu imam-imam kepala mengajukan banyak tuduhan terhadap Dia.
15:4 Pilatus bertanya pula kepada-Nya, katanya: "Tidakkah Engkau memberi jawab? Lihatlah betapa banyaknya tuduhan mereka terhadap Engkau!"
15:5 Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawab lagi, sehingga Pilatus merasa heran.
15:6 Telah menjadi kebiasaan untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya itu menurut permintaan orang banyak.
15:7 Dan pada waktu itu adalah seorang yang bernama Barabas sedang dipenjarakan bersama beberapa orang pemberontak lainnya. Mereka telah melakukan pembunuhan dalam pemberontakan.
15:8 Maka datanglah orang banyak dan meminta supaya sekarang kebiasaan itu diikuti juga.
15:9 Pilatus menjawab mereka dan bertanya: "Apakah kamu menghendaki supaya kubebaskan raja orang Yahudi ini?"
15:10 Ia memang mengetahui, bahwa imam-imam kepala telah menyerahkan Yesus karena dengki.
15:11 Tetapi imam-imam kepala menghasut orang banyak untuk meminta supaya Barabaslah yang dibebaskannya bagi mereka.
15:12 Pilatus sekali lagi menjawab dan bertanya kepada mereka: "Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan orang yang kamu sebut raja orang Yahudi ini?"
15:13 Maka mereka berteriak lagi, katanya: "Salibkanlah Dia!"
15:14 Lalu Pilatus berkata kepada mereka: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Salibkanlah Dia!"
15:15. Dan oleh karena Pilatus ingin memuaskan hati orang banyak itu, ia membebaskan Barabas bagi mereka. Tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.
15:16 Kemudian serdadu-serdadu membawa Yesus ke dalam istana, yaitu gedung pengadilan, dan memanggil seluruh pasukan berkumpul.
15:17 Mereka mengenakan jubah ungu kepada-Nya, menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya.
15:18 Kemudian mereka mulai memberi hormat kepada-Nya, katanya: "Salam, hai raja orang Yahudi!"
15:19 Mereka memukul kepala-Nya dengan buluh, dan meludahi-Nya dan berlutut menyembah-Nya.
15:20 Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah ungu itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. (15-20b) Kemudian Yesus dibawa ke luar untuk disalibkan.
15:21 Pada waktu itu lewat seorang yang bernama Simon, orang Kirene, ayah Aleksander dan Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus.
15:22. Mereka membawa Yesus ke tempat yang bernama Golgota, yang berarti: Tempat Tengkorak.
15:23 Lalu mereka memberi anggur bercampur mur kepada-Nya, tetapi Ia menolaknya.
15:24 Kemudian mereka menyalibkan Dia, lalu mereka membagi pakaian-Nya dengan membuang undi atasnya untuk menentukan bagian masing-masing.
15:25 Hari jam sembilan ketika Ia disalibkan.
15:26 Dan alasan mengapa Ia dihukum disebut pada tulisan yang terpasang di situ: "Raja orang Yahudi".
15:27 Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang di sebelah kiri-Nya.
15:28 (Demikian genaplah nas Alkitab yang berbunyi: "Ia akan terhitung di antara orang-orang durhaka.")
15:29 Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari,
15:30 turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!"
15:31 Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olokkan Dia di antara mereka sendiri dan mereka berkata: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan!
15:32 Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya." Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga.
15:33. Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga.
15:34 Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
15:35 Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Lihat, Ia memanggil Elia."
15:36 Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: "Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia."
15:37 Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya.
15:38 Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah.
15:39 Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!"

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, bagaimanapun juga derita amat berkaitan dengan rasa hati sekalipun yang sakit adalah tubuh. Apalagi derita yang bukan karena kesalahan sendiri tetapi akibat fitnah, hal ini dapat menjadi sakit hati yang amat mendalam.
  • Tampaknya, bagaimanapun juga derita karena fitnah pada umumnya mudah sekali membuat dendam. Karena rasa dendam orang dapat membalas membuat si pemfitnah juga mengalami derita sehingga keretakan bahkan putus hubungan adalah akibat logis.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa seberat apapun derita seseorang karena fitnah, bila kedalaman hati orang itu dikuasai oleh keprihatinan pada kebaikan umum, kesengsaraannya justru membawa buah hubungan baik antar orang yang berbeda keadaan hidupnya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan selalu berpegang pada amanat batin terdalam sehingga dalam keadaan apapun tetap menunjukkan kebaikan pada siapapun termasuk golongan lawan.
Ah, kalau punya kekuatan orang akan melawan pemfitnah.