Sabtu, 07 Maret 2015
St. Perpetua dan Felisitas
warna liturgi Ungu
Bacaan:
Mi. 7:14-15,18-20; Mzm. 103:1-2,3-4,9-10,11-12; Luk. 15:1-3,11-32. BcO Ul. 32:48-52; 34:1-12
Lukas 15:1-3,11-32:
1
Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada
Yesus untuk mendengarkan Dia. 2 Maka bersungut-sungutlah orang-orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa
dan makan bersama-sama dengan mereka." 3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan
ini kepada mereka: 11 Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua
anak laki-laki. 12 Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah
kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya
membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. 13 Beberapa hari
kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke
negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup
berfoya-foya. 14 Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana
kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. 15 Lalu ia pergi
dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke
ladang untuk menjaga babinya. 16 Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan
ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang
memberikannya kepadanya. 17 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya:
Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya,
tetapi aku di sini mati kelaparan. 18 Aku akan bangkit dan pergi kepada
bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan
terhadap bapa, 19 aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah
aku sebagai salah seorang upahan bapa. 20 Maka bangkitlah ia dan pergi
kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu
tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan
dia lalu merangkul dan mencium dia. 21 Kata anak itu kepadanya: Bapa,
aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi
disebutkan anak bapa. 22 Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya:
Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan
kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. 23 Dan ambillah
anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan
bersukacita. 24 Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali,
ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. 25
Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan
dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. 26
Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti
semuanya itu. 27 Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah
menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan
sehat. 28 Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu
ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. 29 Tetapi ia menjawab ayahnya,
katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku
melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan
seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. 30
Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan
bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak
lembu tambun itu untuk dia. 31 Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau
selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah
kepunyaanmu. 32 Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu
telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat
kembali."
Renungan:
Secara umum si anak bungsu bersalah. Ia
pun mengakui bahwa dirinya bersalah. Bahkan karena rasa bersalahnya ia
merasa tidak pantas disebut sebagai anak bapanya. Karena situasi yang
dihadapi ia pun tetap ingin kembali kepada bapanya. Ia ingin mengakui
kesalahannya dan bekerja di rumah bapanya. Penyesalan ini yang membuat
bapa berkenan kepadanya.
Siapapun dari kita pernah dan mungkin masih
jatuh dalam kesalahan dan dosa. Seringkali kita merasa tidak pantas
untuk menghadap Tuhan ataupun sesama kita lalu mengurung diri. Namun
Allah lebih menantikan kedatangan kita. Ia selalu menunggu kehadiran
kita. Maka marilah kita sesali segala dosa dan kesalahan kita dan terus
berdekatan dengan Allah dan sesama.
Kontemplasi:
Bayangkan Allah menunggu kehadiranmu. Ia duduk di rumahNya menantikan engkau yang datang dengan penyesalan.
Refleksi:
Apa yang anda lakukan di hadapan Allah ketika anda menyadari diri sebagai orang berdosa?
Doa:
Bapa,
kadang aku malu untuk menghadapmu karena dosa-dosaku. Namun Engkau
selalu menantikan kedatanganku. Kuatkanlah hatiku untuk menghadapMu.
Amin.
Perutusan:
Aku akan hadir di hadapan Allah dan mengakui segala dosa-dosaku.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment