Jumat, 27 Maret 2015
Hari biasa Pekan V Prapaskah
warna liturgi Ungu
Bacaan:
Yer. 20:10-13; Mzm. 18:2-3a,3bc-4,5-6,7; Yoh. 10:31-42. BcO Ibr. 12:14-29
Yohanes 10:31-42:
31
Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. 32
Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari
Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang
menyebabkan kamu mau melempari Aku?" 33 Jawab orang-orang Yahudi itu:
"Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau,
melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun
hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." 34 Kata
Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku
telah berfirman: Kamu adalah allah? 35 Jikalau mereka, kepada siapa
firman itu disampaikan, disebut allah sedang Kitab Suci tidak dapat
dibatalkan, 36 masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh
Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah!
Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? 37 Jikalau Aku tidak melakukan
pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, 38 tetapi
jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku,
percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui
dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa." 39 Sekali
lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.
40 Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes
membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. 41 Dan banyak orang datang
kepada-Nya dan berkata: "Yohanes memang tidak membuat satu tandapun,
tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah
benar." 42 Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya.
Renungan:
Yesus
makin menampakkan sikapnya kepada orang-orang Yahudi. Ia menyatakan
dihadapan mereka sebagai Anak Allah. Pernyataan ini yang menjadi alasan
bagi mereka untuk melempariNya dengan batu. Namun sekali lagi Yesus bisa
lepas dari mereka.
Mengatakan suatu kebenaran memang mengandung
resiko. Apalagi kala kebenaran itu menyinggung hati segerombolan lain.
Gerombolan itu pasti akan berusaha menyingkirkan orang yang menyatakan
kebenaran tersebut.
Kita layak mengambil sikap dukungan dan doa bagi
mereka yang menyatakan kebenaran. Mereka selalu berada dalam lingkaran
tantangan dan ancaman. Hanya kekuatan hati murni yang akan membantunya
terlepas dari ancaman itu.
Kontemplasi:
Bayangkan kisah Injil Yoh. 10:31-42. Bandingkan situasi tersebut dengan keadaan di sekitar negara kita.
Refleksi:
Bagaimana tetap menyatakan kebenaran dan lepas dari ancaman mereka yang tersinggung?
Doa:
Tuhan jagailah orang-orang yang membela kebenaran. Bebaskanlah mereka dari aneka ancaman yang membahayakannya. Amin.
Perutusan:
Aku akan belajar menyatakan kebenaran. -nasp-
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment