Senin, 15 September 2014
Peringatan Wajib SP Maria Berdukacita
warna liturgi Putih
Bacaan:
1Kor. 12:31 - 13:13; atau Ibr. 5: 7-9; Mzm 31:2-3a,3b-4,5-6,15-16, 20; Yoh. 19:25-27 atau Luk. 2:33-35.
BcO Est. 3:1-11
Yohanes 19:25-27:
25
Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria,
isteri Klopas dan Maria Magdalena. 26 Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan
murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya:
"Ibu, inilah, anakmu!" 27 Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya:
"Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam
rumahnya.
Renungan:
Kemarin saya mengajak saudara-saudari
semua merenungkan kasih orang tua dan kasih Allah yang begitu besar.
Orangtua merelakan miliknya untuk anak-anaknya. Allah memberikan
segalanya demi keselamatan manusia.
Hari ini kita memperingati Santa Perawan
Maria Berdukacita. Mungkin spontan terasa aneh kenapa orang berdukacita
kok diperingati. Namun kalau kita pertanyakan lebih lanjut mengapa ibu
Maria berdukacita kita akan gampang menerima peringatan ini. Bagiku,
dukacita ibu Maria ini menjadi tanda tanggapan manusia atas kasih Allah.
Ia hadir secara utuh pada kasih Allah sampai Sang Putera wafat di kayu
salib. Ia memberikan teladan bahwa menerima kasih Allah adalah menerima
secara utuh yang menggembirakan dan menyakitkan. Kematian Yesus di salib
tidak pernah menghapus pengakuan bahwa Yesus adalah anaknya.
Duka
dan suka pasti pernah ada dalam sejarah hidup kita. Belajar dari Maria
marilah kita berani menerima suka dan duka itu sebagai bagian dari
sejarah hidup kita.
Kontemplasi:
Bayangkan kisah dalam injil Yoh 19:225-27. Hadirlah di sana menemani Santa Perawan Maria yang berdukacita.
Refleksi:
Bagaimana anda menyikapi pengalaman dukamu?
Doa:
Tuhan
terima kasih Kauhadirkan Santa Perawan Maria kepadaku. Semoga aku pun bisa
menerima pengalaman suka dan duka bersamaMu dan tak mengingkari Engkau
dalam hidupku. Amin.
Perutusan:
Aku akan berusaha bertahan walau harus mengalami duka.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment