Dalam hal program Jagongan Iman Kelompok Bantul menjadi yang keempat dilayani oleh Rama Bambang. Ini adalah program untuk mendampingi kaum tua menjadi Kaum Tua Pewarta. Pertemuan pertama Kelompok Bantul terjadi pada hari Selasa 23 September 2014 di rumah Bapak Karyadi. Dalam hal peserta kelompok, di bandingkan dengan kelompok-kelompok lain (Ngireng-ireng, Imogiri, dan Murangan Timur), di adalam kelompok yang pesertanya mayoritas terdiri dari kaum lanjut usia (70,83%). Mereka terdiri dari beberapa kelompok usia:- 40-50 tahun: 1 orang (ibu)
- 50-60 tahun: 6 orang (4 ibu dan 2 bapak)
- 60-70 tahun: 9 orang (7 ibu dan 2 bapak)
- 70-80 tahun: 6 orang (4 ibu dan 2 bapak)
- di atas 80 tahun: 2 orang (ibu).
Kelompok Bantul dalam pertemuan ini membicarakan pokok iman dari Syahadad Katolik "Aku percaya akan Allah Bapa yang Mahakuasa pencipta langit dan bumi". Pada langkah pertama para peserta mengadakan omong-omong dengan teman-teman duduk dekatnya tentang soal "Untuk hidup sehari-hari dalam keluarga dan bertetangga, pokok iman itu memberikan pegangan apa?" Ketika hasil omong-omong kecil dengan teman dekat disampaikan, muncullah beberapa prinsip iman untuk hidup harian:- Mengucapkan "sapaan" bila berjumpa dengan tetangga.
- Menjalani "keteladanan" di hadapan anak/cucu.
- Peduli "menolong" yang lemah.
- Kritis dalam pergaulan sehingga tidak mudah ikut arus buruk dan dapat mendukung yang baik serta berani menunjukkan kebenaran.
- Teguh dalam menghadapi tantangan.
- Berani menunjukkan jati diri dengan berdoa Katolik bila makan bersama orang umum.
239 Kalau bahasa iman
menamakan Allah itu "Bapa", maka ia menunjukkan terutama kepada dua
aspek: bahwa Allah adalah awal mula segala sesuatu dan otoritas yang mulia dan
sekaligus kebaikan dan kepedulian yang penuh kasih akan semua anak-Nya.
Kebaikan Allah sebagai orang-tua ini dapat dinyatakan juga dalam gambar
keibuan, yang lebih menekankan imanensi Allah, hubungan mesra antara Allah dan
ciptaan-Nya. Dengan demikian bahasa iman menimba dari pengalaman manusia dengan
orang-tuanya, yang baginya boleh dikatakan wakil-wakil Allah yang pertama.
Tetapi sebagaimana pengalaman menunjukkan, orang-tua manusiawi itu dapat juga
membuat kesalahan dan dengan demikian menodai citra kebapaan dan keibuan.
Karena itu perlu diperingatkan bahwa Allah melampaui perbedaan jenis kelamin
pada manusia. Ia bukan pria, bukan juga wanita; Ia adalah Allah. Ia juga
melebihi kebapaan dan keibuan manusiawi, walaupun Ia adalah awal dan ukurannya.
Tidak ada seorang bapa seperti Allah.



0 comments:
Post a Comment