Sabtu, 09 Agustus 2014
Teresia Benedikta dr Salib
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Hab. 1:12 - 2:4; Mzm. 9:8-9,10-11,12-13; Mat. 17:14-20. BcO Mal. 3:1 - 4:6
Matius 17:14-20:
14 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah, 15 katanya: "Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air. 16 Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya." 17 Maka kata Yesus: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!" 18 Dengan keras Yesus menegor dia, lalu keluarlah setan itu dari padanya dan anak itupun sembuh seketika itu juga. 19 Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?" 20 Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, ?maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.
Renungan:
Seorang guru bisa saja jengkel murid-muridnya tidak bisa mengerjakan tugasnya. Tapi bisa juga sedih. Pimpinan, trainer, juga orang tua bisa begitu. Semua pribadi bisa jengkel, kecewa bahkan sedih kala sesuatu yang semestinya bisa dikerjakan dengan gampang tapi tidak dikerjakan dengan cepat, tidak dirampungkan bahkan tidak digarap.
Dalam minggu-minggu ini kami menghukum Yahya, anak karyawan Domus Pacis. Dia kami hukum karena sampai hari ini dia belum bisa mengenali huruf. Hukumannya: tidak boleh dolan ke studio komsos, orang-orang tidak boleh meminjamkan HP dan mainan, tidak diajak dolan Rm. Bambang sampai dia mau belajar membaca dan bisa membaca. Dua malam berturut-turut ayahnya sengaja kuajak pergi, supaya sang anak pun terpaksa belajar. Semua akses dan sarana yang bisa dipakai untuk bersembunyi dari belajar membaca kututup. Dengar-dengar sekarang mulai mau belajar membaca dan mengenal huruf.
Hardikan, hukuman dan (maaf) sikap tega menjadi salah satu kunci dalam pendidikan. Yesus pun menghardik murid-muridnya: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu?" (Mat 17:17). Yesus mengingatkan dengan keras tentang kepercayaan mereka. Didikan seperti ini kadang-kadang dibutuhkan supaya orang tersadar akan kekeliruannya dan segera memperbaikinya. Kala kita membiarkan rasa tak tega maka kita pun akan kehilangan kesempatan membantu sesama kita melampuai tahapan perkembangannya.
Kontemplasi:
Pejamkan sejenak matamu. Bayangkan anak/anakdidik/anak buahmu. Hadirkan kisah-kisah kala anda tega dalam mendidik mereka dan hal-hal ketidaktegaan yang menghambat kemajuan mereka.
Refleksi:
Hal-hal apa yang sering menghambatmu untuk menjalankan pendidikan dalam keluarga?
Doa:
Tuhan terima kasih atas teguranMu. Walau kadang terasa berat di awal, namun aku sadar hal itu kuperlukan agar aku semakin dekat denganMu dan berkembang. Amin.
Perutusan:
Aku akan terbuka menerima teguran yang membangun.
0 comments:
Post a Comment