Selasa, 19 Agustus 2014
Yohanes Eudes, Ezekhiel Moreno Guerikus
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Yeh. 28:1-10; MT Ul. 32:26-27ab,27cd-28,30,35cd-36ab; Mat. 19:23-30. BcO Pkh. 3:1-22
Matius 19:23-30:
23
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam
Kerajaan Sorga. 24 Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor
unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam
Kerajaan Allah." 25 Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah
mereka dan berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?"
26 Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak
mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." 27 Lalu Petrus
menjawab dan berkata kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala
sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?" 28
Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu
penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta
kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas
dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. 29 Dan setiap
orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki
atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya,
akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang
kekal. 30 Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir,
dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."
Renungan:
Bulan
Juli yang lalu, ketika hari olah raga Unio KAS, aku diinapkan di salah
satu keluarga. Keluarga itu mempunyai satu orang anak laki-laki.
Kebetulan anak satu-satunya itu masuk Seminari dan sekarang ini menjadi
Frater.
Malam itu saya bertanya, "Mengapa bapak-ibu mengijinkan dia
masuk Seminari?" Kata mereka, "Sudah menjadi keinginannya dan
persembahan kami." Tanyaku, "Tidak merasa kehilangan?" Jawab ibunya,
"Rama, anak satu atau 7, toh pada saatnya kami juga akan berdua dan
bahkan sendiri. Jadi biarlah dia dengan pilihannya." Kerelaannya luar
biasa. Benar juga katanya, bapak-ibuku yang anaknya 6 pun sekarang
tinggal berdua.
Kerelaan melepaskan miliknya satu-satunya untuk Tuhan
tidak membuat keluarga itu merasa kehilangan. Ia merasa itulah jalan
kehidupan. Dan dari kesaksiannya keluarga itu pun menemukan suatu
persaudaraan baru yang lebih luas dari sebelumnya. "Dan setiap orang
yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, .... akan menerima kembali
seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal" (Mat 19:29).
Kontemplasi:
Ambillah
posisi berdoa dan mata terpejam. Ingatlah pada tahun-tahun awal satu dua
saudaramu yang kaulepas merantau atau menjadi imam. Dan lihatlah
kenyataan sekarang ini setelah bertahun-tahun mereka meninggalkanmu. Apakah
anda kehilangan?
Refleksi:
Tulislah pengalaman keiklasan yang berbuah melebihi kerelaanmu.
Doa:
Tuhan, semoga kami pun mempunyai keiklasan melepaskan milikku untukMu. Kami percaya Engkau akan menjaminku. Amin.
Perutusan:
Aku akan menguatkan kerelaan-kerelaanku.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment