Jumat, 13 Maret 2015
Ludovikus dr Casoria
warna liturgi Ungu
Bacaan:
Hos. 14:2-10; Mzm. 81:6c-8a,8bc-9,10-11ab,14,17; Mrk. 12:28b-34. BcO Ibr. 5:11-6:8
Markus 12:28b-34:
28
Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki
bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada
orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: "Hukum manakah yang
paling utama?" 29 Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah,
hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. 30 Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. 31 Dan hukum yang
kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak
ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." 32 Lalu kata
ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu,
bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. 33 Memang
mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan
dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri
sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan
korban sembelihan." 34 Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang
itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!"
Dan seorangpun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Renungan:
Kasih.
Kasih kepada Allah dan sesama merupakan hukum yang utama. Mereka yang
melakukan itu dekat dengan Kerajaan Allah dan boleh diam di sana.
Suatu
kali saya dan teman-teman Komsos pernah mengambil gambar seorang anak
yang berkebutuhan khusus. Ia berbaring di kamarnya yang sederhana namun
bersih. Bagi keluarganya anak itu dipandang sebagai malaikat kecilnya.
Ia menghadirkan kasih yang luar biasa bagi keluarga itu. Dengan
kondisinya maka sang ayah memutuskan berhenti kerja dan menjaganya. Sang
ibu sepulang dari kantor selalu menyapa malaikatnya.
Suasana
keluarga itu menampakkan kasih yang mendalam. Kehadiran sang anak itu
tidak dipandang sebagai aib atau pun halangan. Ia malah menjadi malaikat
yang menumbuhkan kasih di antara anggota keluarga tersebut.
Kasih yang kuat mengatasi beban yang berat. Kasih yang tulus menghadirkan malaikat penghibur dan menguatkan di kala lelah.
Kontemplasi:
Pejamkan sejenak matamu. Hadirkan kasih yang tumbuh di dalam dirimu. Rasakan dayanya bagi hidupmu.
Refleksi:
Tulislah kekuatan kasih yang kaumiliki dan kaurasakan.
Doa:
Tuhan, kasih kepadaMu dan sesama menghidupkan duniaku. Jagailah kasihku agar bertahan dan memancar dalam hidupku. Amin.
Perutusan:
Aku akan berbagi kasih.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment