Kamis, 21 Agustus 2014
Peringatan Wajib St. Pius X
warna liturgi Putih
Bacaan:
Yeh. 36:23-28; Mzm. 51:12-13,14-15,18-19; Mat. 22:1-14. BcO Pkh. 6:12 - 7:28
Matius 22:1-14:
1
Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: 2 "Hal
Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin
untuk anaknya. 3 Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang
telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau
datang. 4 Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada
orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan,
lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya
telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. 5 Tetapi orang-orang
yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya,
ada yang pergi mengurus usahanya, 6 dan yang lain menangkap
hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. 7 Maka murkalah raja
itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan
pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. 8 Sesudah itu ia berkata
kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi
orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. 9 Sebab itu
pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang
yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. 10 Maka pergilah
hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di
jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah
ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. 11 Ketika raja itu masuk untuk
bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian
pesta. 12 Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke
mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja.
13 Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya
dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di
sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. 14 Sebab banyak yang
dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."
Renungan:
Aku mencoba
berkali-kali membaca kisah dalam Injil. Semakin kubaca semakin kuat
pertanyaan: siapa raja itu, kok sampai tamu-tamu yang dipilihnya menolak
bahkan menyiksa dan membunuh orang-orang yang diutus mengundang mereka?
Semestinya orang yang diundang adalah orang yang dikenal, orang yang
terpilih. Seorang raja pasti tidak sembarangan memilih undangan. Namun
mengapa mereka menolak, menyiksa dan malah membunuh utusannya?
Setelah
sejenak merenung kembali saya teringat kata-kata: musuh dalam selimut.
Mereka yang bersama dalam selimut bisa menjadi musuh yang paling
mematikan. Berada dalam satu selimut mengandaikan saling mengenal,
saling percaya dan saling berbagi. Namun ternyata yang dipercaya
mempunyai rencana yang berbeda. Kehangatan yang dibangun dirancang
sebagai petaka.
Dalam hidup kita pun sering menemukan orang yang
tampaknya manis, bersahabat dan hangat namun malah membuat kita sakit.
Saat kita membutuhkannya, bahkan hanya untuk menghadiri perjamuan kita,
mereka malah melakukan sesuatu yang menyulitkan dan mengecewakan.
Marilah kita tetap berjaga dan waspada supaya tidak terperangkap oleh
jebakan musuh dalam selimut.
Kontemplasi:
Duduklah dengan mata
terpejam. Ingatlah kejadian di mana orang yang kaupercaya malah
menelikungmu dari belakang. Ingat juga apa yang kaulakukan dan
semestinya kaulakukan.
Refleksi:
Apa yang kaulakukan ketika yang kaupercaya malah menolakmu?
Doa:
Tuhan, sudilah selalu menjagaku agar aku tidak gampang menolakMu. Semoga aku selalu siap menanggapi undanganMu. Amin.
Perutusan:
Aku akan menanggapi undangan Tuhan dengan baik.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment