-----------------------------------------------------------------------------------
Dipublikasi pada Kamis, 12 Mei 2011 by samaya dalam gaumabaji.kemsos.go.id
-----------------------------------------------------------------------------------
Bagi
Masyarakat Indonesia kebudayaan kekeluargaan sangat kental dan pada
umumnya tidak keberatan menerima seseorang jika sudah menjadi tua. Namun
kenyataannya banyak keluarga-keluarga yang bahkan mampu dari segi
materi tetapi tetap menitipkan orang tuanya ke panti jompo. Sepertinya
perlu ditinjau kembali kal masyarakat Indonesia memiliki rasa
kekeluargaan yang kental dan mau menerima anggota keluarga yg lansia.
Mungkin hal ini perlu diperjelas sehingga tidak berkepanjangan dan dapat
mematahkan mitos kalau lansia itu adalah beban keluarga dan masyarakat,
sehingga orang lain dapat memahami lansia secara benar dengan melihat
realita yg ada sehingga lansia memiliki hak dan kewajiban yang sama
sesuai dengan kondisi, usia, jenis kelamin dan status sosial mereka
dalam masyarakat. Pemahamam masyarakat awam tentang lansia dewasa ini
masih sangat kurang, tergantung dari tingkat pendidikan, budaya serta
hal-hal yang berkaitan dalam aktifitas berinteraksi dalam masyarakat,
Tentu hal tersebut juga memberikan andil dalam sudut miring dari
kebanyakan masyarakat dalam memandang lansia saat ini.
Beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam memandang lanjut usia antara lain:
1. Lansia sama dengan pikun
Anggapan bahwa semua lansia pikun adalah salah karena tidak semua lansia
mengalami pikun. Dalam kehidupan manusia daya ingat akan berubah
sesuai dengan usia, sehingga setelah orang menjadi lansia ia tidak
cepat dapat mengingat sesuatu, ataupun kejadian.
Demi menjaga agar daya ingat lansia tidak cepat berubah, karena kondisi
fisik dan usia, maka perlu dihindarkan atau paling tidak dikurangi dari
hal-hal yang dapat menimbulkan kelelahan, kekawatiran, kecemasan,
rangsangan emosi, depresi dan sakit. Disinilah kepedulian dari orang
yang lebih muda sangat diperlukan sebagai kontrol agar lansia tidak
melakukan hal-hal yang merugikan dirinya. Bukan malah menjauhi dan
menganggap remeh dan biasa saja ketika lansia pikun. Yang seharusnya
dilakukan adalah merangsang ingatan-ingatannya agar dapat berfungsi
secara optimal.
2. Lansia Tidak Berdaya
Sangat salah ketika kita mengatakan bahwa semua lansia tidak berdaya.
Karena dalam kenyataan para lansia tetap eksis dan terus berjuang
mencari kehidupan yang lebih baik. Misalnya artis mpo Atik, Tante Laila
Sari dan banyak lagi.
Lansia itu memiliki segudang pengalaman dan tentunya sudah melawati
semua proses tahap dan tugas perkembangan seorang manusia, sedangkan
saya yang masih muda ini belum melewati masa tua. Terkadang memang ada
yang pasrah dan malas ini termasuk lansia yang masa mudanya terkuras
oleh tugas-tugas yg berat untuk menghadapi lansia seperti itu harus
diberi dukungan dan support agar supaya mereka tidak terpinggirkan dan
tetap memiliki harga diri. Seorang lansia juga tidak perlu selalu
didampingi kemana-mana dengan alasan takut hilang dan harus selalu
dirumah untuk beristirahat. Pola seperti ini juga salah karena
memberikan stigma kalau lansia tidak berdaya dan memperburuk kondisi
lansia tersebut.
3. Lansia Sukar Menerima Informasi Baru
Dalam kehidupan lansia umumnya haus akan berita-berita baru dan
informasi-informasi baru, karena mereka tidak mau ketinggalan informasi
dibandingkan orang-orang yang lebih muda. Dalam kenyataan kita
menjumpai bahwa mereka banyak nonton televisi, mendengarkan radio,
membaca koran, majalah ataupun bertanya kepada sesama lansia atau orang
yang lebih muda tentang tentang hal-hal baru yang berkembang dalam
masyarakat. Dalam kenyataan lansia lebih tahu berita baru dari
orang-orang lain dan sangat senang menyampaikan berita baru tersebut
kepada kawan-kawannya, maupun kepada yang lebih muda. Bagi lansia
adanya informasi baru berarti menstimulasi fungsi kognitifnya, fungsi
afektifnya dan fungsi psikomotoriknya yang membuat syaraf-syaraf
otaknya tetap berfungsi secara normal.
4. Lansia Tidak Butuh Cinta dan relasi seksual
Siapa bilang lansia tidak butuh cinta dan relasi seksual. Sesungguhnya
sepanjang rentan kehidupan manusia yang namanya kebutuhan cinta dan
seksual selalu ada. Ini dipengaruhi pada proses berpikir, perasaan dan
kemapuannya tetap berfungsi baik itu fungsi kognitif, afektif dan
psikomotoriknya. Sangat keliru jika lansia dianjurkan untuk mengisolasi
diri dan membuang pikiran tentang seks.
5. Lansia Tidak Produktif dan Menjadi Beban Masyarakat
Dalam banyak kasus lansia selalu menjadi penasehat spiritual seseorang,
entah itu sebagai pemuka agama, maupun tokoh masyarakat dan terkadang
nasehat mereka sangat jitu dalam berbagai kasus tertentu dalam
masalah-masalah sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Hakekatnya
produktifitas seseorang tidak bisa hanya dilihat dari bisa tidaknya
memperoleh penghasilan berupa materi yang biasanya ditunjukkan dengan
kekuatan fisik yg dapat bekerja, namun produktifitas juga dapat dilihat
dari cara seseorang berfikir untuk menyelesaikan masalah dan memberikan
suatu jalan keluar terhadap masalah seseorang. Jadi lansia bukan
merupakan beban bagi kaum muda, sebaliknya mereka sering menjadi teladan
dalam bertingkah laku, sopan santun dan disiplin, semangat perjuangan
dan banyak nilai-nilai luhur yang dapat kita petik.
6. Lansia Lemah, Jompo, Ringkih, Sakit-sakitan atau Cacat
Kondisi kesehatan itu berlaku di setiap mahkluk individu baik anak,
remaja, dewasa maupun lansia. Jadi salah ketika sakit hanya diberlakukan
bagi kaum lansia. Masih banyak lansia yang gagah, masih mampu bekerja
keras dan bahkan masih banyak yang memiliki jabatan penting dalam suatu
lembaga, baik lembaga pemerintah maupun lembaga swasta. Contoh kecil
di PSTW gau Mabaji Gowa. Dari 100 klien regular yang ada hanya 4 orang
yang diberikan perawatan Total Care, sementara yang lain masih bisa
beraktivitas dengan sempurna.
7. Lansia menghabiskan uang untuk berobat
Lansia umumnya tahu diri dan faham betul dalam menjaga dan memelihara
kesehatan dirinya yang ditunjukkan bentuk rajin olah raga ringan, rajin
beribadah dan peduli terhadap kesehatannya.
Jadi mereka terkadang mengatur pola makannya sendiri misalnya makan
tidak berlebihan, melakukan diet dan tidak melakukan kegiatan secara
berlebihan sehingga memperkecil datangnya penyakit. Manusia yang usianya
70 tahun keatas pasti kadar gula, garam dan lemak sudah jauh lebih
banyak sehingga rentan terkena penyakit diabetes, stroke jantung dan
lain-lain
Ketika lansia itu dapat mengontrol pola makan dan hidup teratur maka
biaya untuk berobat bisa ditekan sekecil mungkin dan bisa jadi biaya
kesehatan bisa dialihkan untuk biaya yang jauh lebih penting bagi
lansia.
Fenomena yang saya sebutkan memang masih membutuhkan penelitian yang
jauh lebih dalam. Namun inilah kenyataan di sebagian wilayah Indonesia
yang masih menganggap sebagian Lansia adalah Masalah dan beban. Tentunya
sebagai bagian dari pelayanan sosial lanjut usia, maka sudah seharusnya
kita mengetahui hal tersebut dan senantiasa selalu meningkatkan skill
serta integritas dalam memberikan pelayanan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment