Posted by' Haryanto, S.Pd onFebruary 6, 2011 http://belajarpsikologi.com
Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia)
sering berbeda dengan pada dewasa muda, karena penyakit pada lansia
merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit
dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita.
Demikian juga, masalah kesehatan yang
sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang menurut Kane
dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu
immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak
stabil atau mudah jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan atau
buang air besar), intellectual impairment (gangguan
intelektual/dementia), infection (infeksi), impairment of vision and
hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity
(gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction
(sulit buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi),
impecunity (tidak punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat
obat-obatan), insomnia (gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan
tubuh yang menurun), impotence (impotensi).
Masalah kesehatan utama tersebut di atas
yang sering terjadi pada lansia perlu dikenal dan dimengerti oleh siapa
saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar dapat
memberikan perawatan untuk mencapai derajat kesehatan yang seoptimal
mungkin. Beberapa penyakit yang sering diderita lansia adalah sebagai berikut:
1. Kurang bergerak:
gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia
kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang,
sendi dan otot, gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.
2. Instabilitas:
penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal
yang berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua,
penyakit maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar
tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor lingkungan.
Akibat yang paling sering dari terjatuh
pada lansia adalah kerusakan bahagian tertentu dari tubuh yang
mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka bakar
karena air panas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi. Selain daripada
itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi
pergerakannya.
Walaupun sebahagian lansia yang terjatuh
tidak sampai menyebabkan kematian atau gangguan fisik yang berat,
tetapi kejadian ini haruslah dianggap bukan merupakan peristiwa yang
ringan. Terjatuh pada lansia dapat menyebabkan gangguan psikologik
berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan terjatuh lagi,
sehingga untuk selanjutnya lansia tersebut menjadi takut berjalan untuk
melindungi dirinya dari bahaya terjatuh.
3. Beser:
beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering
didapati pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam
jumlah dan kekerapan yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau
sosial. Beser bak merupakan masalah yang seringkali dianggap wajar dan
normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki
terjadi baik oleh lansia tersebut maupun keluarganya.
Akibatnya timbul berbagai masalah, baik
masalah kesehatan maupun sosial, yang kesemuanya akan memperburuk
kualitas hidup dari lansia tersebut. Lansia dengan beser bak sering
mengurangi minum dengan harapan untuk mengurangi keluhan tersebut,
sehingga dapat menyebabkan lansia kekurangan cairan dan juga
berkurangnya kemampuan kandung kemih. Beser bak sering pula disertai
dengan beser buang air besar (bab), yang justru akan memperberat keluhan
beser bak tadi.
4. Gangguan intelektual:
merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi
intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan
terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.
Kejadian ini meningkat dengan cepat
mulai usia 60 sampai 85 tahun atau lebih, yaitu kurang dari 5 % lansia
yang berusia 60-74 tahun mengalami dementia (kepikunan berat) sedangkan
pada usia setelah 85 tahun kejadian ini meningkat mendekati 50 %. Salah
satu hal yang dapat menyebabkan gangguan interlektual adalah depresi
sehingga perlu dibedakan dengan gangguan intelektual lainnya.
5. Infeksi:
merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena
selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang
menyebabkan keterlambatan di dalam diagnosis dan pengobatan serta risiko
menjadi fatal meningkat pula.
Beberapa faktor risiko yang menyebabkan
lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan
tubuh:yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh,
terdapatnya beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan
daya tahan tubuh yang sangat berkurang. Selain daripada itu, faktor
lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami
infeksi.
6. Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit:
akibat prosesd menua semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian
juga gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk
berbicara dapat menyebabkn terganggunya komunikasi, sedangkan kulit
menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.
7. Sulit buang air besar (konstipasi): beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi, seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat, kurang minum, akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain.
Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi
sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada konstipasi, kotoran
di dalam usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang berat
dapat terjadi akibat yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus
disertai rasa sakit pada daerah perut.
8. Depresi:
perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya
kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi
salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia.
Namun demikian, sering sekali gejala depresi menyertai penderita dengan penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun terpikirkan sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai suatu bagian dari proses menua yang normal ataupun tidak khas.
Gejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat badan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatian, kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang biasanya dinikmati, menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan gejala-gejala fisik lainnya.
Namun demikian, sering sekali gejala depresi menyertai penderita dengan penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun terpikirkan sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai suatu bagian dari proses menua yang normal ataupun tidak khas.
Gejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat badan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatian, kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang biasanya dinikmati, menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan gejala-gejala fisik lainnya.
Akan tetapi pada lansia sering timbul
depresi terselubung, yaitu yang menonjol hanya gangguan fisik saja
seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan
pencernaan dan lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak jelas.
9. Kurang gizi:
kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan
maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan
untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari
masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup
seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru
kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa
penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan dan
lain-lain.
10. Tidak punya uang: dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan penghasilan.
Untuk dapat menikmati masa tua yang
bahagia kelak diperlukan paling sedikit tiga syarat, yaitu :memiliki
uang yang diperlukan yang paling sedikit dapat memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari, memiliki tempat tinggal yang layak, mempunyai peranan di
dalam menjalani masa tuanya.
11. Penyakit akibat obat-obatan:
salah satu yang sering didapati pada lansia adalah menderita penyakit
lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak,
apalagi sebahagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu
yang lama tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit
akibat pemakaian obat-obat yaqng digunakan.
12. Gangguan tidur: dua proses normal yang paling penting di dalam kehidupan manusia adalah makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat penting akan tetapi karena sangat rutin maka kita sering melupakan akan proses itu dan baru setelah adanya gangguan pada kedua proses tersebut maka kita ingat akan pentingnya kedua keadaan ini.
Jadi dalam keadaan normal (sehat) maka
pada umumnya manusia dapat menikmati makan enak dan tidur nyenyak.
Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia,
yakni sulit untuk masuk dalam proses tidur. tidurnya tidak dalam dan
mudah terbangun, tidurnya banyak mimpi, jika terbangun sukar tidur
kembali, terbangun dinihari, lesu setelah bangun dipagi hari.
13. Daya tahan tubuh yang menurun:
daya tahan tubuh yang menurun pada lansia merupakan salah satu fungsi
tubuh yang terganggu dengan bertambahnya umur seseorang walaupun tidak
selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula
karena berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama diderita
(menahun) maupun penyakit yang baru saja diderita (akut) dapat
menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang. Demikian juga
penggunaan berbagai obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi
organ-organ tubuh dan lain-lain.
14. Impotensi: merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 bulan.
Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS) bahwa penelitian yang dilakukan pada pria usia 40-70 tahun yang diwawancarai ternyata 52 % menderita disfungsi ereksi, yang terdiri dari disfungsi ereksi total 10 %, disfungsi ereksi sedang 25 % dan minimal 17 %.
Penyebab disfungsi ereksi pada lansia
adalah hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya
kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik karena
proses menua maupun penyakit, dan juga berkurangnya sel-sel otot polos
yang terdapat pada alat kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat
kelamin pria terhadap rangsangan.
(dr.Pirma Siburian Sp PD)
0 comments:
Post a Comment