Rabu, 17 September 2014
Robertus Bellarminus, Albertus dr Yerusalem, Martinus dr Finojosa, Hildegardis
warna liturgi Hijau
Bacaan:
1Kor. 12:31 - 13:13; Mzm. 33:2-3,4-5,12,22; Luk. 7:31-35. BcO Est. 14:1-19
Lukas 7:31-35:
31
Kata Yesus: "Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan
ini dan dengan apakah mereka itu sama? 32 Mereka itu seumpama anak-anak
yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling
bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi
kamu tidak menangis. 33 Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan
roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. 34
Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata:
Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan
orang berdosa. 35 Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang
menerimanya."
Renungan:
Kadang-kadang disadari atau tidak
disadari seseorang menginginkan orang lain melayani atau minimal
mengikuti apa yang dia inginkan. Ketika dia suka dia berharap orang lain
ikut bersukaria. Ketika lagi sedih dan berduka ia menginginkan orang
lain pun ikut merasakan kepedihan dan dukanya. Pada saat-saat seperti
itu seringkali sensitivitas meningkat. Bila ada yang berlaku beda
dianggap tidak solider dengan suasana hatinya.
Yesus menghadapi
kelompok masyarakat semacam itu. Mereka mengecap diriNya sebagai
"seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa"
(Luk 7:34). Ketika Yohanes tampil lain mereka pun mengkritiknya, "ia
tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan
setan" (Luk 7:33). Segala yang berbeda dengan harapan dan kemauannya
dicacat.
Marilah kita membangun kerelaan menerima mereka yang mungkin
tidak sama dengan harapan dan keinginan kita. Malah kalau bisa membuka
diri menemukan nilai-nilai yang ditawarkan dari perbedaan itu.
Keterbukaan ini yang akan membantu kita meraih banyak kekayaan hidup.
Kontemplasi:
Hadirkan
suatu pengalaman di mana dirimu lagi bersedih lalu datang seorang
tetanggamu menceritakan kebahagiaan yang baru dia dapatkan.
Refleksi:
Apa yang kaurasakan dan kautemukan dari pengalaman kontemplasimu?
Doa:
Tuhan semoga aku mempunyai sikap lapang dada menerima suasana yang berbeda dengan harapan dan keinginanku. Amin.
Perutusan:
Aku akan mencoba menangkap makna dari kejadian-kejadian yang berbeda dengan keinginan dan harapanku.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment