Minggu, 31 Agustus 2014
Hari Minggu Biasa XXII
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Yer. 20:7-9; Mzm. 63:2,3-4,5-6,8-9; Rm. 12:1-2; Mat. 16:21-27. BcO 1Tim. 5:3-25.
Matius 16:21-27:
21
Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia
harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak
tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan
dibangkitkan pada hari ketiga. 22 Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping
dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal
itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." 23 Maka Yesus berpaling dan
berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan
bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah,
melainkan apa yang dipikirkan manusia." 24 Lalu Yesus berkata kepada
murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. 25 Karena
barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya;
tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan
memperolehnya. 26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi
kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti
nyawanya? 27 Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya
diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap
orang menurut perbuatannya.
Renungan:
Pilihan mewartakan
kebenaran, keadilan dan bahkan kebaikan Tuhan selalu akan berhadapan
dengan mereka yang berperilaku tidak benar, tidak adil dan tidak
mencintai Tuhan. Konsekuensi dari situasi itu adalah fitnah, bahkan
sampai pada kematian. Mereka yang berperilaku tidak adil, tidak benar
dan tidak mencintai Tuhan akan tega menghabisi yang dianggap
mengusiknya, bahkan yang hanya diam namun tidak sepaham dengan mereka.
Akhir-akhir
ini hati kita miris dengan kondisi yang ada di Suriah. Hampir separuh
penduduk negeri itu mengungsi akibat dari kekerasan perang juga
radikalisme kelompok tertentu. Sangat mengherankan dunia terlambat
terusik hatinya ketika melihat banyak korban yang berjatuhan, bahkan
dengan cara yang sangat sadis. Di antara mereka yang menjadi korban,
kita sungguh bisa menyaksikan kesaksian iman yang mendalam. Derita yang
luar biasa yang pantas menggerakkan hati kita untuk berbela rasa.
Kita
tidak mengalami derita seperti mereka, dan kita tidak berharap terjadi
derita seperti itu. Namun demikian tentunya ada derita-derita kecil atau
besar dalam hidup kita dalam memperjuangkan kebenaran, keadialan dan
cinta pada Tuhan. Namun kita tidak perlu khawatir atau menghindari
derita ini karena Tuhan akan memberikan daya dan kemampuan untuk
melewatinya.
Kontemplasi:
Pejamkan sejenak matamu dan ingatlah ada daya dan kemampuan dari Tuhan untuk melewati derita harianmu.
Refleksi:
Apa yang paling menguatkanmu melewati deritamu?
Doa:
Tuhan ulurkanlah pertolonganMu pada para korban perang. Siapkanlah bala bantuan untuk membebaskan mereka. Amin.
Perutusan:
Aku akan menjalani hidupku dengan tekun walau ada derita yang mungkin harus kulalui.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment