Kamis, 19 Maret 2015
HARI RAYA St. YUSUF, SUAMI SP MARIA
warna liturgi Putih
Bacaan:
2Sam. 7:4-5a,12-14a,16; Mzm. 89:2-3,4-5,27,29; Rm. 4:13,16-18,22; Mat. 1:16,18-21,24a atau Luk. 2:41-51a BcO Ibr. 11:1-16
Matius 1:16,18-21,24a:
16
Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang
disebut Kristus. 18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada
waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung
dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. 19 Karena
Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama
isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. 20
Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak
kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau
takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam
kandungannya adalah dari Roh Kudus. 21 Ia akan melahirkan anak laki-laki
dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan
menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." 24 Sesudah bangun dari
tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu
kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya,
Renungan:
Membaca
Injil hari ini saya terbayang suasana yang sedang dialami Yusuf. Dia
mempunyai seorang tunangan bernama Maria. Maria telah hamil. Hati Yusuf
patah. Ia berkehendak menceraikannya secara diam-diam demi menjaga
martabat Maria. Namun suara dalam mimpi mendorongnya untuk tidak takut
mengambil Maria sebagai isteri. Yusuf pun mengikuti suara itu.
Dalam
keluarga sering terjadi persoalan. Persoalan itu bisa kecil, bisa juga
besar dan memakan hati. Namun dalam tayangan televisi atau pun berita
koran kita saksikan bagaimana persoalan-persoalan itu sekarang terasa
mudah memisahkan keluarga yang telah terbangun. Bahkan tidak jarang
persoalan yang sebenernya bisa diselesaikan toh tetap membawa
perpisahan.
Yusuf mengajari kita untuk menjaga martabat pasangan dan
juga mendengarkan suara Tuhan. Ia tidak hanya mendengarkan emosinya.
Suara Tuhan dalam mimpinya menuntun dia untuk tetap mengambil Maria
sebagai isteri, walau saat itu hatinya patah. Bersama Tuhan ia mampu dan
dikuatkan menerima tugas hidupnya. Tak ada yang tak mampu ditanggung
kala Allah menjadi pegangan hidup.
Kontemplasi:
Bayangkan kisah dalam Injil Mat. 1:16,18-21,24a. Perhatikan Yusuf dengan seksama.
Refleksi:
Tulislah pengalamanmu dalam mendengarkan suara Tuhan ketika menghadapi masalah berat?
Doa:
Tuhan semoga aku peka menangkap suaraMu dan tekun mengikuti petunjukMu untuk menjaga keutuhan hidup keluargaku. Amin.
Perutusan:
Aku akan mengikuti suara Tuhan dan melepaskan rasa emosiku.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment