dari renungan-kitabsuci.blogspot.com; ilustrasi dari koleksi Blog Domus
Rekan-rekan yang baik!
Hingga
kini ketiga Injil Sinoptik memperkenalkan Yesus terutama lewat
ajarannya, lewat penyembuhan yang dilakukannya, termasuk tindakan
mengusir roh jahat, dan lewat peristiwa perbanyakan roti. Orang mulai
bertanya-tanya, siapa sebenarnya dia itu dan bagaimana ia dapat
mengerjakan semua itu. Semakin disadari bahwa dia lain dari orang-orang
luar biasa lainnya. Siapakah dia sesungguhnya? Dalam Mat 16:13-20 (Injil
hari Minggu Biasa XXI tahun A) Petrus menyuarakan kesadaran para murid
bahwa Yesus itu Mesias, anak Allah yang hidup. Penegasan ini sebetulnya
satu sisi saja dalam pewartaan mengenai siapa sebenarnya Yesus. Sisi
yang lain menyangkut perjalanan ke arah penderitaan, wafat dan
kebangkitan Yesus yang diungkapkan ketiga Injil Sinoptik langsung
sesudah penegasan akan kemesiasan Yesus. Kali ini petikan Injil Matius
mengajak pembaca mendalami sisi yang pertama. Hari Minggu berikutnya
akan dilihat sisi yang lain.
APA YANG HENDAK DISAMPAIKAN?
Memang
ada pelbagai perkiraan di masyarakat mengenai siapa Yesus itu. Dan di
Kaisaria Filipi para murid diajak Yesus berbicara mengenai pelbagai
pendapat mengenai dirinya. Sudah matang saatnya para murid dituntun
mengenali siapa dia itu sebenarnya. Mereka telah mendengar ajarannya,
telah melihat perbuatannya, dan menyaksikan kekuatannya. Kini tibalah
waktunya memahami siapa dia itu.
Tentu
saja mulai disadari bahwa Yesus yang mempesona dan diikuti banyak orang
ini ialah dia yang resmi ditugasi Allah dan kedatangannya yang
dinanti-nantikan banyak orang. Dialah Mesias yang diharapkan membangun
kembali umat Allah seperti dahulu kala. Dialah yang bakal memimpin orang
banyak makin mendekat kepada Allah sendiri. Di dalam kesadaran orang
banyak, Mesias ini ialah keturunan Daud yang akan mengawali zaman adil
dan damai. Dalam keagamaan Yahudi, gagasan Mesias seperti ini disatukan
dengan pengertian "Anak Manusia", seperti terungkap dalam penglihatan
Daniel (Dan 7:13). Gereja Awal juga percaya bahwa Yesus ialah tokoh ini.
Keyakinan
di atas mau tak mau berhadapan dengan kenyataan bahwa Yesus akhirnya
mengalami penderitaan, ditolak oleh para pemimpin masyarakat Yahudi yang
sah ("tetua, imam kepala dan ahli Taurat" ialah tiga macam anggota di
dalam Sanhedrin, badan resmi masyarakat Yahudi) sampai dibunuh.
Namun
demikian, nanti dengan pelbagai cara para murid Yesus juga mengalami
kebangkitan Yesus pada hari ketiga. Dan pengalaman inilah yang membuat
mereka percaya bahwa Yesus itulah sungguh Mesias.
Rumusan penegasan Petrus yang disampaikan secara sederhana tapi tegas dalam Mrk 8:29"Engkaulah
Mesias" mengungkapkan pokok kepercayaan yang tumbuh dalam Gereja Awal.
Bukan tanpa arti bila dalam ketiga Injil Sinoptik pemberitahuan pertama
mengenai penderitaan, wafat dan kebangkitan didahului dengan penegasan
Petrus mengenai siapa sebenarnya Yesus itu. Penegasan ini kemudian
dipertajam rumusannya oleh Matius dan Lukas dengan cara masing-masing.
Menurut Mat 16:16, Petrus berkata, "Engkaulah Mesias, anak Allah yang hidup!" (Mat16:16).
Matius
menambahkan "anak Allah yang hidup" untuk menggarisbawahi bahwa
Allah-lah yang memilih Yesus sebagai pewarta kehadiran-Nya di dunia.
Matius juga bermaksud menjelaskan bahwa Mesias yang dinanti-nantikan ini
bukan pemimpin politik atau penguasa yang bakal membangun kembali
kejayaan Israel dengan kekuatan militer. Maklum di kalangan Yahudi
harapan akan Mesias politik ini amat kuat. Persoalan ini tidak amat
terasa dalam lingkungan Lukas yang bukan berasal dari kalangan Yahudi.
Mereka lebih berminat memahami apakah kuasa dan kekuatan Yesus itu
memang berasal dari Allah sendiri. Karena itu ditandaskan dalam Luk 9:20 bahwa
Mesias tadi "dari Allah". Maksudnya, Yesus datang dari Dia dan
menunjukkan bahwa Allah sendiri bertindak dalam diri Yesus untuk
membebaskan manusia dari kuasa-kuasa jahat, dari penyakit, dari
kekersangan batin. Inilah yang membuat Yesus betul-betul menjadi Mesias
bagi semua orang.
APA ARTI "ANAK MANUSIA"?
Ketika
Yesus menanyai murid-muridnya apa kata orang mengenai siapa "Anak
Manusia" ada jawaban yang bermacam-macam. Ungkapan "Anak Manusia"
dipakai merujuk pada diri Yesus. Dalam kesadaran orang Yahudi pada zaman
Yesus, ada kaitan antara tokoh yang dinanti-nantikan datangnya sebagai
Mesias dengan penglihatan dalam Dan 7:13 yang
menggambarkan tokoh yang mirip manusia itu terlihat datang mengarah
kepada Yang Mahakuasa dan mendapat kuasa di bumi dan di langit. Dengan
memakai ungkapan itu Yesus hendak memperkenalkan dirinya yang
sesungguhnya. Ia tidak bertanya mengenai apa kata orang mengenai
ajarannya, mengenai tindakannya, mengenai kelakuannya. Ia ingin
mendengar bagaimana orang menerapkan siapa tokoh yang terarah kepada
Yang Mahakuasa itu, siapa "Anak Manusia" tadi. Para murid diajak
menengarai pelbagai pandangan yang ada mengenai dirinya: ia seperti
Yohanes Pembaptis, tokoh spiritual yang masih segar dalam ingatan
orang, juga bisa dibandingkan dengan Elia, seorang nabi besar yang
diceritakan telah naik ke langit dan tentunya akan kembali diutus Allah
mendatangi umat pada saat-saat mereka membutuhkan dampingan dan arahan,
atau seperti nabi Yeremia yang dikenal tak jemu-jemunya memperingatkan
umat dan para pemimpin agar tetap setia pada Allah di tengah penderitaan
dan mengajarkan kerohanian yang sejati dan bukan praktek luar-luar
saja.
"BAGI KALIAN, SIAPA AKU INI?"
Pendapat-pendapat itu tidak bisa dikatakan meleset. Walaupun demikian, ada pemahaman yang
dapat lebih menolong. Yesus menanyai Petrus dengan ungkapan yang berbeda, "Tetapi apa katamu, siapakah aku ini?" Tidak lagi ditanyakan apa kata orang, melainkan apa katamu. Juga tidak lagi dipakai sebutan "Anak Manusia", melainkan "aku". Petrus kini tampil sebagai wakil para murid yang kemudian mempersaksikan Yesus Kristus dan meneruskan wartanya. Pertanyaan Yesus kepadanya bukan pertanyaan kepada individu Petrus saja. Setelah menanyai para murid, pada ay. 15 disebutkan Yesus bertanya kepada "mereka" – yakni para murid tadi. Terjemahan LAI "apa katamu" tidak amat jelas. Memang dalam bahasa Indonesia "-mu" bisa berarti tunggal bisa pula jamak. Teks asli dalam bahasa Yunani memakai kata "kalian" yang hanya bisa berarti jamak. Maka pertanyaan tadi jelas ditujukan kepada para murid, begitu juga menurut Injil Markus dan Lukas.
dapat lebih menolong. Yesus menanyai Petrus dengan ungkapan yang berbeda, "Tetapi apa katamu, siapakah aku ini?" Tidak lagi ditanyakan apa kata orang, melainkan apa katamu. Juga tidak lagi dipakai sebutan "Anak Manusia", melainkan "aku". Petrus kini tampil sebagai wakil para murid yang kemudian mempersaksikan Yesus Kristus dan meneruskan wartanya. Pertanyaan Yesus kepadanya bukan pertanyaan kepada individu Petrus saja. Setelah menanyai para murid, pada ay. 15 disebutkan Yesus bertanya kepada "mereka" – yakni para murid tadi. Terjemahan LAI "apa katamu" tidak amat jelas. Memang dalam bahasa Indonesia "-mu" bisa berarti tunggal bisa pula jamak. Teks asli dalam bahasa Yunani memakai kata "kalian" yang hanya bisa berarti jamak. Maka pertanyaan tadi jelas ditujukan kepada para murid, begitu juga menurut Injil Markus dan Lukas.
Dalam
situasi itulah Petrus tampil mewakili para murid. Oleh karena itu, tak
usah ditafsirkan bahwa di sini ada imbauan untuk menumbuhkan jawaban
iman yang digarap secara pribadi, bukan rumus- rumus yang siap pakai
saja.
Memang iman yang dewasa dan kuat juga semakin pribadi sifatnya. Tetapi tanya jawab dengan Petrus ini bukan ke sana arahnya.
Jawaban
Petrus juga mencerminkan pemahaman para murid. Memang kemudian Matius
secara khusus menyoroti Petrus. Setelah penegasan tadi, pada ay.17,
Matius menambahkan episode Yesus menyebut Petrus berbahagia karena
pengetahuan tadi didapat bukan dari manusia melainkan dari Bapa di
surga.
Kemudian
dalam dua ayat berikutnya Simon disebut Yesus sebagai batu karang dasar
Gereja dibangun yang tak bakal terkalahkan oleh maut, ia juga disebut
pemegang kunci surga (Mat16:18-19). Tambahan ini tidak ada dalam Injil lain.
BATU KARANG DAN KUNCI KERAJAAN SURGA
Batu
karang jadi tempat berlindung dari hempasan ombak dan tempat berpegang
agar tak hanyut oleh arus-arus ganas. Dengan menyebut Petrus sebagai
batu karang, Yunaninya "petra", ditandaskan bahwa ia bertugas melindungi
umat yang dibangun Yesus dari marabahaya yang selalu menghunjam.
Dikatakan
juga bahwa alam maut (Yunaninya "hades", Ibraninya "syeol") takkan bisa
menguasainya, maksudnya takkan dapat mematikan kumpulan orang yang
percaya tadi.
Orang
dulu membayangkan jalan ke alam maut sebagai lubang yang menganga
lebar. Seperti liang lahat yang besar. Semua orang mati pasti akan ke
sana dan tak ada jalan kembali. Satu-satunya cara untuk mencegah agar
orang tidak tersedot ke dalamnya ialah dengan menyumbatnya dengan batu
besar yang tidak bakal tertelan dan tak tergoyah. Petrus digambarkan
sebagai tempat Yesus mendirikan umat yang takkan terkuasai alam maut.
Gambaran di atas dapat membantu mengerti mengapa kepada Petrus diberikan
kunci Kerajaan Surga. Bukannya ia dipilih menjadi orang yang menentukan
siapa boleh masuk siapa tidak, melainkan sebagai yang bertugas menahan
agar kekuatan-kekuatan maut tidak memasuki Kerajaan Surga! Ia mengunci
surga dari pengaruh yang jahat. Apa yang diikatnya di bumi, yang tetap
dikunci di bumi, yakni jalan ke alam maut akan tetap terikat dan tidak
akan bisa merambat ke surga. Tak ada jalan ke surga bagi daya-daya maut.
Apa yang dilepaskannya di bumi, yakni manusia yang bila dibiarkan
sendirian akan menjadi mangsa lubang syeol menganga tadi. Tidak amat
membantu bila kata-kata itu ditafsirkan sebagai penugasan Petrus menjadi
"juru kunci gerbang surga" menentukan siapa orang diperkenankan masuk
dan dibiarkan di luar tidak peka konteks.
Malah
tafsiran itu akan membuat warta Injil Matius kurang terasa. Bisakah
gagasan kunci Kerajaan Surga dipakai sebagai dasar bagi wibawa takhta
apostolik Paus penerus Petrus? Tentu saja, asal dilandasi dengan
pengertian di atas. Bukan dalam arti juru kunci gerbang ke arah
keselamatan, membuka atau menutup akses ke surga, melainkan sebagai
penangkal kekuatan-kekuatan alam maut. Pernyataan itu memuat penugasan
melindungi umat, bukan pemberian kuasa menghakimi.
Salam hangat,
A. Gianto
0 comments:
Post a Comment